Mohon tunggu...
cintiani
cintiani Mohon Tunggu... Administrasi - pelajar

membaca dan menonton

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Asas-Asas Pendidikan

19 Desember 2024   21:23 Diperbarui: 19 Desember 2024   21:23 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Artikel Asas-Asas Pendidikan:

Menggali Nilai-Nilai Asas Pendidikan untuk Transformasi Pembelajaran

 

Dosen Pembimbing

Dr. Nur hazizah, S. Pd,. M. Pd

Nama Mahasiswa

Cintiani

Prodi  Pendidikan Ekonomi

Fakultas Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Negeri Padang

ABSTRACT Pendidikan memiliki peran strategis dalam membentuk individu berkualitas yang dapat berkontribusi positif pada masyarakat. Artikel ini mengkaji asas-asas pendidikan, seperti humanisme, demokrasi, kemandirian, relevansi, dan keberlanjutan, yang menjadi pilar penting dalam menciptakan sistem pendidikan efektif. Penerapan asas-asas ini bertujuan untuk mengembangkan potensi individu secara holistik, baik dari segi intelektual, moral, maupun sosial. Di Indonesia, implementasi asas-asas pendidikan masih menghadapi tantangan, seperti keterbatasan sumber daya manusia dan fasilitas pendidikan. Artikel ini juga membahas perbandingan penerapan asas pendidikan di negara maju serta peluang adaptasi teknologi untuk memperkuat pembelajaran. Melalui kolaborasi antara pendidik, pembuat kebijakan, dan masyarakat, pendidikan Indonesia dapat menjadi lebih relevan dan mampu menghasilkan generasi yang berintegritas serta siap menghadapi tantangan global..

Kata Kunci: pendidikan, asas pendidikan, humanisme, demokrasi, kemandirian, relevansi, keberlanjutan, teknologi pendidikan, pendidikan karakter.

Principles Of Education Article: 

Exploring Educational Values For Transformative Learning.

ABSTRACT : Education plays a strategic role in shaping quality individuals capable of contributing positively to society. This article examines educational principles such as humanism, democracy, independence, relevance, and sustainability, which are essential pillars for creating an effective education system. The implementation of these principles aims to develop individuals holistically, encompassing intellectual, moral, and social aspects. In Indonesia, the application of these principles faces challenges, such as limited human resources and educational facilities. The article also explores international comparisons of educational practices in developed countries and the potential of technological adaptation to enhance learning. Through collaboration among educators, policymakers, and the community, Indonesian education can become more relevant and capable of producing individuals with integrity, prepared to face global challenges..

Keywords: education, educational principles, humanism, democracy, independence, relevance, sustainability, educational technology, character education.

PENDAHULUAN

Pendidikan memiliki peran penting dalam membentuk individu yang berkualitas dan berkontribusi pada masyarakat. Dalam era globalisasi dan perkembangan teknologi yang pesat, pendidikan tidak hanya berfungsi sebagai sarana transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai alat untuk membentuk karakter dan moral individu. Asas-asas pendidikan menjadi landasan utama dalam pelaksanaan pendidikan yang terarah dan efektif. Dalam konteks ini, asas humanisme, demokrasi, kemandirian, relevansi, dan keberlanjutan menjadi pilar yang mendukung proses pendidikan.

Asas humanisme, seperti yang dijelaskan oleh Supriyadi (2018), menekankan pentingnya pengembangan potensi manusia secara utuh, mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pendidikan yang humanis menempatkan siswa sebagai subjek yang aktif dalam proses belajar, sehingga mereka dapat mengembangkan kreativitas dan kemampuan berpikir kritis. Sementara itu, asas demokrasi, menurut Nasution (2009), menegaskan bahwa pendidikan harus memberikan kesempatan yang sama bagi semua individu, tanpa memandang latar belakang sosial, ekonomi, atau budaya. Prinsip ini mendorong partisipasi aktif siswa dalam proses belajar mengajar, sehingga mereka merasa memiliki tanggung jawab terhadap pendidikan mereka sendiri.

Asas kemandirian, seperti yang diungkapkan oleh Mulyasa (2013), mengajak siswa untuk menjadi individu yang mandiri dan bertanggung jawab, mempersiapkan mereka untuk menghadapi tantangan di masa depan. Di sisi lain, asas relevansi, menurut Santosa (2017), menekankan pentingnya materi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman, agar siswa dapat beradaptasi dengan dunia yang terus berubah. Terakhir, asas keberlanjutan, seperti yang dijelaskan oleh Suyanto (2015), menegaskan bahwa pendidikan harus berlangsung sepanjang hayat, mendorong individu untuk terus belajar dan beradaptasi dengan perubahan.

Artikel ini bertujuan untuk mengkaji berbagai asas pendidikan, implementasinya, serta tantangan yang dihadapi dalam penerapannya. Dengan memahami asas-asas ini, kita dapat mengoptimalkan proses pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga bermoral. Hal ini sangat penting agar mereka mampu menghadapi tantangan di masa depan dan berkontribusi positif bagi masyarakat. Dengan demikian, pendidikan yang berkualitas akan menciptakan generasi yang tidak hanya kompeten, tetapi juga memiliki integritas dan kepedulian sosial yang tinggi..

RUMUSAN MASALAH

Apa yang dimaksud dengan asas-asas pendidikan?

Apa saja jenis asas pendidikan yang menjadi landasan dalam sistem pendidikan?

Bagaimana implementasi asas-asas pendidikan di Indonesia?

TUJUAN PENULISAN

Menganalisis penyebab karyawan menjadi ancaman keamanan data.

Mengkaji kasus kebocoran data di Indonesia (studi kasus BPJS Kesehatan).

Menyusun langkah-langkah strategis untuk mencegah kebocoran data.

TINJAUAN PUSTAKA

  • Pengertian Asas-Asas Pendidikan. 
  • Asas-asas pendidikan adalah prinsip dasar yang menjadi pedoman dalam penyelenggaraan pendidikan. Menurut Ki Hajar Dewantara (1957), asas pendidikan berfungsi untuk membimbing pendidik agar menciptakan suasana belajar yang harmonis, humanis, dan relevan dengan kebutuhan peserta didik. Asas ini memastikan pendidikan tidak hanya berfokus pada transfer ilmu tetapi juga pada pembentukan karakter dan pengembangan potensi individu secara holistik. Dalam konteks ini, asas humanisme menjadi sangat penting, karena pendidikan harus memperhatikan kebutuhan emosional dan sosial siswa, sehingga mereka merasa dihargai dan termotivasi untuk belajar.
  • Lebih lanjut, Nasution (2009) menjelaskan bahwa asas pendidikan juga mencakup prinsip demokrasi, yang menekankan pentingnya kesetaraan dalam akses pendidikan bagi semua individu, tanpa memandang latar belakang sosial, ekonomi, atau budaya. Hal ini mendorong terciptanya lingkungan belajar yang inklusif, di mana setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang. Selain itu, Mulyasa (2013) menambahkan bahwa asas kemandirian dalam pendidikan sangat penting untuk membentuk individu yang mampu berpikir kritis dan bertanggung jawab atas keputusan mereka sendiri.
  • Asas relevansi, seperti yang diungkapkan oleh Santosa (2017), juga menjadi kunci dalam pendidikan modern, di mana materi yang diajarkan harus sesuai dengan kebutuhan dan tantangan yang dihadapi oleh siswa di dunia nyata. Terakhir, asas keberlanjutan, menurut Suyanto (2015), menekankan bahwa pendidikan harus berlangsung sepanjang hayat, mendorong individu untuk terus belajar dan beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di masyarakat. Dengan memahami dan menerapkan asas-asas pendidikan ini, kita dapat menciptakan sistem pendidikan yang tidak hanya efektif dalam transfer ilmu, tetapi juga mampu membentuk karakter dan potensi individu secara menyeluruh..
  • Jenis-Jenis Asas Pendidikan.
  • Jenis nilai-nilai asas pendidikan terbagi beberapa jenis adalah, Asas religius dalam pendidikan menekankan pentingnya nilai-nilai agama sebagai pondasi moral bagi individu. Pendidikan harus membentuk individu yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia. Menurut Ki Hajar Dewantara (1957), pendidikan yang baik harus mengintegrasikan nilai-nilai keagamaan dalam kurikulum sekolah. Hal ini bertujuan untuk membentuk karakter siswa yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki moral yang kuat. Misalnya, dalam praktiknya, sekolah dapat mengadakan kegiatan keagamaan, seperti pengajian atau perayaan hari besar agama, yang dapat memperkuat nilai-nilai spiritual di kalangan siswa.
  • Selanjutnya, asas etis dan moral berkaitan dengan pembentukan sikap dan perilaku etis dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan, tetapi juga nilai-nilai kejujuran, tanggung jawab, dan empati. Mulyasa (2013) menjelaskan bahwa implementasi asas ini terlihat dalam pendidikan karakter yang menjadi bagian dari kurikulum nasional. Sekolah dapat menerapkan program-program yang menekankan pada pengembangan karakter, seperti kegiatan sosial, diskusi tentang etika, dan pembelajaran berbasis nilai, yang bertujuan untuk membentuk siswa menjadi individu yang berintegritas.
  • Asas psikologis mempertimbangkan aspek psikologis peserta didik, seperti kebutuhan, minat, dan perkembangan emosional. Metode pembelajaran yang bervariasi dan sesuai dengan tahap perkembangan kognitif siswa dapat meningkatkan motivasi belajar. Santosa (2017) menekankan pentingnya memahami karakteristik psikologis siswa dalam merancang proses pembelajaran. Misalnya, guru dapat menggunakan pendekatan diferensiasi dalam pengajaran, di mana materi disesuaikan dengan tingkat pemahaman dan minat siswa, sehingga mereka merasa lebih terlibat dan termotivasi untuk belajar.
  • Asas sosiologis menekankan hubungan antara pendidikan dan masyarakat. Pendidikan harus mempersiapkan individu untuk hidup bermasyarakat dengan baik. Contohnya adalah program pembelajaran berbasis proyek (project-based learning) yang melibatkan masalah nyata di lingkungan sekitar. Suyanto (2015) menjelaskan bahwa melalui pendekatan ini, siswa tidak hanya belajar teori, tetapi juga berlatih menerapkan pengetahuan mereka dalam konteks sosial yang relevan. Misalnya, siswa dapat terlibat dalam proyek lingkungan, seperti penghijauan atau pengelolaan sampah, yang mengajarkan mereka tentang tanggung jawab sosial dan kolaborasi.
  • Terakhir, asas filosofis mengacu pada dasar filosofis yang mendasari sistem pendidikan. Filosofi pendidikan dapat berupa idealisme, pragmatisme, atau humanisme yang memengaruhi kebijakan pendidikan. Nasution (2009) menjelaskan bahwa filosofi humanisme, misalnya, menekankan pengembangan potensi individu secara maksimal. Dalam praktiknya, ini dapat diterapkan melalui metode pembelajaran yang berfokus pada siswa, di mana guru berperan sebagai fasilitator yang mendukung eksplorasi dan kreativitas siswa. Dengan memahami dan menerapkan asas-asas ini, pendidikan dapat menjadi lebih holistik dan relevan dengan kebutuhan peserta didik serta masyarakat.
  • Implementasi Asas-Asas Pendidikan di Indonesia.
  • Penerapan asas-asas pendidikan di Indonesia tercermin dalam kebijakan kurikulum dan aktivitas belajar-mengajar yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan peserta didik secara holistik. Asas religius, misalnya, diimplementasikan melalui pendidikan agama yang diwajibkan di semua jenjang sekolah, mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan menengah. Pendidikan agama tidak hanya bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang ajaran agama, tetapi juga untuk membentuk karakter siswa agar menjadi individu yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahman (2020), yang menunjukkan bahwa pendidikan agama di sekolah dapat meningkatkan kesadaran moral dan spiritual siswa, serta membentuk sikap toleransi terhadap perbedaan.
  • Selanjutnya, asas psikologis diterapkan dalam pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-centered learning). Pendekatan ini mengutamakan kebutuhan, minat, dan perkembangan emosional siswa, sehingga mereka dapat belajar dengan cara yang lebih efektif dan menyenangkan. Prasetyo (2021) menjelaskan bahwa dengan menerapkan metode pembelajaran yang variatif dan interaktif, siswa menjadi lebih aktif dalam proses belajar, yang pada gilirannya dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar mereka. Misalnya, penggunaan teknik diskusi kelompok, proyek kolaboratif, dan pembelajaran berbasis masalah dapat membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif.
  • Asas sosiologis juga terlihat melalui kegiatan ekstrakurikuler yang dirancang untuk mengasah kemampuan sosial siswa. Kegiatan ini mencakup berbagai aktivitas, seperti organisasi siswa, klub, dan kegiatan sosial yang melibatkan masyarakat. Setiawan (2022) menekankan bahwa melalui kegiatan ekstrakurikuler, siswa tidak hanya belajar untuk bekerja sama dan berkomunikasi dengan orang lain, tetapi juga mengembangkan rasa kepedulian terhadap lingkungan dan masyarakat. Misalnya, program pengabdian masyarakat yang melibatkan siswa dalam proyek lingkungan atau kegiatan sosial dapat membantu mereka memahami pentingnya kontribusi sosial dan tanggung jawab sebagai warga negara.
  • Namun, penerapan asas-asas pendidikan ini masih menghadapi berbagai tantangan. Keterbatasan sumber daya manusia, seperti kurangnya pelatihan bagi guru dalam menerapkan metode pembelajaran yang inovatif, serta fasilitas yang tidak memadai, sering kali menghambat efektivitas pendidikan. Widiastuti (2019) mencatat bahwa kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan karakter juga menjadi kendala dalam implementasi kurikulum yang berbasis nilai-nilai moral. Oleh karena itu, diperlukan upaya kolaboratif antara pemerintah, sekolah, dan masyarakat untuk mengatasi tantangan ini. Suyanto (2015) menekankan pentingnya peningkatan kualitas pendidikan melalui pelatihan guru, pengembangan kurikulum yang relevan, dan peningkatan fasilitas pendidikan agar asas-asas pendidikan dapat diterapkan secara optimal dalam sistem pendidikan di Indonesia.
  • Perbandingan Internasional
  • Di beberapa negara maju, asas pendidikan diterapkan dengan sangat baik, memberikan contoh yang dapat diadopsi oleh negara lain, termasuk Indonesia. Salah satu contoh yang menonjol adalah Finlandia, di mana pendekatan psikologis dalam pendidikan sangat diperhatikan. Sistem pendidikan di Finlandia dikenal dengan pendekatan yang tidak memberi tekanan berlebihan pada siswa. Di sana, siswa tidak menghadapi ujian standar hingga usia 16 tahun, dan fokus utama adalah pada pembelajaran yang menyenangkan dan relevan. Hal ini memungkinkan siswa untuk belajar dengan cara yang lebih alami dan mengembangkan minat serta bakat mereka tanpa rasa takut akan kegagalan (Sahlberg, 2011). Selain itu, guru di Finlandia diberikan otonomi yang besar dalam merancang kurikulum dan metode pengajaran, yang memungkinkan mereka untuk menyesuaikan pembelajaran dengan kebutuhan individu siswa (Hargreaves & Shirley, 2009).
  • Di Jepang, asas sosiologis diimplementasikan melalui budaya kerja sama dan disiplin yang kuat. Pendidikan di Jepang menekankan pentingnya kolaborasi dan tanggung jawab sosial. Siswa diajarkan untuk bekerja sama dalam kelompok, baik dalam kegiatan akademik maupun ekstrakurikuler. Misalnya, kegiatan "souji" atau bersih-bersih di sekolah melibatkan semua siswa dalam menjaga kebersihan lingkungan sekolah, yang tidak hanya mengajarkan disiplin tetapi juga rasa kepemilikan dan tanggung jawab terhadap lingkungan (Kawaguchi, 2015). Selain itu, pendidikan karakter di Jepang sangat ditekankan, dengan fokus pada nilai-nilai seperti rasa hormat, kerja keras, dan ketekunan, yang menjadi bagian integral dari kurikulum mereka (MEXT, 2017).
  • Indonesia dapat memetik pelajaran dari negara-negara ini untuk memperkuat sistem pendidikannya. Dengan mengadopsi pendekatan yang lebih humanis dan psikologis seperti di Finlandia, Indonesia dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih mendukung bagi siswa, di mana mereka merasa aman untuk bereksplorasi dan belajar tanpa tekanan yang berlebihan. Selain itu, mengintegrasikan nilai-nilai kerja sama dan disiplin dari Jepang ke dalam kurikulum dan kegiatan ekstrakurikuler di Indonesia dapat membantu membangun karakter siswa yang lebih baik dan mempersiapkan mereka untuk berkontribusi secara positif dalam masyarakat.
  • Tantangan dan Peluang Masa Depan
  • Globalisasi dan perkembangan teknologi telah membawa tantangan baru yang signifikan dalam dunia pendidikan. Di era digital ini, pendidikan tidak hanya berfungsi sebagai sarana transfer ilmu, tetapi juga sebagai platform untuk mempersiapkan siswa menghadapi perubahan yang cepat dan kompleks. Oleh karena itu, asas-asas pendidikan yang ada harus mampu menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan tuntutan zaman tanpa kehilangan nilai-nilai fundamental yang menjadi dasar pendidikan itu sendiri. Salah satu tantangan utama yang dihadapi adalah kebutuhan untuk mengintegrasikan teknologi dalam proses pembelajaran. Dengan adanya akses informasi yang melimpah melalui internet, siswa kini dapat dengan mudah mendapatkan berbagai sumber belajar. Namun, hal ini juga menimbulkan risiko, seperti penyebaran informasi yang tidak akurat dan kurangnya kemampuan siswa dalam memilah informasi yang relevan. Oleh karena itu, pendidikan harus mengajarkan keterampilan literasi digital, yang mencakup kemampuan untuk mengevaluasi sumber informasi, berpikir kritis, dan beradaptasi dengan perubahan teknologi (Hague & Payton, 2010).

