Indonesia sampai saat ini masih menghadapi tingginya kasus Covid-19 usai hari raya Idul Fitri pertengahan bulan Mei lalu. Rilis terbaru pemerintah untuk 20 Juli 2021 menyatakan adanya penambahan 38.325 kasus baru Covid-19 (lihat gambar) dan menambah total kumulatif kasus menjadi 2.950.058 kasus.1 Angka kasus baru ini mulai menunjukkan tren penurunan dibanding 'puncak'nya, yang tampaknya terjadi sekitar seminggu lalu (15 Juli 2021: 56.757 kasus).1 Tidak diketahui apakah tren ini bisa bertahan untuk hari-hari esoknya.
Jika diperhatikan saksama pada gambar untuk tulisan ini, tren kenaikan jumlah kasus baru selalu terjadi saat momen libur panjang seperti Hari Raya Natal dan Idul Fitri, lebih tepatnya beberapa saat setelah masa libur usai. Tahun ini, Idul Fitri tampak menjadi momen 'terakbar' yang mencetak rekor titik terparah angka kasus baru Covid-19 harian. Secara logis, arus mudik yang menjadi ciri khas Idul Fitri menjadi sebab utamanya, sebagaimana yang terjadi juga saat masa libur Natal tahun lalu. Selain faktor liburan, apakah ada faktor-faktor lainnya?
Penyebab-penyebab
Pelaksana tugas Direktorat Jenderal bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (Plt Dirjen P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) -- Maxi Rein Rondonuwu - melalui kanal Youtube Kemkominfo TV pada 23 Juni 2021 lalu membeberkan tiga penyebab melonjaknya angka kasus baru Covid-19 sebagai berikut:2,3
1. Silahturahmi saat Lebaran Idul Fitri.
Kemenkes menyatakan lonjakan kasus Covid-19 kali ini akibat masyarakat melakukan mudik silahturahmi pada masa Idul Fitri. Maxi Rein Rondonuwu mengemukakan, intensnya momen 'ketemu-ketemu' demikian di masyarakat berkontribusi dalam kenaikan angka kasus baru.
2. Penularan signifikan di beberapa daerah.
Faktor lain yang juga berkontribusi menurut pihak Kemenkes adalah terjadinya penularan yang sangat signifikan akibat kemunculan varian SARS-CoV-2 baru yaitu varian Delta (yang berasal dari India).
3. Protokol kesehatan mulai diabaikan.
Menurut Maxi, masyarakat sudah mulai acuh tak acuh dengan protokol kesehatan, yang berimbas pada lebih cepat serta masifnya penyebaran varian baru, Delta, yang disebut-sebut lebih mudah menular. Maxi juga menilai masyarakat sudah jengah karena sudah mulai terbiasa dengan orang yang tertular Covid-19.
Maxi sebagai Plt Dirjen P2P Kemenkes menyampaikan pesan agar protokol kesehatan harus dipertahankan; memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas harus terus dijaga agar beban pelayanan kesehatan bisa berkurang dan kejadian lonjakan seperti di India tidak terjadi di Indonesia.
Menilik sebuah situs portal berita utama India, diungkapkan juga sejumlah penyebab terjadinya lonjakan kasus baru Covid-19 di negara itu, yang secara umum juga mirip dengan apa yang sudah dijelaskan pihak Kemenkes tersebut: protocol fatigue, instruksi pemerintah yang tidak jelas, mobilitas urban, mutasi virus, dan angka testing yang meningkat.4 Mengenai angka testing yang meningkat, Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 -- Wiku Adisasmito -- mengatakan bahwa angka testing nasional sudah mencapai 252,78 persen dari standar WHO (minimal 1 tiap 1000 penduduk)5, yang juga menjadi penyebab lain kenaikan angka kasus Covid-19 baru.6
Terkait ketidakjelasan instruksi pemerintah, tampaknya hal ini juga memang ada peran. Salah satu contohnya adalah narasi kebijakan yang bisa saling bertolak belakang satu dengan lainnya; satu kementerian bisa mempromosikan pembatasan dan protokol kesehatan, namun kementerian lain justru mendorong mobilitas.7,8 Hal lain, pemerintah juga cenderung tidak menyediakan bantuan sosial memadai meskipun sibuk membatasi kegiatan masyarakat.7,9 Transparansi data dan informasi serta edukasi perihal pandemi juga dipertanyakan.7
Hal-hal seperti ini yang tampaknya menjadi sebab kepercayaan publik menurun drastis (dibawah 50%), menurut hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) periode 20-25 Juni lalu, yang mengemukakan bahwa masyarakat sudah lelah dan semakin terdesak ekonominya akibat pandemi yang tak kunjung usai.9 Sebagian besar masyarakat malah menyarankan lebih baik pembatasan-pembatasan ditiadakan saja ketimbang terus dipertahankan; mereka lebih bisa menerima risiko ancaman Covid-19 daripada tidak mendapat pemasukan dan 'kelaparan'.9 Belum lagi soal cukup banyaknya berita yang mengabarkan bagaimana para pejabat pemerintahan sendiri yang justru seperti tidak memberikan contoh untuk masyarakat: mengadakan pesta pernikahan10, joget-joget11, dsb. Mungkin itulah juga sebabnya angka kasus baru diberitakan tetap melonjak di tengah pembatasan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) yang sekarang sedang berlangsung ini.12 Tampaknya PPKM saat ini belum signifikan dalam menurunan mobilitas masyarakat; ahli epidemiologi berpendapat bahwa efektif tidaknya PPKM baru bisa terlihat sekitar 1 bulan kedepan.13 Penyebaran berita bohong (hoax) juga ikut memperlambat penuntasan pandemi ini.8
Tampaknya cukup banyak dan pelik faktor-faktor yang bermain dan berkontribusi dalam peningkatan angka kasus baru Covid-19 yang terjadi di masyarakat belakangan ini...
