Mohon tunggu...
CINTIA ANISA PUTRI
CINTIA ANISA PUTRI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

S1-Elementary School Teacher Education

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Intoleransi: Virus yang Mengancam Bangsa Indonesia

19 Desember 2024   11:15 Diperbarui: 19 Desember 2024   13:42 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Kasus Intoleransi (Sumber: Intagram ruangbibircom)

Penulis: Cintia Anisa Putri (2402763), Dr. Dinie Anggraeni Dewi, M.Pd, M.Irfan Adriansyah S.Pd.

Indonesia merupakan negara yang terletak di Asia Tenggara. Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman, baik itu suku, agama, ras, maupun budaya. Di balik keanekaragamannya itu, Indonesia memiliki pondasi utama yang menjadi dasar keberlangsungan hidup bangsa Indonesia yaitu Pancasila. Dapat kita ketahui bahwa Pancasila terdiri dari lima sila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Pancasila sebagai dasar negara Indonesia menekankan pentingnya kesatuan dan keharmonisan berbangsa dan bernegara. Sebelumnya, disinggung bahwa Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman, salah satunya yaitu agama. Di Indonesia terdapat enam agama, yakni Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa”, mengajarkan kita untuk menghormati dan menghargai keberagaman agama dan kepercayaan. Makna lain sila pertama Pancasila itu menegaskan bahwa karakter bangsa telah menempatkan Tuhan pada tempat tertinggi yang sangat istimewa dalam jiwa setiap manusia. Sila pertama Pancasila ini membuat setiap warga negara memiliki kebebasan dalam menganut dan menjalankan ibadah sesuai agama dan kepercayaan masing-masing.

Namun, intoleransi terhadap perbedaan agama dan kepercayaan masih menjadi tantangan besar bagi bangsa Indonesia. Diambil dari kasus di instagram ruangbibir.com, dalam vidionya menyatakan bahwa “Jemaat gereja dilarang beribadah dan berdoa di rumah hingga ditertawakan warga”, pernyataan tersebut sudah jelas bahwa sebagian masyarakat di Indonesia belum menumbuhkan sikap toleransinya, sehingga terjadi sikap tidak bisa menerima perbedaan yang ada atau intoleransi. Padahal, sila pertama Pancasila merupakan cerminan atas kebebasan setiap orang untuk menganut dan menjalankan ibadah sesuai agamanya.

Sikap intoleransi merupakan ancaman serius yang dapat merusak kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia. Intoleransi tidak hanya menciptakan jarak dan konflik di antara berbagai kelompok masyarakat, tetapi juga memicu perpecahan yang mengancam harmoni kehidupan bermasyarakat. Sikap ini berpotensi merusak fondasi penting dari keberagaman yang selama ini menjadi kekuatan bangsa. Dampak intoleransi juga sangat merugikan, terutama dalam hal pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM), khususnya kebebasan beragama dan berkeyakinan, yang seharusnya dilindungi oleh negara.

Lebih jauh lagi, sikap intoleransi dapat menjadi pemicu kerusuhan sosial yang meluas, menimbulkan kekacauan, serta mengganggu keamanan dan ketertiban di tengah masyarakat. Hal ini tidak hanya membahayakan stabilitas sosial, tetapi juga berimbas pada kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan. Selain dampak langsungnya, intoleransi juga memberikan pengaruh negatif terhadap generasi muda. Anak-anak dan remaja yang terpapar pola pikir intoleran cenderung mengembangkan sikap mental yang eksklusif dan diskriminatif. Sikap ini, jika dibiarkan, dapat menghambat mereka untuk berperan aktif dalam menciptakan masyarakat yang inklusif dan saling menghargai di masa depan.

Terlepas dari adanya hal tersebut, perlu ada tindakan strategis yang melibatkan berbagai pihak untuk mengatasi masalah intoleransi yang menjadi ancaman besar bagi bangsa Indonesia. Penguatan pendidikan karakter berbasis Pancasila, di mana nilai-nilai toleransi harus dimasukkan ke dalam kurikulum mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi, adalah upaya penting. Selain itu, guru dan pendidik harus mendapatkan pelatihan khusus untuk menunjukkan pentingnya menghormati perbedaan dan keberagaman. Selain itu, kampanye kesadaran publik yang dilakukan di komunitas, media sosial, dan televisi dapat membantu masyarakat lebih memahami pentingnya toleransi. Kampanye ini akan lebih efektif jika melibatkan anggota masyarakat, tokoh agama, dan pemuda yang dapat menjadi panutan.

Langkah tambahan adalah penegakan hukum yang tegas terhadap mereka yang melakukan intoleransi untuk memberikan efek jera dan melindungi korban diskriminasi. Dalam hal ini, pemerintah harus memastikan kebebasan beragama dan keyakinan dilindungi sepenuhnya. Selain itu, dialog antar agama dan komunitas harus terus digalakkan untuk menciptakan ruang untuk percakapan yang bermanfaat yang memperkuat rasa saling pengertian dan kepercayaan di antara masyarakat.

Dapat disimpulkan bahwa intoleransi merupakan ancaman serius yang dapat merusak persatuan dan keharmonisan bangsa Indonesia. Intoleransi tidak hanya memicu konflik dan perpecahan, tetapi juga melanggar Hak Asasi Manusia, khususnya kebebasan beragama. Sikap intoleran berdampak negatif pada stabilitas sosial, kualitas hidup masyarakat, serta perkembangan generasi muda yang berisiko mengadopsi mentalitas eksklusif dan diskriminatif.

Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah strategis yang melibatkan berbagai pihak, termasuk penguatan pendidikan karakter berbasis Pancasila, kampanye kesadaran publik tentang pentingnya toleransi, penegakan hukum terhadap pelaku intoleransi, dan dialog antar komunitas untuk memperkuat rasa saling pengertian. Selain itu, keluarga dan media juga memainkan peran penting dalam menanamkan nilai-nilai toleransi dan mempromosikan keberagaman sebagai kekuatan bangsa. Upaya-upaya ini bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang inklusif, harmonis, dan mampu menjaga keberagaman Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun