Silaturahmi antar keluarga "bani" (KBBI: anak cucu, keturunan) terasa menjamur pada saat bulan syawal. Visi dan misinya adalah mempertemukan semua anggota keluarga yang berasal dari satu asal usul generasi (kerabat). Pertemuan ini biasanya dilakukan oleh generasi kedua, ketiga atau keempat. Di atas generasi tersebut cenderung sulit dilakukan.
Di Jawa keluarga "bani" menganut sistem paternalistik yaitu kekerabatan yang menjadikan laki-laki sebagai sumber keturunan, walaupun di Jawa menganut sistem kekerabatan bilateral yaitu sistem kekerabatan yang menganut keturunan baik dari ayah maupun ibu. Silaturahmi diadakan biasanya dilakukan pada bulan syawal dengan mengemas kegiatan bernama halal bihalal keluarga bani. Â Oleh sebab itu ada beberapa hal yang mendasari baik yang bersifat sosial, budaya, psikologis sampai nilai-nilai yang bersifat qur'ani.
4 Alasan yang mendasari Silaturahmi Keluarga "Bani"
1. Sosial
Alasan sosial pertemuan keluarga bani lebih bersifat sosiologis yaitu membangun hubungan sosial sesama anggota keluarga yang berasal dari keturunan yang sama. Alasan ini bertujuan antara lain mempererat silaturahmi antara keluarga, megenalkan anggota keluarga baru, mempertemukan semua anggota keluarga yang terpencar di berbagai daerah akibat tugas masing-masing, mempertahankan nilai-nilai kehidupan yang telah menjadi kesepakatan generasi penerus, mengenalkan norma-norma keluarga kepada generasi penerus, dll. Â Apalagi di era teknologi dengan segenap dampaknya, sangat berpengaruh pada tata nilai sosial keluarga yang cenderung mementingkan dirinya sendiri. Maka pertemuan keluarga bani merupakan upaya untuk mengikat semua anggota keluarga pada nilai-nilai sosial yang sudah diwariskan oleh generasi terdahulu yaitu rajutan silaturahmi antar anggota keluarga yang berasal dari keturunan yang sama.
Alasan yang bersifat sosiologis juga berkaitan dengan pertimbangan status sosial peletak dasar generasi. Status sosial generasi awal bisa dirawat dan dipertahankan melalui pertemuan keluarga bani. Melalui pertemuan keluarga bani, kepada generasi penerus dikenalkan dan disosialisasikan tentang status sosial generasi awalnya. Dengan kata lain pertemuan keluarga bani menjadi salah satu upaya melanggengkan status sosial secara turun temurun.
2. Budaya
Alasan budaya yang mendasari pertemuan keluarga bani adanya falsafah hidup generasi awal, tradisi dan adat istiadat yang dipedomani, maupun budaya yang dianggap adiluhung oleh generasi awal (seperti bahasa, adat, falsaf hidup,dll). Internalisasi budaya tersebut bisa berpengaruh pada kepribadian khusus yang ingin diwariskan. Seperti diketahui bahwa dalam telaah sosiologi kepribadian seseorang atau keluarga selain dipengaruhi oleh faktor internal (diri dan keluarganya) juga bisa dipengaruhi oleh pengaruh budaya masyarakatnya, sehingga muncul istilah kepribadian kolektif.
Kepribadian kolektif yang berkembang di masyarakat, belum tentu semua dianggap sesuai dengan visi keluarga jangka panjang. Maka setiap keluarga bani yang menjadi peletak dasar keturunan juga mempunyai tata nilai budaya yang menjadi pilihan keluarga generasi awal yang perlu diwariskan secara turun temurun. Sehingga pertemuan keluarga bani dianggap sebagai sarana efektif untuk mewariskan nilai-nilai budaya adiluhung yang dipedomani oleh generasi awal.
Syawal merupakan bulan peningkatan. Selain itu syawal oleh masyarakat dijadikan bulan budaya  saling memberi dan meminta maaf. Maka syawal dijadikan momen yang tepat untuk saling mempertemukan anggota keluarga yang berasal dari satu keturunan (bani).
3. Psikologis
Alasan psikologis yang mendasari pertemuan keluarga bani adalah perasaan bangga terhadap generasi awalnya. Perasaan ini bisa membentuk sikap untuk mempertahankan "marwah keluarga". Dengan kata pertemuan keluarga bani dapat memperkuat solidaritas sosial antar keluarga yang berasal dari satu keturunan yang sama.
Alasan lain yang bersifat psikologis juga dapat dilihat pada identitas yang digunakan (baju, logo, moto hidup,dll) maupun orientasi dalam mempertahankan "trah" tertentu (bangsawan, elit masyarakat, tokoh terpandang, pemegang pemerintahan wilayah,dll). Pendek kata pertemuan kelurga bani merupakan ungkapan kebanggan generasi penerus terhadap peletak dasar keturunan.Â
Konsep demikian merupakan salah satu unsur primordial yang ingin dijadikan sebagai simbol identitas anggota keluarga bani. Makin tinggi status sosial generasi peletak dasar keturunan, makin tinggi pula kebanggaan yang dirasakan.
4. Nilai-nilai Qur'ani
Munculnya budaya silaturahmi dan saling memaafkan pada bulan syawal tidak lepas dari peristiwa besar yang menandai sebelumnya yaitu puasa bulan ramadan yang diakhiri dengan idul fitri. Dengan demikian budaya syawalan mempunyai korelasi erat dengan nilai-nilai qur'ani yang dipedomani oleh umat Islam, walaupun dalam praktiknya budaya syawalan juga diikuti oleh orang-orang yang beragama selain Islam.Â
Oleh sebab itu maraknya silaturahmi keluarga bani tidak dapat dilepaskan dari nilai-nilai qur'ani yang dijadikan pedoman. Dengan kata lain pertemuan keluarga bani yang dilaksanakan pada bulan syawal merupakan implementasi ajaran qur'an tentang arti penting silaturahmi.
Terdapat salah satu ayat Qur'an yang menjadi "doktrin" bagi kita yang beragama Islam bahwa kelak di surga orang-orang yang beriman dan anak cucu yang mengikuti mereka dalam keimanan akan dipertemukan dengan orang-orang yang berasal dari keturunan yang sama (QS:At Tur (51) ayat 21).
Pertemuan keluarga bani hakikinya lebih bermuatan nilai-nilai Islam yang diajarkan oleh al Qur'an. Namun pemahaman dan penghayatan terhadap nilai-nilai tersebut, terkesan terabaikan. Praktik yang mengedepan lebih mengesankan aspek sosial, budaya dan psikologis yang lebih bersifat menjunjung aspek-aspek primordial dari unsur kekerabatan. Padahal esensi pertemuan keluarga bani adalah iktiar duniawi dengan menggunakan momen bulan syawal untuk menggapai visi ukhrowi yaitu selamatnya semua anggota keluarga dari api neraka. Bulan syawal dijadikan sebagai momen yang tepat, selain masih berkaitan dengan nuansa ramadan dan idul fitri juga mempunyai makna tersendiri sebagai bulan peningkatan kualitas diri. Brangkali alasan filosofis inilah yang menjadi dasar maraknya pertemuan keluarga bani.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H