Musim demi musim telah kulalui
Namun sepertinya aku adalah anomali
Hanya kemarau panjang yang kurasakan selama ini
Tak ada hujan yang mendinginkan
Juga tak muncul angin yang mendamaikan
Gersang
Terik cuaca kehidupan kian mendidihkan hatiku
Gersang kering kerontang
Bagaikan di tengah-tengah padang pasir
Dan aku hanyalah partikel berlumur dosa
Diantara lautan pasir itu
Hitam legam
Hingga suatu ketika
Kutemukan rumah Mu yang begitu sederhana
Namun musnahlah segala kegersangan saat kumasuk ke dalamnya
Lenyaplah segala keangkuhanku di hadapan Mu
Basah kuyup jiwa ini dalam sujudku
Pasrah berserah
Di rumah Mu itu
Telah kutemukan kembali musim semi
Yang terus menumbuhkan tunas-tunas kebajikan
Dan kini gersangku telah berlalu
Berganti dengan pertaubatan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H