Pendidikan merupakan suatu kebutuhan penunjang dalam kehidupan manusia, khususnya untuk perguruan tinggi merupakan impian banyak anak muda, mendambakan masa depan yang indah dan lebih cerah. Namun, bagi sebagian besar siswa dari keluarga kurang mampu, mimpi itu seakan tenggelam secara teratur. Biaya pendidikan yang mahal, biaya hidup yang mendesak, dan terbatasnya akses terhadap informasi menjadi hambatan besar yang merenggut hak anak muda untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
 Ada banyak kasus yang menimpa siswa membuat mereka tidak dapat untuk menginjak bangku perkuliahan. Karin, seorang mahasiswa dari keluarga petani, mencerminkan perjuangan keras anak muda melawan cengkeraman kemiskinan. Karin  berjuang untuk memenuhi keperrluan sehari-hari dan juga untuk memenuhi pembayaran uang kuliah. Seringkali, karin mengorbankan tidur dan menahan kelelahan untuk menyelesaikan tugas dan mengejar impiannya menjadi sarjana.
Disisi lain, Andre seorang siswa SMA yang baru saja lulus, mengalami dilema yang lebih kompleks. Andre memiliki potensi dan keinginan untuk melanjutkan pendidikan tinggi; Namun, situasi keuangan keluarganya menimbulkan kendala yang signifikan. Orang tuanya yang sakit membutuhkan perawatan terus-menerus, dan Andre, sebagai anak tertua dari dua bersaudara, merasa harus menjadi pencari nafkah keluarga. Cita-cita Andre untuk masuk universitas berbenturan dengan tanggung jawabnya sebagai anak tertua. Jika Andre mengejar beasiswa, siapa yang akan merawat orang tua dan adiknya? Pertanyaan ini tak henti-hentinya menghantui Andre, membuatnya pusing dan ketidakpastian.
Kasus Karin dan Andre hanyalah potret belaka dari banyaknya pelajar di Indonesia yang terbelenggu oleh kemiskinan. Kemiskinan tidak hanya merampas hak kita anak muda untuk mendapatkan pendidikan tinggi namun juga menghancurkan impian dan harapan kita untuk masa depan yang lebih baik.
 Di tengah situasi yang memprihatinkan tersebut, muncul secercah harapan dalam bentuk berbagai program beasiswa yang ditujukan untuk membantu siswa dari keluarga kurang mampu. Beasiswa menjadi angin segar bagi anak muda yang ingin melanjutkan pendidikan tinggi tanpa terbebani kendala finansial. namun ternyata, di balik harapan ini terdapat kenyataan pahit yang harus dihadapi. Tidak semua program beasiswa mencapai target yang diharapkan. Beberapa mahasiswa/i memanfaatkan beasiswa untuk kebutuhan pribadi, seperti membeli gadget mahal atau menikmati gaya hidup mewah, dibandingkan menggunakannya untuk tujuan pendidikan. Hal ini tentu saja melemahkan tujuan dari program beasiswa dan merugikan mahasiswa lain yang berhak menerimanya.
Untuk mengatasi permasalahan ini, diperlukan upaya bersama dari berbagai pemangku kepentingan. Berikut beberapa solusi potensial yang dapat diterapkan untuk memastikan bahwa program beasiswa dapat lebih efektif dan bermanfaat bagi siswa dari keluarga kurang mampu:
Peran Pemerintah
Pemerintah memiliki tanggung jawab besar dalam memperkuat seleksi dan pemantauan program beasiswa. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menerapkan kriteria seleksi yang lebih ketat untuk memastikan bahwa beasiswa diberikan kepada siswa yang benar-benar membutuhkan dan layak menerimanya. Kriteria ini bisa mencakup evaluasi ekonomi keluarga, prestasi akademik, serta potensi dan motivasi siswa. Setelah proses seleksi, pemerintah harus melakukan pemantauan berkala untuk memastikan bahwa dana beasiswa digunakan sesuai dengan tujuannya, yakni untuk mendukung pendidikan siswa. Pemantauan ini bisa dilakukan melalui laporan berkala dari penerima beasiswa atau inspeksi mendadak.
Selain itu, pemerintah harus memperluas cakupan program beasiswa agar lebih banyak siswa dari keluarga kurang mampu dapat merasakan manfaatnya. Ini bisa dicapai dengan mengalokasikan lebih banyak dana untuk program beasiswa. Pemerintah juga bisa bekerja sama dengan sektor swasta dan organisasi non-pemerintah untuk menambah sumber dana beasiswa.
Pemerintah juga harus mengadakan program dukungan yang komprehensif bagi siswa dari keluarga kurang mampu. Dukungan ini tidak hanya dalam bentuk finansial, tetapi juga bimbingan akademik, konseling psikologis, dan pelatihan keterampilan. Program pendampingan bisa diadakan untuk membantu siswa beradaptasi dengan lingkungan akademik yang baru, serta memberikan bimbingan mengenai manajemen waktu, strategi belajar, dan persiapan karier. Konseling psikologis juga penting untuk membantu siswa mengatasi tekanan akademik dan masalah pribadi yang mungkin mereka hadapi. Selain itu, pelatihan keterampilan seperti keterampilan teknis dan soft skills akan sangat bermanfaat dalam mempersiapkan mereka memasuki dunia kerja.