Hidangan kedua yang rasanya agak lain di lidah saya adalah dendeng batokok. Beberapa teman saya yang berasal dari Padang sangat menikmati dendeng batokok Warung Padang Upik. Dendeng batokok sendiri merupakan hidangan dendeng sapi yang disiram dengan bumbu yang berasal dari cabai ijo ulek kasar. Kata batokok dalam bahasa minang artinya memukul, jadi daging tersebut dipukul-pukul supaya bumbu lebih meresap. Aroma yang dihasilkan sangat menyengat hidung karena bau cabai yang mengiritasi hidung.Â
Bagi saya, hidangan tersebut hanya terasa asin dan pedas, namun berkali-kali pelanggan asli padang sangat menyukai hidangan ini. Cita rasa pedas memang menjadi ciri khas hidangan minang, namun lidah jawa saya menolak untuk menyukai hidangan tersebut. Akan tetapi, ketika ada pelanggan yang datang saya selalu ingin merekomendasikan hidangan ini untuk dicoba karena rasa pedasnya yang kuat dapat membekas di ingatan.Â
Tidak lengkap rasanya kalau tidak mencoba minuman khas padang, Pertama kali saya berani mencoba teh talua karena tuntutan konsep desain yang harus saya buat. Saya perlu mendeskripsikan bagaimana rasa minuman teh yang dicampur dengan kuning telur bebek. Konon katanya, campuran teh dan telur dapat memperkuat imun tubuh dan meningkatkan keperkasaan pria. Saya lihat barista meracik teh talua dengan sangat lihai, pertama mereka memecahkan satu butir telur bebek untuk diambil kuning telurnya .
Kemudian,  dimasukkan gula dan di mixer bersama. Setelah itu, mereka memasukkan teh panas dan satu sendok krimer ke dalamnya. Saat saya minum mungkin agak sedikit aneh karena ada telur di dalamnya dan rasanya sedikit amis. Bau yang dihasilkan tidak seburuk yang saya pikir, karena teh yang digunakan merupakan rebusan teh yang sangat pekat. Secara keseluruhan minuman ini sangat membuat saya kenyang, namun tidak  mampu saya habiskan satu gelas penuh.Â
Secara keseluruhan, saya menghargai restoran ini mempertahankan rasa otentiknya. Saya yakini, semua hidangan yang otentik memiliki sejarah nilai dan budaya mereka masing-masing. Bukan kebiasaan saya untuk mengkritik suatu makanan adalah yang terbaik atau terburuk.Â
Namun, semua hidangan perlu penghargaan dan sudut pandang lain untuk menikmatinya atau sekedar merekomendasikannya untuk orang lain.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H