Mohon tunggu...
cipto lelono
cipto lelono Mohon Tunggu... Guru - Sudah Pensiun Sebagai Guru

Menulis sebaiknya menjadi hobi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menatap Wajah Pendidikan Indonesia Abad 21: Tantangan, Peluang dan Hambatan

22 Juli 2023   08:30 Diperbarui: 22 Juli 2023   08:35 534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Wajah Pendidikan Abad 22. Sumber: https://heruwijayanto

Untuk mewujudkan profil pendidikan abad 21, dunia pendidikan dihadapkan pada tantangan riil, adanya peluang yang memungkinkan dan hambatan-hambatan baik sosial budaya maupun sikap mental masyarakat.

a) Tantangan

1.  Kondisi politik

Kondisi politik menjadi salah satu tantangan tersendiri dalam mewujudkan profil pendidikan abad 21. Kondisi politik bukan semata terwujudnya kondisi yang aman dan nyaman, namun juga pada adanya political will (keberpihakan) pada dunia pendidikan secara totalitas. Sebab hanya dengan keberpihakan yang totalitas inilah yang akan menjadikan pendidikan kita mampu menjawab kebutuhan abad 21. Keberpihakan pada dunia Pendidikan secara total juga bisa dipahami sebagai langkah defeodalisasi dan dekonservatisme dalam dunia Pendidikan. Maka sangat dibutuhkan sikap pengambil kebijakan yang terbuka dan terjauhkan dari sikap-sikap yang masih feodalis dan konservatif.

Keberpihakan pada dunia Pendidikan secara total juga bisa dipahami sebagai langkah meninggalkan mewujudkan kualitas Pendidikan secara formalitas, administrative maupun penuh "kepura-puraan". Keberpihakan pada dunia Pendidikan secara total juga bisa dipahami sebagai langkah meninggalkan praktik "bagi-bagi kekuasaan" atau "politik balas budi" dalam dunia Pendidikan. Sebab praktik langkah tersebut tidak lagi melihat pada kualitas personal, namun lebih pada kepentingan politik pragmatis.

2.  Desentralisasi Pendidikan

Tantangan kedua adalah praktik desentralisasi pendidikan. Praktik ini berkait dengan pelaksanaan penataan pendidikan di daerah (provinsi maupun kabupaten/kota). Dalam praktiknya di lapangan, belum semua kepala daerah bersikap profesional dalam menentukan pimpinan lembaga pendidikan di daerahnya.  Kecenderungan yang muncul adalah memilih orang-orang yang "sewarna", "sekelompok". Sehingga muncul praktik di lapangan ada pejabat pendidikan berlatar belakang perdagangan, pertanian, dll.  Praktik demikian cenderung akan menghambat proses percepatan pembangunan mutu pendidikan. Walaupun ada juga kepala daerah yang memilih pejabat pendidikan didasarkan pada kompetensinya di bidang pendidikan. Maka desentralisasi Pendidikan memerlukan evaluasi menyeluruh guna penyiapan generasi unggul yang mampu menghadapi tantangan dan kebutuhan abad 21.

b) Peluang

1.  Era digitalisasi

Era digital menjadi salah satu peluang besar dalam mewujudkan profil Pendidikan kita abad 21. Sebab era inilah yang menjadi jalan Pendidikan abad 21 segera tercapai. Era digital akan membawa sumber daya manusia yang transparan, profesioanal, mengedepankan kompetensi. Praktik era digital di dunia pendidikan akan berkontribusi dalam menwujudkan generasi abad 21 yang mampu menguasai kemampuan "bertiliterasi".  

2. Potensi generasi Z 

Generasi Z akan mewarnai tata kehidupan abad 21. Salah satu karakteristik generasi ini adalah penguasaan pada system informasi dan komunikasi dan proses digitalisasi dalam mengeksplorasi dan mengelaborasi pengetahuan. Sumber belajar generasi ini sudah tidak lagi bertumpu pada guru, namun lebih banyak bertumpu pada perkembangan teknologi. Maka keberadaan generasi Z dengan berbagai fenomenanya akan menjadi peluang yang signifikan dalam mewujudkan profil Pendidikan abad 21.

c) Hambatan

1.  Politisasi pendidikan

Masalah yang muncul di dunia pendidikan sangat kompleks. Kompleksitasnya dapat dilihat dari proses penjenjangan, pemerataan kebutuhan guru, sarana, sampai pada munculnya kesenjangan kualitas pendidikan antar daerah atau wilayah. Semua itu membutuhkan penyelesaian secara menyeluruh.

Maka politisasi dalam dunia pendidikan akan menjadi hambatan dalam mewujudkan profil pendidikan abad 21. Sebab praktik politisasi lebih cenderung pada kebutuhan pragmatisme dan lebih berorientasi pada kebutuhan yang bersifat sesaat dan temporer atas dasar pertimbangan subjektif pengambil kebijakan.  Dunia pendidikan idealnya bebas dari intervensi politik praktis, agar percepatan mutu pendidikan segera terwujud.

2. Orientasi pengelola pendidikan

Hambatan berikutnya adalah orientasi pengambil kebijakan dalam mengelola pendidikan yang tidak berorientasi pada pada peningkatan kualitas. Namun lebih berorientasi pada langkah yang normatif, administrative, formalitas, cari aman, takut berinovasi,dll. Kondisi demikian tentu akan menghambat bagi terwujudnya profil pendidikan abad 21.

3.  Mindsite Guru

Guru mempunyai peran besar mewujudkan generasi yang menguasai empat kompetensi di atas. Sebab guru merupakan aktor perubahan yang berada di garda terdepan dunia pendidikan. Namun mindsite guru yang masih konservatif, feodalis akan menjadi penghampat mewujudkan cita-cita ideal tersebut. Mindsite konservatif ditandai dengan "keengganan" untuk berubah, a priori terhadap kualitas profesinya, kering inovasi dalam memberikan layanan pembelajaran. Mindsite feodalis berkaitan dengan sikap mental yang masih menganggap guru sebagai satu-satunya sumber belajar, sehingga guru merasa lebih cakap, pandai dibanding siswanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun