“Wah saya salut sekali dengan perjuangan bapak. Bagaimana kalau nanti saya antar saja ke pengurus masjid di sekitar sini. Kebetulan di salah satu masjid sekitar kampus ini lagi butuh seorang marbot. Dan anak bapak bisa gratis tinggal di masjid itu sambil menjadi pengurus rumah Allah”, sahutku merekomendasi.
“Boleh-boleh… bapak berterimakasih sekali atas bantuannya mas, semoga Tuhan membalas segala kebaikanmu”, tutur bapak itu sambil menepuk pundakku.
“Amiin… sama-sama Pak. Justru saya sangat berterimakasih kepada bapak yang telah menyadarkan saya lewat kisah inspiratif kehidupan bapak. Semoga kelak anak bapak menjadi sarjana pertanian yang mampu mengubah hidup keluarga bapak dan para buruh tani di negeri ini”, balasku.
Hujan pun mereda. Aku bersyukur angkringan dan hujan sore itu telah mempertemukan aku dengan sebuah realitas kehidupan. Man jadda wa jadda!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H