---000---
Referensi (Vancouver)
1. Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional. Peta Sebaran. Tersedia di: https://covid19.go.id/peta-sebaran
2. Kemkominfo TV. Cegah Penularan dengan Tepat, PPKM Mikro Diperketat. Tersedia di: https://www.youtube.com/watch?v=MH7DCldmGgU
3. Detiknews. 3 Analisis Kemenkes soal Penyebab Kasus Corona Meningkat Drastis. Tersedia di: https://news.detik.com/berita/d-5617874/3-analisis-kemenkes-soal-penyebab-kasus-corona-meningkat-drastis
4. India Today. Covid-19 second wave: 5 reasons why coronavirus cases are rising. Tersedia di: https://www.indiatoday.in/coronavirus-outbreak/story/covid-19-second-wave-5-reasons-coronavirus-cases-rising-1786391-2021-04-02
5. Kompas.com. Satgas: Saat Kasus Covid-19 Meningkat Tajam, Testing Harus Dikejar. Tersedia di: https://nasional.kompas.com/read/2021/07/09/10590001/satgas-saat-kasus-covid-19-meningkat-tajam-testing-harus-dikejar
6. Media Indonesia. Kenaikan Angka Kasus Covid-19 Imbas dari Tingkatkan Testing untuk Mitigasi Risiko. Tersedia di: https://mediaindonesia.com/humaniora/419186/kenaikan-angka-kasus-covid-19-imbas-dari-tingkatkan-testing-untuk-mitigasi-risiko
7. Kompas.com. Lonjakan Kasus Covid-19 Dinilai akibat Inkonsistensi Pemerintah. Tersedia di: https://nasional.kompas.com/read/2021/06/20/12274581/lonjakan-kasus-covid-19-dinilai-akibat-inkonsistensi-pemerintah
8. BBC News Indonesia. Covid di Indonesia: Lonjakan kasus, paparan hoaks, dan apatisme masyarakat yang 'belum percaya 100%. Tersedia di: https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-57496702
9. IDN Times. Kepercayaan Publik Pada Jokowi Dalam Penanganan Pandemik Mulai Turun. Tersedia di: https://www.idntimes.com/news/indonesia/santi-dewi/kepercayaan-publik-pada-jokowi-dalam-penanganan-pandemik-mulai-turun/
10. Media Indonesia. Dihadiri Lebih dari 30 Orang, Pesta Pernikahan di Garut dibubarkan Satgas Covid-19. Tersedia di: https://mediaindonesia.com/nusantara/417870/dihadiri-lebih-dari-30-orang-satgas-covid-19-garut-bubarkan-pesta-pernikahan
11. MetroTVNews.com. Viral, Bupati dan Pejabat Pemkab Subang Joget Massal Tanpa Masker. Tersedia di: https://www.metrotvnews.com/play/N4EC88YO-viral-bupati-dan-pejabat-pemkab-subang-joget-massal-tanpa-masker
12. Liputan6. Corona Covid-19 Tetap Melonjak di Tengah PPKM Darurat, Menkes: Tidak Usah Panik. Tersedia di: https://www.liputan6.com/news/read/4606268/corona-covid-19-tetap-melonjak-di-tengah-ppkm-darurat-menkes-tidak-usah-panik
13. Detiknews. Epidemiolog Sebut yang Positif dari PPKM Darurat Adalah Testing Meningkat. Tersedia di: https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-5645049/epidemiolog-sebut-yang-positif-dari-ppkm-darurat-adalah-testing-meningkat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H