Media sosial akhir-akhir ini diramaikan dengan berita penumpang di transportasi umum saling berselisih paham. Ada beberapa faktor yang mungkin menjadi alasan kenapa para penumpang jadi emosian.
Pertama, lelah dalam bekerja.
Menjadi seorang pekerja tentu akan menemukan titik lelah, apalagi kalau pergi dan pulang dengan menggunakan transportasi umum. Dalam kondisi lelah, seseorang akan lebih mudah emosi ketika menemukan atau mengalami sesuatu yang kurang mengenakan hati.
Kedua, kondisi hati yang kurang baik.
Mengalami hari yang kurang baik seperti habis dimarahi atasan, bertengkar dengan teman atau keluarga, dan lainnya yang melibatkan emosional hati menyebabkan emosi menjadi kurang stabil.
Ketiga, pengelolaan emosi yang buruk.
Kondisi ini membuat seseorang terbiasa untuk marah-marah dan menyalahkan kondisi sekitar, sehingga apabila tidak dikontrol di situasi umum akan menyebabkan perselisihan antar penumpang.
Lantas, kita harus apa ketika mengalami 3 kondisi tersebut?
Memahami situasi
Ketika berada dalam kondisi terdesak di kereta, angkot, transjakarta, dan transportasi umum lainnya, cobalah untuk memahami situasi bahwa setiap penumpang mengalami hal yang sama, yaitu terdesak. Mungkin akan membuat kita tidak merasa nyaman ketika harus berdekatan dengan orang lain, bahkan hingga terdesak dan sulit untuk bergerak. Namun, semua orang merasakan hal yang sama. Marah pun tidak akan mengubah situasi, alih-alih merespon dengan negatif, ada baiknya kita fokus pada tujuan utama kita; tentang ke mana kita akan pergi dan pasti akan sampai.
Jangan mendorong orang lain, jangan memaki, dan jangan mendesak orang lain karena hal tersebut akan mengundang respon negatif dari orang sekitar. Sabar dan tetap tenang.
Berbicara Sopan
Ada beberapa momen kita memang harus bersuara ketika mendapatkan hal yang memang membahayakan atau membuat kita sangat tidak nyaman. Misalnya kaki terinjak di kereta, tas penumpang mengenai tubuh dan menimbulkan rasa sakit karena desain tas yang memiliki siku-siku, atau aksesoris/rambut seseorang yang mengganggu ketika sedang berada di situasi yang ramai.
Untuk merespon situasi-situasi serupa, cukup untuk berbicara dengan baik dan sopan seperti, "Mba/mas, maaf sepatu saya terinjak.", "Mba/mas, tasnya tolong digeser ya karena ujung tasnya sakit kalau kena badan.", "Mba/mas, rambutnya dikuncir aja ya karena berterbangan dan cukup mengganggu."
Memberikan komunikasi yang baik dan sopan akan lebih mudah diterima oleh lawan bicara dibandingkan merespon dengan hal yang kurang mengenakan hati seperti, "Kaki saya keinjek gak bisa liat?!", "Geser dong tasnya!", "Aduh rambutnya ganggu banget sih!", contoh tersebut berseberangan dengan contoh sebelumnya, dan tentunya cara yang baik akan memberikan kesan yang baik dan akan mengantisipasi perselisihan.
Berpikir sebelum bertindak
Mempertimbangkan sesuatu sebelum melakukannya adalah hal mendasar yang dibutuhkan sebelum seseorang bertindak. Ketika berada di situasi yang mengusik emosi negatif, seseorang tentu akan meresponnya dengan beragam, ada yang langsung marah, ada juga yang memilih diam, dan ada juga yang memilih untuk bermain tangan dan berakhir bertengkar. Setiap tindakan yang kita lakukan akan memberikan dampak pada diri sendiri atau mungkin kepada lingkungan sekitar kita.
Maka, penting untuk tidak tergesa-gesa dalam merespon sesuatu. Ketika bertemu penumpang yang mudah emosi, lalu muncul perasaan ingin memarahinya, coba untuk pertimbangkan terlebih dahulu apa dampaknya pada diri sendiri dan orang-orang di sekitar.
Kita akan bertemu banyak orang ketika menggunakan transportasi umum dan setiap orang memiliki karakteristiknya masing-masing sehingga tidak menutup kemungkinan ditemukannya hal-hal yang kurang kita sukai. Namun, perbedaan-perbedaan tersebut bisa diatasi dengan mengatur emosi dan mengalihkan fokus pada hal-hal yang lebih bermanfaat dan membawa dampak baik untuk diri sendiri.
Kamu, aku, dan kita semua adalah pejuang tangguh dan bijak dalam berperilaku. Maka, sudah saatnya kita menjadi pribadi yang lebih tenang dan sabar dalam menghadapi permasalahan-permasalahan yang terjadi di transportasi umum.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H