Tinggi rendahnya skor didasarkan pada perolehan angka yang diperoleh di tempat sasaran saat atlet memanah dengan mata ditutup. Saya berada di kelompok atas, tetapi berada di paling bawah. Sebab anak panah saya ada yang berhasil di warna merah dan kuning, tetapi banyak yang diluar warna tersebut. Itulah segelintir memori yang masih sempat diungkap.
Sejak sesi pelatihan tersebut, resmi saya menjadi atlet Panahan Kabupaten Blora. Maka mulailah mengikuti berbagai even pertandingan. Pernah ke Jatinom Klaten, Semarang, Surakart bahkan sampai Cilacap untuk menimba pengalaman dan mengasah mental serta keterampilan.
Puncaknya tahun 1992 ketika ada Pekan Olah Raga Jawa Tengah (PORDA). Saat itu semua pengurus bersepakat Panahan ikut berpartisipasi pada even tersebut. Segenap persiapan tentu dilakukan untuk memperoleh pengalaman indah pada even tersebut.
Singkat cerita karena keterbatasan kuota atlet panahan pada evem tersebut, maka para pemain yang akan mewakili Kabupaten Blora harus dikurangi. Siapa orangnya yang akan dipilih masih belum tahu. Intinya semua atlet tetap latihan, termasuk salah satu atlet baru yaitu pak Camat di wilayah sekolah kami.
Kira-kira dua hari menjelang acara, saya dipanggil seniorku  yaitu guru olah raga yang mengajakku masuk sebagai atlet panahan. Intinya pada even PORDA Panahan Blora akan membawa tambahan 2 atlet baru yang jauh lebih muda dibanding saya. Musyawarah pengurus, ke dua atlet baru diajak. Selanjutnya saya diminta mengisi job pelatih yang masih kosong. Sebab senior saya definitif menjadi pelatih cabang Dayung. Saya agak kaget dan heran mendengar keputusan tersebut.
Saya menerima tugas tersebut tanpa bertanya apapun. Karena saya yakin pengurus mempunyai pertimbangan tertentu untut masa depan Panahan di Blora. Maka saya mengamini permintaannya. Sebab beliau paling senang menampilkan anak-anak muda di ranah publik. Sejak itu saya resmi menjadi pelatih Panahan untuk even PORDA Jawa Tengah.
Pelepasan AtletÂ
Sebelum pemberangkatan ke Semarang, semua atlet dan ofisial dikumpulkan di pendopo kabupaten. Pak Bupati akan melepas secara resmi. Sebelum dilepas, pak Bupati mengisi dengan ramah tamah dengan para pelatih yang hadir di pendopo, termasuk saya. Beberapa pelatih secara random dipanggil untuk dimintai menjelaskan target dalam even tersebut.
Tiba-tiba pak Bupati bolak-balik baca daftar pelatih dari segi umur dan pekerjaan. Ketemulah nama saya. "Ini dia pelatihl kita paling muda di acara Porda tahun ini yang berasal dari unsur guru, silahkan mas Cipto Lelono berdiri!" Kira - kira seperti itu kalimatnya
Saya terperanjat, baru tahu kalau aku menjadi pelatih termuda. Ya, pada saat itu usia saya baru 29 tahun. Even sekelas PORDA biasanya diisi oleh para senior yang sudah malang melintang banyak makan garam. Karena situasilah, saya 'dipaksa' menjadi pelatih.
Saya berdiri dan menyambut sapa pak Bupati." Mas Cipto Panahan cabang olah baru di Blora?