Mohon tunggu...
cipto lelono
cipto lelono Mohon Tunggu... Guru - Sudah Pensiun Sebagai Guru

Menulis sebaiknya menjadi hobi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Raih Kemabruran Haji dengan Mengungkap 4 Prosesi

9 Juli 2022   05:47 Diperbarui: 12 Juli 2022   02:39 1364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:https://travel.kompas.com

Pelaksanaan ibadah haji ditandai dengan beberapa prosesi. Pada masing-masing prosesi tersebut terdapat simbolisasi yang perlu diungkap oleh umat Islam yang menjalankan ibadah haji. Sebab hakikinya prosesi demi prosesi tersebut merupakan tahapan seorang hamba melakukan proses pembersihan jiwa. 

Oleh sebab itu simbolisasi dalam prosesi haji perlu dipahami agar jamaah haji dapat meraih haji yang mabrur yaitu haji yang berhasil meraih nilai-nilai keutamaan haji. Sehingga sepulang haji dapat menerapkan nilai-nilai tersebut dalam realitas kehidupan yang dijalani.

4 Simbolisasi dalam Prosesi Ibadah Haji

Proses ibadah haji dengan semua prosesinya mempunyai simbolisasi. Oleh sebab itu bisa dikatakan bahwa keberhasilan mengungkap makna simbol-simbol dalam setiap prosesi menjadi indikasi Jemaah haji berhasil meraih kemabruhan haji.

1) Wukuf di Arafah

Wuquf di Arafah merupakan puncak ibadah haji. Maka setiap jamaah haji semua wajib berada di Arafah untuk menjalankan wukuf. Bagi yang tidak mampu secara pisik juga harus disafarikan agar bisa menjalankan wukuf di Arafah.

Wukuf di Arafah merupakan proses perenungan seorang hamba tentang dirinya sebagai makhluk yang banyak salah dan dosa. Melalui perenuangan ini, seseorang melakukan proses introspeksi atau muhasabah tentang perilaku mana yang baik dan belum baik. 

Kesadaran seseorang melakukan instrospeksi atas semua kesalahan ini merupakan proses awal seseorang melakukan pembersihan jiwa. Di tempat ini nabi Ibrahim melakukan perenungan tentang mimpinya agar menyembelih anaknya yang bernama Ismail. 

Maka apabila proses ini mampu dilakukan, maka seseorang akan menerapkan dua dimensi dalam proses Wukuf di Arafah yaitu kesadaran diri mengakui semua kesalahan (kotoran-kotoran jiwanya), pada dimensi yang lain akan berusaha membangun komitmen agar kelak sepulang haji, berusaha melakukan menghilangkan kotoran-kotoran jiwanya dengan berbagai langkah yang disyariatkan oleh Alloh SWT. Langkah inilah yang menjadi testimoni haji yag berpredikat mabrur.

2) Lempar Jumrah

Prosesi berikutnya adalah melempar jumrah. Prosesi ini juga menyuguhkan simbolisasi tentang etape lanjutan sesorang membersihkan jiwanya. Dalam prosesi ibadahnya, Jemaah haji diwajibkan melempar kerikil sebanyak 7 biji.

Hakikinya melempar jumrah adalah membuang sifat syaitaniyah pada diri seseorang. Sebab syaitan itu akan selalu ada pada diri manusia sampai seseorang dalam sakaratul maut. Maka untuk membuang sifat ini memerlukan waktu yang tidak hanya sekali. Mengapa melemparnya harus tujuh kali? 

Makna yang bisa diungkap adalah agar seseorang berhasil mencapai langit ke tujuh yaitu bersemayamnya para malaikat (alam malaikat). Tempat ini disebut dengan Sidratil Muntaha, sebuah tempat yang dikunjungi nabi Muhammad pada saat mi'raj.

Ketika etape perenungan yang dilakukan pada saat Wukuf, dilanjutkan dengan membuang sifat syitaniyah (lempar jumrah), maka kotoran jiwa sedikit demi sedikit akan terus berkurang.

Oleh sebab itu etape berikutnya adalah membawa seseorang dalam realitas kehidupan di masyarakat. Dalam prosesi haji, etape ini disebut dengan Thawaf (mengelilingi ka'bah) sebanyak tujuh kali.

3) Thawaf

Prosesi berikutnya setelah lembar Jumrah adalah Thawaf yaitu mengelilingi ka'bah sampai tujuh kali. Pada etape ini seseorang berada dalam realitas kehidupan yang nyata. Adapun bekal yang dibawa adalah upaya melempar atau membuang sifat-sifat syaitoniyah yang dilakukan. 

Seseorang diharapkan mampu untuk mempunyai kecerdasan spiritual dalam mencapai tujuan mulia tanpa harus mengedepankan ego pribadi, ingin menang sendiri, sikut sana sikut sini, dan beberapa penyakit jiwa yang lain. Kecerdasan spiritual itu dibutuhkan, sebab orang lain juga mempunyai tujuan yang sama-sama ingin diperjuangkan.

Mengingat prosesi ini merupakan etape yang lebih tinggi, maka ujian dan tantangannya juga lebih kompleks dan lebih berat. Dalam ujian tersebut mampukah seseorang yang sedang melakukan thawab mengembangkan manajemen "hablum minalloh dan hablum minanas" di tengah aneka karakter manusia yang dihadapi?

Sebab segenap karakter yang ada, mempunyai tujuan yang sama dengan langkah-langkah pisik yang sama juga. Yang membedakan adalah kecerdasan spiritual dalam memahami simbolisasi dalam prosesi aktivitas thawaf.

Kemampuan seseorang melakukan thawaf dengan menghargai hak-hak orang lain serta membuat orang lain tidak terganggu merupakan langkah keberhasilan jemaah mampu mengembangkan manajemen "hablum minalloh dan hablum minannas". 

Kemampuan seseorang meleburkan diri dalam kumpulan jutaan manusia, sedangkan ia berhasil meraih nilai-nilai utama thawaf yang dilakukan merupakan gambaran orang yang bisa dikatakan sebagai orang yang bisa memahami ajaran Thawaf yaitu berhasil membangun orientasi ketauhidan secara personal dan keumatan.

Pada akhirnya melalui thawaf, seseorang diharapkan berhasil menggapai ma'rifatulloh yang ditandai dengan keberhasilan menembus langit ke tujuh yaitu tempat sidratul muntaha yang dilihat nabi Muhammad dalam peristiwa mi'raj. Hal ini sesuai dengan perintah agar Jemaah haji melakukan thawab dengan mengelilingi ka'bah sebanyak tujuh kali.

4) Sa'i

Etape setelah thawab adalah sa'i yaitu melakukan perjalanan panjang dari bukit Safa ke bukit Marwa.

Dalam ibadah sa'i terdapat simbolisasi yang bisa diungkap nilai-nilainya. Ibadah sa'i hakikinya merupakan ajaran agar orang mau bekerja keras, tidak mudah putus asa dalam menggapai kesuksesan yang akan diberikan oleh Alloh SWT. 

Ibadah sa'I hakikinya menapaki kerja keras tiada henti Siti Hajar (istri nabi Ibrahim) yang kadang berjalan, kadang berlari dalam memperoleh sumber air demi memenuhi rasa haus anaknya yang bernama Ismail. Maka ibadah ini dijalankan setelah etape ibadah thawaf. 

Etape di mana seseorang sudah berhasil membangun orientasi ilahiyah di tengah aneka karakter manusia dalam kehidupan nyata dan berhasil memperoleh derajat tertinggi menggapai alam malaikat yang beada di langit ketujuh.

Maka sa'i merupakan pelajaran kepada umat Islam yang menjalankan ibadah haji agar selalu bekerja keras dan tidak mudah putus asa dalam meraih kesuksesan dunia sampai akhirat.

Kemabruran haji menjadi cita-cita setiap umat Islam yang menjalankan ibadah haji. Kemabruran hakikinya bukan sesuatu yang abstrak apalagi teoritis. Kemabruran hakikinya keberhasilan Jemaah haji membersihkan jiwanya. 

Sebab tidak lain ibadah haji merupakan salah satu ibadah yang bertujuan membersihkan jiwa setiap pribadi  muslim yang menjalankan ibadah haji. Maka kecerdasan dalam mengungkap simbolisasi ritual haji akan menjadi kata kunci dalam meraih kemabruran haji.

Bahan Bacaan:

Menjadi Haji Tanpa Berhaji Karya Agus Mustofa tahun 2009. Diterbitkan oleh PADMA Press.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun