Kampung Nelayan Belawan merupakan suatu permukiman tidak terencana yang terletak di Kelurahan Belawan Bahagia, Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan, Sumatera Utara. Kampung ini dihadapkan dengan bencana banjir yang terjadi setiap tahunnya. Oleh karena itu, kami melakukan beberapa wawancara dengan Masyarakat sekitar untuk mendapatkan beberapa informasi.Setiap akhir tahun, ketika hujan deras turun dan air laut mencapai titik pasang tertinggi, banjir akan menggenangi wilayah ini. Mirisnya, banjir tersebut membawa dampak negatif kepada warga sekitar dimulai dari rumah warga yang lapuk akibat banjir, barang peralatan rumah yang rusak, timbul berbagai penyakit, dan membuat aktivitas warga menjadi terganggu. Dalam kondisi seperti ini, masyarakat kampung Nelayan sedang menghadapi tantangan besar, dari banjir rob yang muncul dari pasang air laut dan pasang perdani yang terus muncul setiap tahunnya.
“biasanya terjadi 2 atau 3 kali per tahun tergantung curah hujan yang tinggi”, ucap bapak Gunawan perwakilan ketua masyarakat
Ketika banjir tiba, masjid terdekat menyalakan sirine agar masyarakat bersiap siaga untuk mengahadapi bencana banjir, langkah pertama yang diambil oleh warga sekitarnya langsung menyelamatkan barang-barang penting seperti dokumen berharga di tempat yang tinggi agar tidak tergenang air banjir, serta menyelamatkan kendaraan mereka, sebagian warga mempunyai rumah tingkat/lantai atas untuk menempatkan barang-barang seperti elektronik agar tidak terendam banjir yang mengakibatkan kerusakan pada alat-alat tersebut.
“dampak negatif nya yaitu kondisi rumah kami menjadi lapuk diakibatkan banjir, barang barang rumah yang rusak, serta timbul berbagi penyakit seperti gatal gatal di kulit dan membuat aktivitas menjadi terganggu”, ucap salah satu warga ibu Siti Hamizah
Di sisi lain, program pemerintah yang telah ada, seperti pembangunan benteng/tanggul, belum sepenuhnya efektif dan merata di seluruh wilayanh kampung nelayan, Warga setempat mengungkapkan bahwa pasak tersebut tidak mampu menahan volume air yang tinggi serta pembangunannya belum merata. Namun mereka terus berharap ada upaya lebih lanjut dari pemerintah untuk penanganan banjir secara lebih optimal.
"kalau tidak ada benteng/tanggul itu dek kami sudah setiap saat terkena banjir, harus menunggu pasang surut dulu sekitar 4-6 jam barulah kami bisa melanjutkan aktivitas seperti menguras air yang masuk ke rumah, dan lainnya, tapi karena sudah dibangun tanggul/benteng itu kami warga disekitar sini merasa sangat berkurang sekali beban dalam hidup kami dek" ucap salah satu warga ibu Kamsiah
Kurang meratanya pembangunan benteng/tanggul di pinggir pemukiman warga menyebabkan wilayah tersebut rentan terhadap banjir ketika curah hujan meningkat. Banjir ini tidak hanya berpotensi membawa berbagai penyakit, tetapi juga dapat merusak peralatan rumah tangga, menyebabkan pelapukan bangunan akibat menumpuknya udara, mengalami kerugian secara materil serta mengganggu aktivitas warga sekitar.