2) Lapar dan dahaga merupakan kondisi yang dialami seseorang paling kritis.Â
Maksudnya ketika seseorang mengalami lapar dan dahaga, ia berada dalam kondisi paling menderita. Sebab makan dan minum merupakan kebutuhan mendasar setiap manusia. Dalam kondisi demikian, orang yang berpuasa dilatih untuk mengendalikan jiwanya.Â
Kondisi lapar dan dahaga juga bisa dijadikan sarana untuk melatih keteguhan jiwa dalam menghadapi kondisi kritis sekalipun. Oleh sebab itu, puasa bisa menjadi sarana pengendalian jiwa dan keteguhan jiwa dalam menghadapi kondisi yang berada di paling bawah sekalipun.
3) Lapar dan dahaga merupakan sarana untuk merasakan kondisi kritis orang lain ketika tidak mampu memenuhi kebutuhan mendasarnya ini secara semestinya.Â
Tanpa merasakan lapar dan dahaga, kiranya sulit bisa merasakan betapa menderita/sudahnnya orang yang tidak mampu makan dan minum.Â
Pada saat manusia mengalami lapar dahaga, seseorang dilatih untuk tetap bertahan dalam kondisi kritis. Langkah ini selain bisa melatih keteguhan jiwa dalam menghadapi kekurangan juga bisa mengasah rasa kepedulian sesama.Â
Pendek kata, lapar dan dahaga dapat melatih seseorang mempunyai jiwa yang tangguh dan berlatih mengendalikan diri dari ucapan, sikap dan perilaku yang bisa merugikan diri apalagi orang lain
4) Dalam kondisi lapar dan dahaga seseorang lebih mudah mengingat kepada pencipta-Nya (sang Khaliq).Â
Bahkan kondisi demikian juga lebih mempermudah seseorang meningkatkan kualitas hubungan vertikalnya kepada sang Khaliq.Â
Oleh sebab itu puasa dapat menjadi sarana efektif dalam membangun hubungan vertikal kepada Allah SWT. Sebab lapar dan dahaga yang dirasakan dilandasi dengan keyakinan (iman) kepada Allah SWT.
Keempat hal tersebut dapat disimpulkan, bahwa puasa ramadan yang menjadikan sarana lapar dan dahaga dapat menjadikan orang yang berpuasa memperoleh keseimbangan kesehatan fisiknya, jiwa/psikisnya, kepekaan sosial, dan kecerdasan spiritualnya.Â