Mohon tunggu...
cipto lelono
cipto lelono Mohon Tunggu... Guru - Sudah Pensiun Sebagai Guru

Menulis sebaiknya menjadi hobi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Varian Baru Sekolah Swasta, Tren atau Ketidakpuasan?

6 Juni 2022   09:37 Diperbarui: 6 Juni 2022   14:58 951
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
UNBK di SMP Mutiara Bangsa Cipondoh (Dokumentasi Pendidikan Kota Tangerang via Kompas.com)

Sekolah swasta memiliki sejarah panjang. Secara historis bisa dilacak sejak era pergerakan nasional (kebangkitan). Tahap demi tahap akhirnya bermunculan sekolah swasta dengan ciri masing-masing. Ada yang berciri kebangsaan, ada pula keagamaan (tetapi tetap berorientasi pada kebangsaan).

Seiring dengan perubahan sosial yang terjadi di tengah masyarakat, dunia pendidikan juga terkena dampaknya, baik yang positif maupun negatif. 

Dampak positif yang dapat dirasakan adalah perkembangan teknologi informasi yang demikian cepat. Sehingga akses informasi dan pengetahuan dengan mudah didapatkan. 

Salah satu dampak negatif yang dirasakan adalah munculnya perilaku pelajar yang melanggar norma, baik norma sosial maupun agama dalam berbagai bentuk. Bahkan bentuk kenakalan yang ditampilkan sudah berada dalam kondisi yang sangat memprihatinkan.

Kondisi demikian barangkali di tengah masyarakat akhirnya muncul sekolah-sekolah swasta yang membawa "varian-varian baru". 

Sekolah-sekolah swasta varian baru dampaknya sudah dirasakan untuk tingkat PAUD/ TK, SD, SMP bahkan SMA. 

Kehadiran sekolah-sekolah ini akhirnya menjadi tren baru di masyarakat dalam menyekolahkan anak-anaknya. 

Bahkan kehadiran sekolah tersebut sedikit banyak juga berpengaruh pada keberadaan sekolah yang berstatus negeri maupun swasta yang sudah berdiri lama.

Bagi sekolah negeri setidaknya ditandai dengan berkurangnya minat kelas sosial tertentu di masyarakat dalam menyekolahkan anaknya di sekolah negeri.

Mereka cenderung terdorong menyekolahkan di sekolah-sekolah swasta yang menawarkan varian-varian baru dalam memberikan layanan. 

Bagi sekolah swasta yang sudah lama, terdapat beberapa sekolah yang berkurang jumlah peminat sebagai akibat munculnya sekolah-sekolah baru tersebut.

Berpangkal dari kondisi tersebut, muncul pertanyaan, "Sekolah-sekolah swasta varian baru tersebut merupakan tren atau ketidakpuasan masyarakat?"

Varian Baru Sekolah swasta

Munculnya sekolah-sekolah swasta dengan varian-varian baru yang dibawa telah memberikan pemandangan baru dunia pendidikan kita. 

Kehadirannya selain melengkapi warna manajemen sekolah-sekolah yang sudah lebih dahulu, juga menambah tambahan opsi baru bagi masyarakat yang menyekolahkan anak-anaknya. Mengapa demikian? Sebab kehadirannya juga membawa varian-varian baru yang disajikan kepada masyarakat. Secara sederhana varian-varian antara lain:

a) Varian konsep pendidikan

Pada umumnya varian-varian baru yang muncul salah satunya adalah berupa konsep pendidikan. Konsep baru yang ditawarkan misalnya layanan yang lebih humanistis, layanan yang bersifat psikologis, layanan pembiasaan nilai-nilai kehidupan yang pasti akan diterapkan peserta didik di masyarakat, layanan keterbukaan, dan lain lain.

Untuk merealisasikan konsep layanan tersebut, sekolah menghadirkan psikolog sebagai mitra sekolah melayani peserta didik. 

Melakukan layanan komunikasi tiap kelas secara periodik, menanamkan pembiasaan tentang toilet training, kedisiplinan, saling memaafkan, kemandirian, dan lain lain.

b) Orientasi pendidikan

Varian-varian baru pada orientasi pendidikan lebih mengutamakan karakter secara aplikatif (bukan teori pendidikan karakter) dan penguasan skill. 

Orientasi ini bisa berupa aspek keagamaan, nilai-nilai kebangsaan, enterprenuership, bahasa Inggris yang aplikatif, pembelajaran yang berorientasi pada keberhasilan tim, outing class learning, jumpa tokoh, Jumpa penulis, dan masih banyak lagi eksplorasi yang dikembangkan. Selain itu layanan full day school juga melengkapi adanya orientasi layanan pendidikan.

c) Varian layanan akademis

Sumber: www.republika.co.id
Sumber: www.republika.co.id

Sekolah-sekolah swasta dengan varian baru selain menyuguhkan layanan yang bersifat non akademis, juga memberikan layanan secara akademis. 

