Mohon tunggu...
cipto lelono
cipto lelono Mohon Tunggu... Guru - Sudah Pensiun Sebagai Guru

Menulis sebaiknya menjadi hobi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Bagaimana Langkah Guru Mengembangkan Kurikulum dalam Pembelajaran Daring? (Pedagogik 2)

2 Agustus 2021   08:02 Diperbarui: 3 Agustus 2021   18:15 1294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kapanpun guru memang harus siap dengan tantangan. Sebab profesi guru selain membutuhkan sikap inovatif dan kreatif, guru juga membutuhkan sikap mental yang adaptif terhadap situasi dan kondisi yang dihadapi, secara khusus dalam pembelajaran daring. 

Mengapa guru perlu mengembangkan kurikulum dalam pembelajaran daring? Sebab kondisi daring adalah kondisi yang bersifat "anomali" (tidak semestinya). 

Hal ini tidak biasanya terjadi dalam pembelajaran selama ini. Maka daring pasti akan menyisakan masalah bagi peserta didik, baik psikologis maupun sosial dan intelektual bagi peserta didik.

Masalah psikologis berkaitan dengan motivasi yang harus dibangun, masalah sosial berkaitan dengan kondisi keluarga dan lingkungan yang belum tentu mendukung, sedangkan masalah intelektual berkaitan dengan ketercapaian ranah kognitif dalam menjalankan rangkaian kegiatan pembelajaran yang harus dijalani dengan beban-beban yang harus dijalankannya.

Oleh Sebab itu, salah satu tuntutan kompetensi pedagogik guru adalah mengembangkan kurikulum yang disesuaikan dengan kondisi pembelajaran daring. Langkah ini perlu dilakukan agar layanan pembelajaran tetap terjaga kualitasnya, namun dapat rasional dengan kondisi pembelajaran daring. 

Parameternya adalah materi yang" inti saja" namun dapat menanamkan sikap dan mengembangkan keterampilan berpikir tinggi peserta didik. Kondisi materi yang disebut inti yang tahu persis adalah gurunya masing-masing.

Langkah-langkah penting yang perlu dilakukan guru dalam mengembangkan kurikulum pada pembelajaran daring (Kurikulum Daring):

a. Menyusun "desain" kurikulum sesuai bidang tugasnya 

Mengingat pembelajaran daring adalah kondisi "darurat", maka langkah awal sebaiknya menyusun "grand design" kurikulum sesuai bidang tugasnya. Hal ini penting agar dalam penjabaran di lapangan dapat disesuaikan dengan kondisi di lapangan yang sesuai dengan kondisi peserta didiknya. Lalu, apa isi grand desain kurikulum yang harus disusun guru?

1. Materi esensi yang mesti dikuasai peserta didik

Materi esensi tentu berdasar pada tebaran Kompetensi Dasar (KD 3.1) yang sudah tertuang dalam struktur kurikulum. Maka dalam kondisi daring guru sebaiknya melakukan resrukturisasi pada jumlah KD ataupun rasionalisasi materi yang tertuang dalam masing-masing KD. 

Kegiatan ini bisa disebut sebagai langkah pemetaan KD (analisis KD). Hasil yang diharapkan adalah adanya materi esensi yang dipandang guru untuk dikuasai peserta didik dalam pembelajaran daring.

Materi esensi bisa diambil dari beberapa KD yang ada kesinambungan, atau dari beberapa KD yang digunakan guru dalam pembelajaran daring. Maka dalam pembelajaran daring guru bisa saja melakukan 'pemangkasan' sejumlah KD yang dipandang sudah terwakili oleh KD lain atau pertimbangan kurang esensi atau yang bersifat pendalaman. 

Apa alasannya adanya materi esensial? Di satu sisi agar peserta didik lebih mudah memahami materi.  Di sisi lainnya agar porsi pengembangan keterampilan berpikir peserta didik lebih bisa dikembangkan dalam kondisi darurat pandemi. 

sumber: kompetensi.info
sumber: kompetensi.info

2. Pengembangan keterampilan yang perlu dilakukan oleh peserta didik 

Dalam struktur kurikulum 2013 terdapat Kompetensi Dasar Keterampilan (KD 4.1). KD ini dimaksudkan untuk mengasah secara integral (berdasar KD 3.1) keterampilan berpikir peserta didik, baik berpikir kritis, kreatif maupun inovatif dalam memecahkan suatu masalah. 

Maka keterampilan berpikir yang perlu dilakukan peserta didik adalah tuntutan kurikulum yang menjadi bagian tugas guru dalam menjalankan tugas profesinya.

3. Penetapan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)

Menyusun IPK pun sebaiknya juga disesuaikan dengan pembelajaran daring. Apabila biasanya dalam 1 KD dituangkan 12 IPK untuk 6 tatap muka (misalnya), maka sebaiknya dalam pembelajaran daring dikurangi porsinya. Buatlah IPK yang "sedikit tapi padat menu". pertimbangan utama adalah kondisi peserta didik serta kondisi sekolah masing-masing. 

Apabila "budaya mutu sekolah" sudah mapan, maka proses adaptasi dari pola luring ke daring tidak terlalu kaget. Namun bagi sekolah yang baru memperjuangkan format budaya mutu sekolahnya, tentu akan mengalami kondisi yang masih pontang panting.

4. Identifikasi Model pembelajaran yang dapat menantang berpikir peserta didik

Pemilihan model pembelajaran hendaknya menjadi pertimbangan penting dalam menyusun grand design kurikulum. Mengapa di dalam desain kurikulum perlu dipertimbangkan model pembelajaran daring? 

Sebab kesesuaian (bahkan ketepatan) guru menginditifikasi model pembelajaran akan berpengaruh pada langkah pendalaman materi baik melalui analisis, peyingkapan maupun pememuan gagasan-gagasan baru yang perlu dikembangan peserta didik.

Dalam kondisi pembelajaran daring, sintak suatu model belum tentu secara menyeluruh dapat dijalankan guru. Sebab guru dihadapkan pada kondisi riil tidak bertatap muka dalam proses pembelajaran yang dilakoni.

Lalu, model yang bagaimana? Tentu model pembelajaran yang dapat mendorong peserta didik secara individual mendapat tantangan. Sehingga mau bertanya, menggali sumber lain guna menjawab tantangan yang diberikan guru. 

Kurikulum 2013 merekomendasikan model Discovery Learning, Inquiry Learning, Problem Based Learning dan Projec Based Learning (PjBl). Yang terpenting adalah mengembangkan daya nalar peserta didik di tengah pandemi tetap bisa dilakukan oleh guru.

b. Menyusun Silabus Pembelajaran daring

Bagaimana profil silabus pembelajaran daring? Yaitu silabus berisi tentang paparan langkah guru yang didasarkan pada langkah-langkah penyusun desain kurikulum yang disusun guru, yang sudah disesuaikan dengan kondisi pembelajaran daring. Maka isi silabus daring berisi antara lain:

  1. KD yang sudah dipetakan (dianalisis) oleh guru
  2. Materi esensial yang sudah dipetakan (dianalisis) oleh guru
  3. IPK yang sedikit tapi penuh makna. Untuk IPK KD 4.1. yang menantang, realistik (dapat dilakukan peserta didik)
  4. Kegiatan Pembelajaran yang disesuaikan dengan pembelajaran daring
  5. Gunakan metode yang sesuai dengan kondisi daring. Hindari metode diskusi jika belum maksimal dalam pengelolaan kelas daring. Apalagi kondisi geografis peserta di lingkungan pegunungan yang rawan sinyal "lelet".
  6. Penggunaan media aplikasi dalam pembelajaran juga yang ramah terhadap peserta didik (tidak memberatkan paket data, bisa komunikatif, dll). Yang paling penting media itu dikuasai secara maksimal oleh guru.
  7. Model pembelajaran yang menantang peserta didik mengembangkan daya nalar. Disarankan menerapkan Discovery Learning maupun Problem Based Learning.
  8. Penilaian bisa dengan berbagai teknis baik pengetahuan, sikap maupun keterampilan.

c. Menyusun RPP Daring

RPP daring adalah RPP yang semua komponen disesuaikan dengan kondisi daring. RPP bisa menggunakan yang 1 lembar. Isi pokok RPP daring adalah menuangkan komponen yang ada di silabus daring. 

Bedanya di RPP terdapat kegiatan Inti yang memuat langkah guru dalam pembelajaran. Dalam langkah tersebut guru menuangkan implementasi metode, media, model secara integratif dalam mengkaji dan mendalami materi esensial yang sudah dirancang oleh guru.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun RPP daring:

  1. Memuat IPK yang simpel berdasar materi esensial (inti). IPK yang diterapkan sebaiknya IPK pokok yang sudah HOTs (C4, C5, C6). Jika di IPK pokok masih LOTS atau MOTS maka guru perlu menyusun IPK Pengembangan agar IPK yang disusun berorientasi pada pembelajaran yang HOTs. Jumlah IPK perlu disesuaikan dengan alokasi waktu dalam pembelajaran daring. Demikian juga IPK ranah keterampilan, sebaiknya juga disusun yang simpel dan realistis
  2. Membuat Tujuan pembelajaran yang sesuai IPK
  3. Menyusun Kegitan Pembelajaran (Inti) dengan menerapkan metode, media, model pembelajaran secara terintegrasi guna membahas materi esensial yang disusun guru
  4. Menyusun rancangan penilaian yang dapat dilakukan oleh peserta didik. Contoh: tes tertulis (pilihan ganda atau uraian).

Demikian paparan tentang kegiatan pedagogik guru dalam mengembangkan kurikulum dalam pembelajaran daring. Tentu masih banyak kekurangan. Namun setidaknya dapat dijadikan bahan diskusi sesama profesi dalam melayani peserta didik di masa pandemi ini. Semoga bermanfaat. Mohon maaf segala kekurangan.

Bahan bacaan:

Buku Pegangan Pembelajaran Berorientasi pada Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi.2018. Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan.Jakarta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun