Mohon tunggu...
cipto lelono
cipto lelono Mohon Tunggu... Guru - Sudah Pensiun Sebagai Guru

Menulis sebaiknya menjadi hobi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pelajaran Penting dari 2 Peribahasa Ini bagi Pengidap Syahwat Kekuasaan

30 Agustus 2022   06:55 Diperbarui: 1 September 2022   04:30 1382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apabila nilai-nilai kearifan lokal tersebut tidak diindahkan, seseorang akan menikmati hal-hal yang tidak diinginkan terjadi dalam kehidupan yang dijalaninya. Peribahasa tersebut mengingatkan agar manusia tidak terjebak dengan syahwat kekuasaan.

2 Peribahasa Yang Penting Kita Jadikan Pengendali Syahwat Kekuasaan 

Semua kita membutuhkan apa yang disebut dengan kekuasaan. Sebab dengan kekuasaan tersebut seseorang dapat memobilisasi orang lain, mendapatkan popularitas dan penghasilan. 

Melalui kekuasaan yang dimiliki, seseorang bisa melakukan perubahan ke arah kebaikan dan kemaslahatan. Sehingga masyarakat dapat merasakan buah kekuasaan yang dimilikinya.

Namun kekuasaan juga dapat mendorong seseorang terhinggapi syahwat kuasa  yaitu suatu keinginan menggunakan kekuasaan yang dimiliki untuk menebarkan kemaksiatan dan perilaku angkaramurka. 

Sehingga ucapan, perilaku dan tindakannya cenderung menampilkan egoisme, arogansi maupun keserakahan. Semua itu hakikinya adalah syahwat kekuasaan yang diidap oleh orang yang haus dengan kekuasaan. 

Nenek moyang kita telah mengingat hal-hal demikian melalui kemasan peribahasa.   Setidaknya ada dua peribahasa yang bisa dijadikan sebagai pengendali syahwat kekuasaan.

1) Ojo Dumeh yen Kaweleh

Peribahasa bahasa Jawa tersebut merupakan salah satu kearifan lokal masyarakat Jawa yang mempunyai nilai kehidupan yang mulia. 

Dilansir dari lpmpjateng.go.id, Ojo berarti jangan, Dumeh dapat diterjemahkan mentang-mentang. Sedangkan kaweleh berasal dari kata weleh yang berarti piwales (balasan yang setimpal).

Peribahasa tersebut jika dikaitkan dengan kekuasaan dapat diterjemahkan, jangan mentang-mentang mempunyai kekuasaan, terus bertindak semena-mena. Sebab akan mendapatkan balasan yang setimpal dengan sikapnya yang semena-mena tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun