Halal Bil Halal telah menjadi magnet munculnya berbagai kegiatan silaturahmi. Salah satunya adalah silaturahmi keluarga besar (extended family) yaitu keluarga yang terdiri dari beberapa keluarga inti (nuclear family) ayah, ibu dan anak) yang berasal dari satu garis keturunan yang sama.
Dalam anggota keluarga intinya melakukan pernikahan. Sehingga jumlah anggota secara terus menerus bertambah besar. Sehingga antar keluarga bisa saja sudah tidak saling mengenal satu dengan yang lain. Padahal mereka berasal dari satu garis keturunan yang sama.
Di Jawa keluarga besar sering disebut dengan istilah "bani". Ada juga yang menyebut dengan istilah "trah". Intinya semua personal yang berasal dari satu garis keturunan. Konsep kekerabatan yang dianut suku Jawa adalah bilateral (mengakui ayah dan ibu) sebagai penerus keturunan. Â Maka anggota keluarga besar berasal dari ayah dan ibu. Sehingga pertemuan keluarga besar bisa dari keluarga ayah maupun ibu. Namun umumnya yang ada di masyarakat yang berasal dari garis ayah.
Dalam praktiknya, silaturahmi antar keluarga besar bisa menggunakan hajatan masing-masing keluarga. Pada saat anggota keluarga mempunyai hajat (menantu misalnya) mengundang seluruh anggota keluarga besarnya. Sehingga forum hajatan bisa menjadi salah satu sarana mempertemukan semua anggota keluarga.
Namun seiring waktu dan makin bervariasinya kesibukan masing-masing, anggota keluarga besar terpencar baik secara profesi maupun geografi. Sehingga muncul iktiar mempertemukan anggota keluarga besar menggunakan momen bulan syawal yaitu kegiatan halal bil halal.
Beberapa Nilai Utama Silaturahmi Keluarga Besar
Terdapat beberapa nilai utama diadakannya silaturahmi keluarga besar. Nilai-nilai tersebut merupakan tata nilai yang bersifat subyektif maupun obyektif. Tata nilai subyektif berkaitan dengan persepsi keluarga tentang sesuatu (hak waris, agama,dll). Sedangkan tata nilai obyektif merupakan tata nilai yang berkaitan dengan nilai-nilai universal yang berlaku di masyarakat (sopan santun, tanggungjawab,dll).
Ada beberapa nilai utama yang penting dipertahankan melalui momentum bulan syawal dengan kegiatan halal bil halal. Beberapa nilai tersebut antara lain:
1) Memohonkan ampunan arwah luluhurnya
Hal penting pertama yang harus dilakukan dalam pertemuan silaturahmi keluarga besar adalah memohonkan ampunan arwah leluhur yang sudah mendahului. Leluhur yang dianggap sebagai cikal bakal keluarga besar telah mewariskan anak keturunan yang makin berkembang. Â Maka mejadi kewajiban semua keluarga untuk mendoakan arwah leluhurnya aga rmendapatkan ampunan atas semua dosa-dosanya.
Nilai ini merupakan nilai yang paling esensial yang semestinya mendapatkan prioritas dalam pertemuan tersebut. Maka Setidaknya ada acara khusus untuk mendoakan arwah leluhur yang menjadi cikal bakal keluarga.
2) Merajut Silaturahmi Antar Keluarga
Hal penting kedua adalah merajut silaturahmi keluarga. Sebab dalam keluaraa yang bersifat extended family sudah mempunyai aneka perbedaan baik tempat tinggal, profesi maupun perbedaan kesibukan. Bahkan tidak mustahil juga muncul adanya persepsi tentang keberagamaan atau cara memahami hidup dan kehidupan.
Aneka perbedaan tersebut bisa berdampak pada retaknya hubungan antar anggota keluarga. Maka ke silaturahmi menjadi momen yang baik untuk merajut aneka perbedaan tersebut. Sehingga bisa menyambung kembali ikatan keluarga.
3) Memperkuat Ikatan Emosional
Nilai ketiga adalah berusaha memperkuat ikatan emosional keluarga. Ikatan emosi adalah perasaan yang sama sebagai anggota keluarga besar. Sehingga setiap diri merasa menjadi bagian dari ikatan keluarga yang berasal dari satu garis keturunan.
Ikatan emosi diharapkap dapat menumbuhkan perasaan bangga sebagai anggota keluarga besar. Sehingga muncul sikap self esteem setiap pribadi dalam ikatan keluarga besar.
Maka halal bil halal yang dilaksanakan hendaknya dapat mengail nilai utama ini. Sebab ketika ikatan emosional antar anggota keluarga besat kuat, akan berdampak pada kokohnya silaturahmi. Kondisi ini akan berdampak pada mudahnya anggota keluarga diajak melakukan kegiatan yang bersifat kemslahatan bersama.
4) Mengenalkan anggota keluarga
Hal penting yang lain adalah mengenalkan semua anggota keluarga. Seperti dipaparkan di atas bahwa keluarga besar tidak mustahil terpishkan tempat tinggalnya akibat perkawinan atau pekerjaan. Sehingga bisa saja tidak saling mengenal satu sama yang lain.
Maka momen silaturahmi melalui halal bil halal dapat digunakan untuk saling mengenalkan semua anggota kelaurga baik anak, menantu, cucu dll.
5) Mempertahankan marwah keluarga
Setiap keluarga mempunyai harga diri (marwah) keluarga yang menjadi status yang dimiliki. Sehingga setiap keluarga akan berjuang mempertahankan status keluarga sebagai marwahnya. Momen silaturami dapat menjadi sarana menyosialisasikan status keluarganya agar semua anggota keluarga mengetahui asal usul garis keturunannya. Pendek kata dalam silaturahmi keluarga terdapat nilai utama untuk mewariskan status keluarga. Perkawinan "endogami" (perkawinan laki perempuan yang berasal dalam satu bani/trah) merupakan salah satu upaya mempertahankan marwah keluarga.
6) Melanjutkan keyakinan orang tua
Fungsi lembaga keluarga menurut E.Durkeim antara lain: afeksi (kasih sayang), ekonomi (memenuhi sandang, pangan, papan), reproduksi (melanjutka keturunan), proteksi (melindungi dari mara bahaya) dan fungsi sosialisasi (mewariskan nilai, norma dan keyakinan keluarga).
Berdasar fungsi tersebut maka salah satu fungsi keluarga adalah melanjutkan keyakinan (agama) yang dianut generasi sebelumnya. Maka silaturahmi juga penting menanamkan nilai-nilai agama kepada semua anggota keluarga besarnya. Sehingga melalui silaturahmi secara tidak langsung terjadi proses sosialisasi ajatan agama yang diyakini cikal bakal keluarga.Â
7) Membebaskan seluruh anggota keluarga dari siksa api neraka
Bagi kita yang beragama Islam, ada ayat Al Qur'an yang bisa dijadikan sandaran tentang tujuan dibentuknya keluarga yaitu terbebebasnya diri dan keluarga dari siksa api neraka. Maka Silaturahmi keluarga besar hendaknya tidak meninggalkan visi utama keluarga besar yang terbangun yaitu terbebasnya semua anggota keluarga dari siksa api neraka. Nilai ini merupakan nilai yang bersifat final (tidak bisa ditawar-tawar).
Paparan di atas merupakan refleksi munculnya fenomena silaturahmi keluarga besar (bani/trah) yang terus berkembang di masyarakat. Refleksi tersebut sebagai bagian dari kesadaran kita agar silaturahmi keluarga tidak dkjadikan sebagai ajang "pamer pamor" dan "adu gengsi" antar keluarga. Jika yang terjadi demikian, maka silaturahmi kelurarga telah bergeser menjadi pertarungan gengsi sosial-ekonomi antar keluarga. Semoga bermarnfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H