Dengan langkah-langkah yang dilakukan, mereka pada umumnya berjuang agar secara akademis tidak terlalu ketinggalan dengan sekolah negeri maupun swasta yang sudah lebih lama berdiri.

Apabila ditarik kesimpulan sebenarnya varian-varian baru yang ditawarkan lebih bersifat proses pendidikan yang lebih ditajamkan dan dimaksimalkan, walaupun orientasi layanan yang bersifat akademis tetap dilakukan.

Tren Menyekolahkan Anak di Sekolah Swasta Baru

Munculnya varian-varian baru layanan yang ditawarkan oleh sekolah-sekolah swasta baru, memunculkan fenomena baru di masyarakat dalam menyekolahkan anak-anaknya. Fenomena tersebut telah memunculkan tren baru masyarakat dalam menyekolahkan anak-anaknya.

Tren tersebut selain menyasar kelas-kelas sosial yang sudah lama ada di masyarakat, bisa saja juga mengalihkan pandangan kelas sosial baru di masyarakat, secara khusus kelas menegah yang terlahir dari kalangan milenial untuk menyekolahkan anak-anaknya di sekolah-sekolah baru.

Munculnya tren masyarakat menyekolahkan di sekolah swasta baru (walaupun berbayar relatif mahal). Tren tersebut tidak mustahil juga diikuti oleh orang tua yang menjadi guru berstatus ASN.

Ketidakpuasan

Munculnya tren baru menyekolahkan anak di sekolah swasta dengan varian baru, apakah bentuk ketidakpuasan terhadap sekolah-sekolah lama? Beberapa hal berikut bisa dijadikan sebagai bahan diskusi.

a) Mungkinkah layanan pembelajaran (khususnya pembiasaan nilai-nilai kehidupan) dirasa kurang?

Layanan pembelajaran terkait erat dengan proses pembelajaran yang dijalankan di suatu sekolah. Guru menjadi penentu utama dalam hal ini. 

Maka ketika para guru dapat menampilkan diri sebagai sosok yang profesional (inovatif, kreatif dan komunikatif) akan berdampak pada meningkatnya kepuasan pada masyarakat. Namun apabila terjadi sebaliknya juga akan berdampak pada munculnya ketidakpuasan.

Ketidakpuasan dalam hal ini bisa mendorong masyarakat mencari opsi sekolah-sekolah yang dianggap lebih baik, walaupun harus dengan membayar.

b) Mungkinkah layanan kebutuhan spiritual dirasa belum maksimal?

Ada dua pertimbangan yang secara kontras berbeda dalam menyekolahkan anaknya di sekolah. 

Pertama berorientasi akademis, kedua berorientasi agama. Di tengah opsi tersebut muncul opsi tengah-tengah yaitu akademis dan agama.

Bagi yang berorientasi akademis tentu lebih menimbang masa depan anak-anaknya terkait dengan pekerjaannya kelak.

Bagi yang berorientasi agama lebih berorientasi pada perolehan iman dan takwa anak-anak mereka. Sebab mereka berpikir bahwa pekerjaan akan mengikuti anak-anaknya jika iman dan takwanya baik.

Ketidakpuasan layanan spiritual bisa saja mendorong munculnya tren baru bagi masyarakat untuk menyekolahkan anak-anaknya di sekolah swasta baru yang menawarkan varian-varian baru yang dianggap relatif sesuai harapan (walaupun harus membayar).

c) Sajian menu kegiatan di sekolah?

Ketidakpuasan masyarakat, bisa saja dipacu oleh sajian menu kegiatan sekolah dan layanan pembelajaran yang kurang maksimal. Kurang memaksimalkan proses inovasi dalam memberikan sajian kegiatan yang bervariatif. Dampaknya masyarakat kurang merasakan layanan spesial yang dirasakan manfaatnya. 

Hal ini kiranya bisa menjadi sebab ketidakpuasan masyarakat. Sehingga masyarakat mencari opsi sekolah-sekolah yang memberikan layanan pembelajaran yang inovatif dan kreatif, walaupun harus mengeluarkan biaya tidak sedikit.

Dalam kondisi demikian, apabila di masyarakat muncul sekolah-sekolah swasta baru yang memberikan layanan bervariasi, akan mendorong masyarakat untuk dijadikan sebagai pilihan.

Apabila alasan ini betul, maka baik sekolah negeri maupun swasta (yang sudah lebih lama ada), perlu melakukan evaluasi secara menyeluruh agar tetap bisa mempertahankan kepercayaan masyarakat.

Apabila dicermati, pada dasarnya varian baru yang ditawarkan lebih menekankan pada proses yang dipertajam dan dielaborasi secara sistemik. Sehingga proses yang dijalankan menghadirkan nilai manfaat yang bisa dirasakan oleh masyarakat.

Kehadiran sekolah-sekolah swasta dengan varian baru yang dibawa hendaknya dijadikan sebagai mitra kompetisi dalam memberikan layanan profesional yang terus berkualitas kepada masyarakat. 

Biarlah masyarakat menentukan pilihan yang dianggap baik dan tepat untuk masa depan anak-anaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun