Bahagia itu tak harus mendapatkan harta benda. Ternyata orang bisa berbahagia bisa disebabkan oleh banyak hal. Salah satunya ketika bisa bertemu dengan tokoh yang sudah lama dikenal. Suasana demikianlah yang penulis rasakan ketika bertemu lang dengan sang maestro kita yaitu bapak Tjipta Dinata.
Bukan karena namanya yang hampir-hampir mirip, namun sisi unik dan menarik pada diri pak Tjipta yang perlu dijadikan sebagai bahan referensi dan inspirasi dalam dunia literasi. Selain itu juga pada sisi usia beliau yang sudah masuk kategori tua. Menurut perkiraan penulis beliau kira berusia sekitar 75 tahun.
Keunikan pak Tjipta selain beliau sudah kategori "sepuh" juga intensitas menulis beliau yang hampir setiap hari. Hal menarik pada pak Tjipta adalah sikap pedulinya pada kompasianer entah itu baru apalagi muda. Karena seringnya beliau menyapa penulis, jadilah penulis makin mengenal lebih dekat (walau jauh) dengan berbagai tema tulisan yang diulas.
Kiprah pak Tjipta di Kompasiana, tidak hanya berstatus maestro, namun dapat berperan sebagai bapak Kompasiana untuk kita semua. Tidak berlebihan kategori itu dilabelkan pada beliau, sebab secara realita, beliau sudah berada dalam strata maestro. Di sisi lain seperti disampaikan di atas tentang intensitasnya dapat menulis hampir setiap hari. Bahkan taiada hari tanpa ada tulisan pak Tjipta.
Ada 4 Rasa Bahagia dapat Bertemu Pak Tjipta Dinata
1) Dapat secara langsung melihat secara langsung sikap ramahnya dalam dunia nyata. Hal ini bisa penulis rasakan saat bertemu di RM Padang Sederhana Jalan Kaliurang Km 5 Yogjakarta.
2) Mendapatkan inspirasi secara langsung. Sebab selama ini penulis hanya mengetahui beliau dari jarak jauh. Pada 3 Agustus 2022 lalu, penulis dapat secara langsung bertatap muka, berbicara (walau sekilas) dengan belilau.
3) Mendapatkan motivasi langsung dari pelakukanya. Motivasi yang kita dengar atau kita baca dari jarrah jauh, resonansinya akan berbeda pada saat bertemu langsung dengan orangnya. Walaupun tidak banyak kata yang diucapkan, namun motivasi menulis itu tak lupa disuntikkan pada hadirin yang kala itu berkesempatan hadir.
4)Â Memori tentang nama penulis, teringat kuat dalam memorinya. Hal ini terungkap ketika penulis mengenalkan diri dan berjabat tangan dengan beliau, bahwa penulis berasal dari Magelang, nama Cipto. Beliau langsung melanjutkan pak Cipto Lelono ya. Ini membuktikan bahwa beliau hafal betul terhadap orang lain. Semoga yang lain juga demikian. Hal itu menarik bagi penulis, sebab penulis baru hadir di Kompasiana 31 Januari 2021. Termasuk pendatang yang belum lama-lama amat.
Dari semuanya yang paling riil adalah beliau adalah mesin yang mampu menggerakkan dunia literasi di rumah besar Kompasiana, baik yang tua maupun muda. Bahwa menulis tidak berkorelasi langsung usia. Beliau dengan usia yang penulis perkirakan 75 tahun, masih bisa melakukan pengembaraan tulis menulis dalam kondisi apapun dan dari manapun. Tidak berlebihan ketika beliau meraih gelar Bapak Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H