  • Selain itu, globalisasi juga membawa tantangan dalam hal budaya dan nilai-nilai. Siswa kini terpapar pada berbagai budaya dan pandangan dunia yang berbeda, yang dapat memengaruhi identitas dan nilai-nilai mereka. Pendidikan harus mampu menanamkan nilai-nilai lokal dan nasional yang kuat, sambil tetap membuka ruang untuk pemahaman dan toleransi terhadap perbedaan budaya (Meyer, 2015). Ini penting agar siswa tidak hanya menjadi individu yang cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki karakter yang baik dan mampu berkontribusi positif dalam masyarakat yang multikultural. Di sisi lain, perkembangan teknologi juga membuka peluang besar dalam dunia pendidikan. Salah satu peluang yang signifikan adalah penggunaan teknologi untuk memperkuat asas psikologis melalui pembelajaran adaptif. Pembelajaran adaptif adalah pendekatan yang menggunakan teknologi untuk menyesuaikan pengalaman belajar dengan kebutuhan dan kemampuan individu siswa. Dengan menggunakan algoritma dan data analitik, sistem pembelajaran adaptif dapat memberikan materi yang sesuai dengan tingkat pemahaman siswa, sehingga mereka dapat belajar dengan kecepatan yang tepat untuk mereka (Knewton, 2013).
  • Misalnya, platform pembelajaran online seperti Khan Academy dan Coursera menawarkan kursus yang dapat diakses oleh siswa di seluruh dunia, memungkinkan mereka untuk belajar sesuai dengan minat dan kebutuhan mereka. Selain itu, teknologi juga memungkinkan adanya interaksi yang lebih baik antara siswa dan guru, melalui penggunaan alat komunikasi digital seperti forum diskusi, video konferensi, dan aplikasi pembelajaran kolaboratif. Ini dapat meningkatkan keterlibatan siswa dan memberikan pengalaman belajar yang lebih interaktif dan menyenangkan. Dengan demikian, globalisasi dan perkembangan teknologi membawa tantangan sekaligus peluang dalam dunia pendidikan. Asas-asas pendidikan harus mampu beradaptasi dengan kebutuhan era digital, seperti mengintegrasikan literasi digital dan nilai-nilai multikultural, tanpa kehilangan esensi fundamentalnya. Di sisi lain, teknologi dapat dimanfaatkan untuk memperkuat asas psikologis melalui pembelajaran adaptif, yang memungkinkan siswa belajar dengan cara yang lebih personal dan efektif. Dengan pendekatan yang tepat, pendidikan dapat menjadi lebih relevan dan siap menghadapi tantangan masa depan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Asas-asas pendidikan merupakan landasan penting dalam menciptakan sistem pendidikan yang efektif dan bermakna. Asas-asas ini mencakup berbagai prinsip yang mendasari proses pembelajaran, seperti asas religius, psikologis, sosiologis, dan filosofis. Masing-masing asas ini berperan dalam membentuk karakter, keterampilan, dan pengetahuan siswa, sehingga mereka dapat berkontribusi secara positif dalam masyarakat. Penerapan asas-asas pendidikan ini tidak dapat dilakukan secara terpisah; melainkan memerlukan dukungan kolaboratif dari semua pihak yang terlibat dalam ekosistem pendidikan, termasuk pendidik, pembuat kebijakan, orang tua, dan masyarakat luas.

Dukungan dari pendidik sangat krusial, karena mereka adalah garda terdepan dalam implementasi asas-asas pendidikan di kelas. Oleh karena itu, penguatan kapasitas pendidik menjadi salah satu rekomendasi utama ke depan. Ini dapat dilakukan melalui program pelatihan dan pengembangan profesional yang berkelanjutan, yang tidak hanya fokus pada peningkatan pengetahuan akademis, tetapi juga pada penguasaan metode pengajaran yang inovatif dan adaptif. Pendidik perlu dilengkapi dengan keterampilan untuk mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran, serta kemampuan untuk memahami dan merespons kebutuhan emosional dan sosial siswa.

Selain itu, peningkatan fasilitas pendidikan juga menjadi aspek penting dalam mendukung penerapan asas-asas pendidikan. Fasilitas yang memadai, seperti ruang kelas yang nyaman, laboratorium yang lengkap, dan akses terhadap sumber belajar yang beragam, akan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Pemerintah dan pemangku kepentingan perlu berinvestasi dalam infrastruktur pendidikan, termasuk penyediaan teknologi informasi dan komunikasi yang dapat mendukung pembelajaran. Dengan fasilitas yang baik, siswa akan lebih termotivasi untuk belajar dan berpartisipasi aktif dalam proses pendidikan.

Pengintegrasian teknologi dalam pendidikan juga merupakan langkah penting untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran. Teknologi dapat digunakan untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih interaktif dan menarik, seperti penggunaan platform pembelajaran online, aplikasi edukasi, dan alat bantu visual. Namun, dalam mengintegrasikan teknologi, penting untuk tetap mempertahankan nilai-nilai luhur dalam pendidikan, seperti etika, moralitas, dan rasa saling menghormati. Pendidikan harus tetap berfokus pada pengembangan karakter siswa, bukan hanya pada pencapaian akademis semata. Oleh karena itu, kurikulum perlu dirancang sedemikian rupa agar mencakup aspek-aspek pendidikan karakter dan nilai-nilai sosial yang relevan.

Dengan demikian, Saran ke depan untuk memperkuat penerapan asas-asas pendidikan mencakup penguatan kapasitas pendidik, peningkatan fasilitas pendidikan, dan pengintegrasian teknologi, sambil tetap mempertahankan nilai-nilai luhur dalam pendidikan. Melalui upaya kolaboratif dari semua pihak, diharapkan sistem pendidikan di Indonesia dapat menjadi lebih efektif, relevan, dan mampu menghasilkan generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki karakter yang baik dan siap menghadapi tantangan masa depan.

DAFTAR PUSTAKA

  • Dewantara, K. H. (1957). Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Balai Pustaka.

Hargreaves, A., & Shirley, D. (2009). The Fourth Way: The Inspiring Future for Educational Change. Thousand Oaks, CA: Corwin Press.

Kawaguchi, K. (2015). "The Role of Cleaning in Japanese Schools: A Cultural Perspective." International Journal of Educational Research, 72, 1-10.

  • MEXT (Ministry of Education, Culture, Sports, Science and Technology, Japan). (2017). "The Course of Study for Elementary and Secondary Education."
  • Mulyasa, E. (2013). Manajemen Pendidikan. Bandung: Rosda.
  • Nasution, S. (2009). Pendidikan: Dasar-Dasar dan Arah Kebijakan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
  • Prasetyo, A. (2021). "Pengaruh Metode Pembelajaran Variatif terhadap Motivasi Belajar Siswa." Jurnal Psikologi Pendidikan, 8(3), 201-210.
  • Rahman, A. (2020). "Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-Nilai Agama di Sekolah." Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 5(2), 123-135.
  • Sahlberg, P. (2011). Finnish Lessons: What Can the World Learn from Educational Change in Finland? New York: Teachers College Press.
  • Santosa, H. (2017). Pendidikan Berbasis Karakter. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
  • Setiawan, B. (2022). "Pendidikan Berbasis Proyek dalam Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa." Jurnal Sosiologi Pendidikan, 4(1), 67-78.
  • Suyanto, E. (2015). Pendidikan untuk Kemandirian dan Kewirausahaan. Jakarta: Kencana.
  • Widiastuti, R. (2019). "Implementasi Pendidikan Karakter dalam Kurikulum Nasional." Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 6(1), 45-58.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun