Mohon tunggu...
Cinthika Joe Apriani Harefa
Cinthika Joe Apriani Harefa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Pendidikan B. Inggris

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kemiskinan yang Menghambat Pendidikan

6 Juli 2024   11:43 Diperbarui: 6 Juli 2024   11:45 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendidikan merupakan suatu kebutuhan penunjang dalam kehidupan manusia, khususnya untuk perguruan tinggi merupakan impian banyak anak muda, mendambakan masa depan yang indah dan lebih cerah. Namun, bagi sebagian besar siswa dari keluarga kurang mampu, mimpi itu seakan tenggelam secara teratur. Biaya pendidikan yang mahal, biaya hidup yang mendesak, dan terbatasnya akses terhadap informasi menjadi hambatan besar yang merenggut hak anak muda untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

 Ada banyak kasus yang menimpa siswa membuat mereka tidak dapat untuk menginjak bangku perkuliahan. Karin, seorang mahasiswa dari keluarga petani, mencerminkan perjuangan keras anak muda melawan cengkeraman kemiskinan. Karin  berjuang untuk memenuhi keperrluan sehari-hari dan juga untuk memenuhi pembayaran uang kuliah. Seringkali, karin mengorbankan tidur dan menahan kelelahan untuk menyelesaikan tugas dan mengejar impiannya menjadi sarjana.

Disisi lain, Andre seorang siswa SMA yang baru saja lulus, mengalami dilema yang lebih kompleks. Andre memiliki potensi dan keinginan untuk melanjutkan pendidikan tinggi; Namun, situasi keuangan keluarganya menimbulkan kendala yang signifikan. Orang tuanya yang sakit membutuhkan perawatan terus-menerus, dan Andre, sebagai anak tertua dari dua bersaudara, merasa harus menjadi pencari nafkah keluarga. Cita-cita Andre untuk masuk universitas berbenturan dengan tanggung jawabnya sebagai anak tertua. Jika Andre mengejar beasiswa, siapa yang akan merawat orang tua dan adiknya? Pertanyaan ini tak henti-hentinya menghantui Andre, membuatnya pusing dan ketidakpastian.

Kasus Karin dan Andre hanyalah potret belaka dari banyaknya pelajar di Indonesia yang terbelenggu oleh kemiskinan. Kemiskinan tidak hanya merampas hak kita anak muda untuk mendapatkan pendidikan tinggi namun juga menghancurkan impian dan harapan kita untuk masa depan yang lebih baik.

 Di tengah situasi yang memprihatinkan tersebut, muncul secercah harapan dalam bentuk berbagai program beasiswa yang ditujukan untuk membantu siswa dari keluarga kurang mampu. Beasiswa menjadi angin segar bagi anak muda yang ingin melanjutkan pendidikan tinggi tanpa terbebani kendala finansial. namun ternyata, di balik harapan ini terdapat kenyataan pahit yang harus dihadapi. Tidak semua program beasiswa mencapai target yang diharapkan. Beberapa mahasiswa/i memanfaatkan beasiswa untuk kebutuhan pribadi, seperti membeli gadget mahal atau menikmati gaya hidup mewah, dibandingkan menggunakannya untuk tujuan pendidikan. Hal ini tentu saja melemahkan tujuan dari program beasiswa dan merugikan mahasiswa lain yang berhak menerimanya.

Untuk mengatasi permasalahan ini, diperlukan upaya bersama dari berbagai pemangku kepentingan. Berikut beberapa solusi potensial yang dapat diterapkan untuk memastikan bahwa program beasiswa dapat lebih efektif dan bermanfaat bagi siswa dari keluarga kurang mampu:

Peran Pemerintah

Pemerintah memiliki tanggung jawab besar dalam memperkuat seleksi dan pemantauan program beasiswa. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menerapkan kriteria seleksi yang lebih ketat untuk memastikan bahwa beasiswa diberikan kepada siswa yang benar-benar membutuhkan dan layak menerimanya. Kriteria ini bisa mencakup evaluasi ekonomi keluarga, prestasi akademik, serta potensi dan motivasi siswa. Setelah proses seleksi, pemerintah harus melakukan pemantauan berkala untuk memastikan bahwa dana beasiswa digunakan sesuai dengan tujuannya, yakni untuk mendukung pendidikan siswa. Pemantauan ini bisa dilakukan melalui laporan berkala dari penerima beasiswa atau inspeksi mendadak.

Selain itu, pemerintah harus memperluas cakupan program beasiswa agar lebih banyak siswa dari keluarga kurang mampu dapat merasakan manfaatnya. Ini bisa dicapai dengan mengalokasikan lebih banyak dana untuk program beasiswa. Pemerintah juga bisa bekerja sama dengan sektor swasta dan organisasi non-pemerintah untuk menambah sumber dana beasiswa.

Pemerintah juga harus mengadakan program dukungan yang komprehensif bagi siswa dari keluarga kurang mampu. Dukungan ini tidak hanya dalam bentuk finansial, tetapi juga bimbingan akademik, konseling psikologis, dan pelatihan keterampilan. Program pendampingan bisa diadakan untuk membantu siswa beradaptasi dengan lingkungan akademik yang baru, serta memberikan bimbingan mengenai manajemen waktu, strategi belajar, dan persiapan karier. Konseling psikologis juga penting untuk membantu siswa mengatasi tekanan akademik dan masalah pribadi yang mungkin mereka hadapi. Selain itu, pelatihan keterampilan seperti keterampilan teknis dan soft skills akan sangat bermanfaat dalam mempersiapkan mereka memasuki dunia kerja.


Peran Institusi Pendidikan

Institusi pendidikan juga memainkan peran penting dalam memastikan bahwa program beasiswa dikelola dengan transparan dan akuntabel. Transparansi dapat ditingkatkan dengan menyebarluaskan informasi mengenai kriteria dan proses seleksi beasiswa kepada seluruh siswa. Hal ini bisa dilakukan melalui situs web institusi, media sosial, dan seminar informasi. Selain itu, institusi pendidikan bisa melibatkan mahasiswa dalam proses pengelolaan program beasiswa, misalnya dengan membentuk komite yang terdiri dari perwakilan mahasiswa untuk ikut serta dalam proses seleksi dan pemantauan.

Selain memastikan transparansi, institusi pendidikan juga harus memberikan berbagai dukungan dan layanan kepada siswa dari keluarga kurang mampu. Dukungan ini bisa berupa program bimbingan belajar yang membantu siswa mengatasi kesulitan akademik dan meningkatkan prestasi mereka. Layanan kesehatan yang memadai juga sangat penting, termasuk akses ke fasilitas kesehatan dan konseling kesehatan mental. Bantuan keuangan selain beasiswa, seperti subsidi untuk buku teks dan alat tulis, juga dapat meringankan beban finansial siswa.

Iinstitusi pendidikan harus menciptakan lingkungan yang inklusif dan mendukung bagi semua siswa. Ini bisa dilakukan dengan mengadakan berbagai kegiatan ekstrakurikuler yang memungkinkan siswa dari berbagai latar belakang berinteraksi dan bekerja sama. Program orientasi untuk siswa baru juga penting untuk membantu mereka beradaptasi dengan kehidupan kampus dan membangun jaringan sosial.

Kolaborasi Antara Pemerintah dan Institusi Pendidikan

Kedua pihak, baik pemerintah maupun institusi pendidikan, harus berkolaborasi secara erat untuk menciptakan lingkungan yang mendukung bagi siswa dari keluarga kurang mampu. Kolaborasi ini bisa melibatkan pertukaran data dan informasi untuk memastikan bahwa program beasiswa berjalan dengan lancar dan tepat sasaran. Misalnya, pemerintah bisa memberikan data mengenai siswa yang memenuhi kriteria ekonomi, sementara institusi pendidikan bisa memberikan data mengenai prestasi akademik dan kebutuhan khusus siswa. Dengan bekerja sama, kedua pihak dapat memastikan bahwa siswa dari keluarga kurang mampu memiliki kesempatan yang sama untuk meraih keberhasilan akademik dan mencapai potensi penuh mereka.

Melalui langkah-langkah ini, diharapkan program beasiswa dapat lebih efektif dalam mendukung siswa dari keluarga kurang mampu, membantu mereka menyelesaikan pendidikan mereka dengan sukses, dan pada akhirnya mengangkat status ekonomi keluarga mereka. Upaya bersama dari pemerintah dan institusi pendidikan ini tidak hanya akan meningkatkan akses pendidikan, tetapi juga berkontribusi pada peningkatan kualitas sumber daya manusia dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Kemiskinan seharusnya tidak menjadi penghalang bagi generasi muda untuk mengejar cita-cita mereka di pendidikan tinggi. Beasiswa harus berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan mereka menuju masa depan yang lebih cerah, bukan sebagai alat untuk memperkaya diri sendiri atau mengeksploitasi orang lain. Mari kita bersama-sama berjuang untuk menciptakan sistem pendidikan yang adil dan berkualitas yang dapat diakses oleh seluruh anak di Indonesia. Kita harus memastikan bahwa program beasiswa benar-benar bermanfaat bagi mereka yang membutuhkan, bukan hanya segelintir orang yang didorong oleh kepentingan pribadi. Dengan kolaborasi dan komitmen yang teguh, kita dapat membuka pintu peluang bagi generasi muda untuk membangun kehidupan yang lebih maju dan sejahtera

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun