Mohon tunggu...
Su Cipto
Su Cipto Mohon Tunggu... -

Sucipto, biasa dipanggil Cip atau Cipto, Saat ini saya bergabung di lembaga swadaya masyarakat Rumah Zakat dan diamanahi sebagai Media Relations.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bantuan Sampan dan Modal Usaha untuk Pemulung

4 Februari 2010   08:09 Diperbarui: 6 Juli 2015   12:24 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

BANDUNG - Jangan berputus asa dari rahmat Tuhan. Itulah pikiran Wawan (41) ketika ia merasa sulit mencari pekerjaan, maka menjadi pemulung adalah pilihan untuk menjemput rezeki. Pekerjaan ini ia lakoni sejak 10 tahun lalu, menjadi pemulung di pesisir Waduk Saguling, "Setiap hari saya menyusuri waduk dan mampu mengumpulkan sampah hingga 70 Kilogram," Sementara harga perkilonya hanya Rp500 hingga Rp3000. Kemudian dari hasil tersebut ia jual ke Bandar sampah, "Rata-rata saya bisa membawa pulang Rp50.000. Semua tergantung dari jenis sampah yang di dapat," ujar Wawan.

Waduk Saguling yang sudah tercemar dan dipenuhi sampah, bagi sebagian pemulung merupakan lahan untuk memanen sampah, ditambah kondisi cuaca yang sedang musim penghujan, pasti lebih banyak lagi sampah yang dipanen. Tetapi kondisi itu bagi Wawan tidak hanya berkesempatan untuk memungut sampah saja tetapi juga menjaga kebersihan lingkungan. "Bukannya saya senang dengan banyaknya sampah disini, tapi sekalian menjaga lingkungan supaya tidak terlalu parah kerusakannya, dan bisa menguntungkan semua pihak" kata Wawan penuh bijak.

Hampir setiap hari waduk yang dibangun sejak tahun 1980-1984 ini menerima sampah kiriman dari hulu Sungai Citarum (Bandung), karena itu sungai ini menjadi pemasok air utama bagi perairan Waduk Saguling. Bisa dibanyangkan, jika tidak ada pemulung seperti halnya Wawan mungkin kondisi waduk Saguling sudah menjadi waduk sampah. Karena para pekerja pemulunglah, hingga kini waduk banyak dimanfaatkan masyarakat setempat, diantaranya budi daya ikan tawar dan wisata air lainnya.

Namun sekarang, sudah tiga bulan ia tidak bisa memungut sampah hingga ke tengah waduk, hanya menyusuri pinggiran waduk dengan berjalan kaki dan hasilnya pun tidak sebanyak semasa ia menggunakan sampan. "Yah paling juga 30 kilo plastik", keluhnya. Pasalnya sampan yang biasa ia gunakan untuk memulung, kondisinya sudah tidak memungkin lagi untuk digunakan, bagian bawahnya bocor karena kayunya sudah dimakan usia, dan dibiarkannya karam di dasar waduk.

Wawan tidak sendiri, beberapa temannya satu profesi bernasib sama dengannya, sampan yang harganya tidak kurang dari 3 juta rupiah, baginya cukup memberatkan disaat kondisi seperti ini. Impiannya memiliki sampan bukan perkara mudah, dan ia pun mencoba menabung untuk membeli sampan baru, namun karena banyak kebutuhan sehari-hari keinginannya itu belum bisa direalisasikan.

Sekarang ia dan temannya yang senasib bisa tersenyum lebar, Rumah Zakat Indonesia bersama Indonesia Power UBP Saguling mengulirkan program Kelompok Usaha Kecil Mandiri (KUKMi), dengan pemberian modal usaha, khususnya pengadaan sampan baru.

Secara simbolis H. Ujang Suhendra, perwakilan PT Indonesia Power UBP Saguling, menyerahkan dayung dan sampan kepada pemulung, serta pemberian modal usaha sebesar Rp50 juta kepada Program of Region Jabar Rumah Zakat, Suliastomo, untuk dikelola mejadi program pemberdayaan. Kerja sama ini merupakan yang kedua."Program KUKMi ini khusus digulirkan untuk pemulung yang tinggal di kampung Babakan Cinajur (BBC) Desa Cihampelas Kec. Cihampelas Kab. Bandung Barat," terang Suliastomo. Senin (1/2).

Menurut Ujang, sebelum ini juga digulirkan program siaga sehat dan penyuluhan selama tiga bulan berturut-turut pada bulan oktober-desember 2009, diharapkan bisa meningkatkan taraf hidup yang lebih baik. "Setelah program kesehatan lalu dilanjutkan dengan program ekonomi (KUKMI), kampung ini harus berseka, Bersih Sehat dan Kaya," katanya saat memberikan sambutannya dihadapan para pemulung.

"Saya juga melihat, empat bulan yang lalu sebelum program siaga sehat, disini kondisinya sangat kotor, tumpukan karung sampah yang tidak teratur, sekarang kondisinya lebih baik dan bersih" tambah Ujang yang disambut tepuk tangan.

Sementara itu Indra Darmawan, Koordinator pemulung sampah BBC dan ketua kelompok Saguling Bening, mengakui pertemuannya dengan Rumah Zakat bisa mewujudkan impian dan merubah kondisi kampungnya menjadi lebih terbantu. Sejak lama Indra memimpikan adanya bantuan materil dan pendampingan pemberdayaan dari pemerintah atau lembaga. "Mimpi kami seperti ini sudah ada sejak tahun 2002 lalu, sekarang bisa terlaksana keinginan itu" katanya.

Kesempatan ini dimanfaatkan rombongan dari Indonesia Power UBP Saguling dan Rumah Zakat beserta masyarakat setempat mengujungi tempat pengolahan dan pemilahan sampah, juga menyusuri pinggiran waduk yang menjadi tempat pemulung dalam mengais rejeki.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun