Mohon tunggu...
cipto lelono
cipto lelono Mohon Tunggu... Guru - Sudah Pensiun Sebagai Guru

Menulis sebaiknya menjadi hobi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pergerakan Nasional dan Hantu Politik Pemerintah Kolonial Belanda

4 Juli 2021   09:44 Diperbarui: 4 Juli 2021   09:47 607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Sejarahone.id

Lahirnya pergerakan nasional adalah titik balik bagi perjuangan bangsa Indonesia. Hal-hal yang tadinya bersifat kesukuan dan kedaerahan perlahan dan pasti menuju satu titik akhir yaitu semangat kebangsaan. Hal yang sama sekali ridak pernah terbayangkan oleh pemerintah kolonial.

Kelahiran Pergerakan Nasional tidak bisa dilepaskan dari keberhasilan pemerintah Belanda menyelenggarakan Pendidikan (sekolah) bagi Bumi Putera (pribumi). Gagasan mendesak didirikannya sekolah bagi kaum pribumi adalah kebutuhan tenaga ahli maupun tenaga administrasi yang dapat membantu Pemerintah Kolonial dalam penyeleanggaraan pemerintahan modern yang diterapkan dalam kerangka "pax neerlandika" (Sartono Kartodirjo, dkk:158).

Sejak sekolah pribumi dibuka, maka kaum pribumi tidak hanya "melek aksara" (bisa baca dan tulis) namun akhirnya juga "melek secara politik." Sebab proses pendidikan yang diterima selama bersekolah akhirnya menyadarkan tentang eksistensi diri kaum terpelajar yang menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kaum pribumi yaitu sebagai "warga jajahan". Sebagai warga jajahan maka tentu merasakan hak dan kewajiban yang tidak adil dibandingkan orang-orang Belanda.

Di sisi lain, disadari atau tidak dibukanya sekolah bagi pribumi maka pada giliranya melahirkan kelompok sosial baru yang bernama kelompok terpelajar (kelompok intelektual). 

Kelompok ini selain menjadi strutur sosial baru juga menjadi penyebab munculnya "hantu-hantu politik" bagi pemerintah colonial. Sebab kelahiran kaum terpelajar pada akhirnya memprakarsai lahirnya wajah perjuangan baru yang disebut Pergerakan Nasional. Maka sejak itu kita mengenal Boedi Oetomo (1908) yang diprakarsai dr Wahidin Sudiro Husada. 

Bersamaan dengan lahirnya Boedi Oetomo, di di Belanda para pelajar kita membentuk Indiche Vereeniging yang akhirnya berubah menjadi Perhimpunan Indonesia (PI). Selanjutnya berdiri Sarikat Islam yang diketuai HOS Cokroaminoto (1911), Indiche Partij (1912) yang diprakarsai E.D. Dekker. Dalam tahun yang sama juga lahir organisasi keagamaan yang bernama Muhammadiyah yang diprakarsai K.H.Ahmad Dahlan. Pada tahun 1926 lahir Partai Nasional Indonesia yang diprakarsai Ir Soekarno.

Pergumulan antar mereka, bisik-bisik antar mereka, obrolan mereka, dialog-demi dialog yang berjalan secara berkala dan berkesinambungan akhirnya berhasil membentuk visi yang sama yaitu iktiyar melepaskan diri dari ikatan pejajahan Belanda.

Pendek kata kehadiran organisasi pergerakan nasional akhirnya menjadi "hantu politik pemerintah colonial". Hari demi hari pemerintah Belanda merasa ketakutan, apalagi apabila para tokoh pergerakan dapat bertemu satu sama lain. 

Sebab berkumpulnya para tokoh pergerakan akan menjadi bahaya besar bagi stabilitas politik pemerintah colonial. Kaum terpelajar melalui organisasi pergerakan kebangsaan yang didirikan pada akhirnya menjadi actor perlawanan terhadap pemerintah colonial Belanda.

Menyikapi kondisi demikian pemerintah colonial mulai gelisah. Maka politik andalan dikeluarkan yaitu politik "devide et empera", politik pecah belah dan adu domba. Untuk mengetahui pergerakan mereka, pemerintah colonial menggunakan jasa pribumi yang berprofesi sebagai "penghamba kekuasaan" dan "kaum penjilat". 

Di tengah perpecahan organisasi pergerakan yang terjadi, namun pada akhirnya sejarah mencatat bahwa kelahiran pergerakan nasional merupakan kendaraan awal dan kendaraan akhir bangsa kita memperoleh kemerdekaan yang dipelopori oleh kaum terpelajar.

Referensi: Sejarah Nasional Indonesia Jilid V, Sartono Kartodirjo,dkk,.Jakarta. Depdikbud tahun 1975

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun