Satu tindakan nyata itu lebih bermakna dibanding 1000 kata. Itulah ungkapan yang sering kita dengar terkait dengan upaya melakukan ajakan kepada orang lain.
Maka keteladanan merupakan langkah yang fungsional dalam melakukan perubahan. Apalagi yang diubah berkaitan dengan pola pikir teman-teman sejawat. Dapat dipastikan bahwa merubah hal tersebut akan menghadapi banyak masalah dan tantangan. Sehingga memerlukan teknik mengajak yang pas dan sesuai dengan kondisi maupun statusnya.
Masalah dan tantangan besar yang muncul pada teman-teman sesama guru adalah naik dari golongan III d ke IV a dan naik golongan IV a ke IV b. Mengapa hal tersebut menjadi masalah dan tantangan? Sebab untuk bisa naik pangkat/golongan tersebut dipersyaratkan menulis laporan penelitian. Apalagi golongan IV a yang ingin naik ke golongan IV b, selain menulis laporan penelitian juga harus mempublikasikan di Jurnal Pendidikan yang sudah ber ISSN.
Kondisi riil yang mengemuka mereka pada umumnya ingin berada di zona aman. Sebab mereka tidak ingin ribet dan berbelit-belit dalam meningkatkan karir kepangkatan. Sebab harus menulis, mencari buku, memasukkan ke Jurnal, dll. Masuk zona aman adalah langkah praktis dan pragmatis. Apalagi di zona tersebut didukung oleh sebagian besar guru-guru. Pendek kata pendukungnya banyak.Â
Menyikapi kondisi riil demikian saya mencoba menampilkan diri sebagai guru yang mengedepankan "keteladanan realita" bukan "keteladanan retorika". Keteladanan realita yaitu mendepankan keteladanan dalam bentuk tindakan, bukan sekedar mengajak dengan kata-kata atau ucapan yang mempesona.
Dengan kata lain saya mencoba menjauhkan diri dari "keteladanan retorika". Adapun Langkah-langkah yang saya lakukan agar bisa menjauhkan diri dari keteladanan retorika antara lain:
1). Berusaha melahirkan karya-karya profesi dalam bentuk penelitian Pendidikan (khususnya Penelitian Tindakan Kelas).
2). Berusaha melahirkan karya-karya profesi dalam bentuk Buku-Buku Pendidikan
Keterangan:buku pertama ber ISBN (Sumber:dokumentasi pribadi)