Mohon tunggu...
Ciptaning Ayu
Ciptaning Ayu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa di Universitas Airlangga

Memaafkan kenyataan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

BRICS sebagai Musuh Hegemoni Amerika

9 Juni 2023   14:00 Diperbarui: 9 Juni 2023   14:04 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Deamericanization

Dominasi negara adidaya Amerika Serikat telah mampu dirasakan dalam setiap lika-liku kehidupan masyarakat global. Ibarat sedang memainkan sebuah marionette, Amerika Serikat mampu mengontrol apa yang terjadi di seluruh penjuru bumi bahkan hanya dengan menjentikkan satu jarinya. Mulai dari sektor ekonomi, militer, hingga politik, Negeri Paman Sam itu melancarkan hegemoninya tanpa ampun pada negara-negara di seluruh dunia.

Akan tetapi, kekuatan besar Amerika Serikat juga diiringi oleh kerentanan kehancuran yang begitu besar. Sebab, ketidaksukaan publik dunia atas kedudukan Amerika Serikat membuat mereka menginginkan keruntuhan negara adidaya itu. Banyaknya kasus perlawanan terhadap Amerika Serikat diprediksi akan menyebabkan American Decline. Hal ini dikarenakan model kapitalisme AS yang sebelumnya begitu dominan dipandang telah merusak politik, menghambat pertumbuhan, dan melemahkan daya tarik AS dalam tatanan global.

Di sisi lain, BRICS seolah muncul seperti napas baru. Membawakan berbagai macam ide dan inovasi yang kemungkinan akan mampu menggantikan status quo yang saat ini masih dipegang erat oleh Amerika Serikat. BRICS sendiri merupakan akronim dari lima negara anggotanya--Brazil, Russia, India, China, dan South Africa (Afrika Selatan). BRICS memiliki total jumlah area seluas  39,746,220 km2 dan perkiraan jumlah populasi sebanyak 3.21 milyar jiwa, atau sekitar 26.7% dari total luas daratan dunia dan 41.5% dari total populasi dunia. Brazil, Russia, India, dan China adalah sebagian dari negara-negara dengan populasi, area, dan PDB terbesar di dunia, dan ketiganya dinilai sebagai emerging superpowers. Kelima negara anggota BRICS merupakan anggota G20, dengan jumlah PDB nominal sebesar US$28.06 triliun (atau sekitar 26.6% dari gross world product), jumlah PDB total sekitar US$56.65 triliun (atau sekitar 32.5% dari PPP dunia), dan perkiraan jumlah cadangan asing sebesar US$4.46 triliun.

Keberadaan BRICS yang muncul di tengah narasi De-Americanization atau American Decline saat ini memunculkan tanda tanya besar di benak masyarakat global. Bagaimana kekuatan BRICS sesungguhnya? Bagaimana keberadaan BRICS akan mempengaruhi dinamika kehidupan masyarakat global? 

Get To Know: BRICS

BRICS merupakan akronim dari lima negara ekonomi: Brazil, Russia, India, China, dan South Africa. Mulanya, pada tahun 2001, anggota dari gabungan ekonomi regional ini hanya Brazil, Russia, India, dan China, selanjutnya kondang disebut sebagai BRIC oleh ekonomika Goldman Sachs bernama Jim O'Neill, yang menciptakan istilah itu untuk mendeskripsikan negara-negara dengan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan diharapkan untuk mendominasi perekonomian global pada tahun 2050. Selanjutnya, Afrika Selatan ditambahkan sebagai anggota pada tahun 2010.

Tujuan utama BRICS di awal adalah sebagai wadah untuk mempermudah kesempatan investasi antarnegara, bukan sebagai organisasi formal antarnegara. Sejak tahun 2009, gabungan regional ini mulai aktif beranjak pada pembentukan blok geopolitik kohesif, dengan pertemuan tahunan yang diadakan pada formal summit dan koordinasi pembuatan peraturan-peraturan multilateral. Relasi bilateral di antara negara-negara BRICS dilakukan dalam basis non-interference, equality, dan mutual benefit.

Saat ini, BRICS dinilai sebagai rival geopolitik yang setara dari blok G7 dalam hal memimpin perekonomian yang terkemuka: meluncurkan pesaing-pesaing seperti New Development Bank, Contingent Reserve Arrangement, sistem pembayaran BRICS, BRICS Joint Statistical Publication, dan mata uang baru milik BRICS. Sejak tahun 2022, kelompok regional ini mulai memandang perlu untuk memperluas keanggotaannya, didukung dengan beberapa negara berkembang yang menyampaikan ketertarikan untuk bergabung.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun