Mohon tunggu...
fitri puspita hapsari
fitri puspita hapsari Mohon Tunggu... -

kunci yang menanti gembok untuk membuka pintu kebenaran

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Aku dan Ketiadaan Ibu

11 Agustus 2010   07:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:08 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namaku Karang. 28 tahun yang lalu suatu peristiwa memilihku untuk terus hidup pada kebencian. Kebencian terhadap sosok ciptaan Tuhan yang bernama ibu.

Sejak lahir aku sudah dibiasakan tidak mengenal apa itu ibu?, siapa itu ibu?Dan apa untungnya memiliki ibu?. Yang aku tau hanyalah Ayah. Ayah sosok yang begitu mulia. Dengan kasih sayang , ayah berusaha memenuhi sendiri tuntutan hidup kami. Hidup berdua bersama ayah diatas gubuk reot ini.

Aku belajar tak pernah menuntut lebih. Bahkan diusiaku yang masih 5 thn aku tetap berusaha memahami kesusahan hidup kami. Ayah yang berusaha bekerja apa saja demi mendapatkan sesuap nasi. Aku tak pernah sekalipun berniat menanyakan siapa ibuku? Dimana ibu sekarang berada?. Hinga diusiaku genap 8thn.

Beberapa hari ini aku melihat ayah tak berangkat kerja itu karena sakit ayah yang memaksa ayah tak bisa mencari makanan untuk kami. Tapi yang membuatku tak percaya, batuk ayah yang kupikir biasa-biasa saja, pagi ini merengut nyawa ayah. Batuk yang diikuti darah yang keluar dari mulut ayah. Pagi ini Ayah tak sangup lagi melawan takdir Tuhan dan Ayah meningal dalam pelukanku,

Sepeninggalnya ayah, aku mulai berkenalan dengan ibu……..ibu kota tepatnya. Aku memilih meninggalkan gubuk reot itu, hidup sebatang kara memaksaku untuk menjadi dewasa, menyadari jika banyak ancaman yang akan terjadi di sekelilingku. Memilih menjadi anak jalan bukanlah pilihan yang baik untukku, tapi mau bagaimana lagi. Bukankah sejak lahirpun aku tak pernah punya kesempatan untuk memilih.

Ibu kota……kata ibu mengapa selalu tak pernah lepas dari kekerasan? Hidup sebagai anak jalanan di ibukota justru semakin menambah daftar kebencianku terhadap ibu. Aku di hadapkan pada sebuah siklus yang terus menerus berputar pada poros yang salah.

Bagaimana tidak, dihadapanku tersaji beragam kasus yang menyesakan hati. Kasus penjualan bayi, kekerasan terhadap anak, penjualan anak gadis. Dan masih banyak lagi. Satu cerita yang hinga kini selalu membuatku terseyum benci. Anak perempuan yang dilahirkan dari rahim wanita pelajur. Sejak kecil dibiasakan menyaksikan tontonan yang tak sepantasnya. Melihat ibunya setiap malam membawa laki-laki yang berbeda-beda. Membiarkan dirinya secara langsung menonton adegan ibunya menikmati kenikmatan dalam rangkulan laki-laki hidung belang. Memaksanya tertarik mencari kenikmatan yang sama. Dan akhirnya anak perempuan itu dalam usia yang masih belasan sukses mendapatkan kenikmatan. Bukan hanya kenikmatan nafsu tetapi juga kenikmatan materi.

Gambaran-gambaran kejadian itu memenuhi otakku. Hati ini semakin tak bisa terkendali memaksaku membeci, memaki tindakan-tindakan ketidak manusiawi mereka. Kadang terpikir olehku tentang kesalahan Tuhan menciptakan kaum hawa. Lihatlah sejak pertama mereka tercipta, tercipta pula kesalahan-kesalahan akibat dari nafsu mereka yang berlebihan. Untuk apa mahluk ini diciptakan? Jika kehadiran mereka hanya akan menjadi petaka. Terserah apa kata orang, yang aku tau sejak lahir kebencian ini sudah tertanam kuat dalam sukmaku. Tak cukup sampai disitu, kebencian ini terkadang memaksaku melakukan aksi pembalasan. Contoh yang simpel mencuri dompet atau tas ibu-ibu yang berniat menghamburkan uang di swalayan-swalayan mewah. Atau mencuri barang-barang belanjaan yang mereka beli dengan harga yang mahal, atau juga sengaja menabrak hingga mereka jatuh terkulai……dan aku tertawa penuh kemenangan.

**…..*…..*….*..*….**

Sore ini aku bergegas menujuh dermaga tua…..itu tempat yang paling indah yang pernah kutemukan di kota ini. Entah kenapa semua kemarahan itu sejenak terlupakan, saat matahari memberikan pemandangan indah..aku tau sebentar lagi matahari itu akan tengelam berganti bulan, dulu aku sempat protes sama ayah.

Yah kenapa tuhan menciptakan matahari tapi kemudian membiarkan matahari pergi tengelam berganti bulan. matahari ko gak pernah dendam sama Tuhan?buktinya walau Tuhan menganti posisinya dengan bulan tapi matahari tetap memberikan senyuman terindah sebelum tenggelam.“Sayang mungkin kau disini melihat matahari tengelam meningalkanmu tapi jika kau berada pada belahan dunia yang lain mungkin saja matahari itu masih tetap ada bersamamu. Hidup ini adalah sebuah siklus yang terus berputar mengikuti arah perputarannya. Tuhan begitu adil memberikan setengah hari kepada matahari untuk menemani kita,menghangatkan kita, memberikan kita cahaya dan masih banyak lagi maanfaat dari matahari yang mesti kau pelajari sendiri. Dan ketika malam datang posisi matahari tergantikan dengan kehadiran bulan. Itu karena dibelahan dunia yang lain mereka juga membutuhkan matahari dan kita harus ikhlas membaginya. Coba kau lihat kehadiran bulan juga sama cantiknya dengan matahari, tanpa bulan mungkin malam juga takan pernah datang menemani kita, dan cobalah kau lihat bulan dan bintang juga bisa memberikan suatu lukisan tata surya yang begitu dasyat. Menemanimu melewati malam-malam, dan kelak jika ayah tak bisa lagi menemanimu, matahari, bulan dan binatang akan tetap setiap terus berganti menjagamu,menemanimu melewati hari-harimu. Kau takan pernah sendiri nak? Jika siang, ada matahari yang menghangatkanmu, dan jika malam bulan dan bintang akan bernyanyi untukmu.

Dan kau harus bisa menjadi seperti matahari, selalu tersenyum dalam setiap keadaan, menerima dengan ikhlas takdir yang tuhan berikan. Sebelum tengelam matahri masih menyapamu memberikan senyuman terindah lewat senja, dan dia tak pernah sekalipun dendam terhadap Tuhan. Karena dia ikhlas mengikuti proses perjalanan fungsinya untuk kita, matahari sabar berputar dari satu poros ke poros takdir yang lain. Dan kau harus bisa seperti matahri. Ikhlas dan sabar menjalani setiap detik proses perjalanan hidupmu. Jangan pernah dendam. Ingatlah dendam hanya akan menghancurkan proses indah dari perjalan hidupmu. Jadilah seperti matahari yang selalu tersenyum.”

Maafkan karang ayah, karang takan pernah bisa menjadi seperti yang ayah pinta. Dendam ini merebut keindahan proses hidup karang. Satu-satunya keindahan karang hanyalah menetap pemandangan ini karena karang percaya karang akan bisa melihat senyuman ayah. Ayah karang merindukanmu. Ayah……maafkan karang. **………**…….**

Tak jauh dariku, kulihat seorang pria….wajah itu,tatapan dendam itu….kesedihan itu….dan kemudian senyuman sesaat saat matahari tepat pada fase akhir meninggalkan secuil cahaya yang memantul indah…..menghapus semua raut dendam dan kesedihan…..Apakah itu banyangan diriku 10 atau 20 tahun kedepan. Apakah itu nyata atau hanya berupa ilusiku saja?

Sosok itu tersenyum manatapku…ah tiba-tiba bagai sejuta voltase listrik menyetrum sukmaku….seperti ada seribu jarum suntik menusuk badanku…benar-benar membuat sesak. Bagaikan pantulan bayangan dari kaca, aku melihat diriku,,seluruh banyangan diri pada sosok itu.Dan sosok itulah yang akhirnya mengubah derajat hidupku. Mengangkat ku dari jalanan ke kehidupan yang layak bahkan begitu mewah.

Papi bam…begitulah sebutan untukknya. Laki-laki itu akhirnya secara hukum mengangkatku menjadi anaknya. Menambah belakang namaku yang semulanya KARANG SENJA menjadi KARANG SENJA PUTRA BAMRAHMANA PRAKOSO. Dia menyangiku sama seperti kasih sayang ayah yang tanpa batas, papi bam mungkin lebih beruntung dari ayahku, papi adalah pengusaha yang sangat sukses, mempunyai perusahan,hotel,sewalayan yang sudah melejit sampai ke penjuru dunia,mempunyai beratus-ratus anak perusahan. Sehinga membuatku tak lagi sesusah dulu, saperti ayah yang bekerja keras membanting tulang memcari sesuap nasi untuk kami. Tapi yang paling terpenting bagiku papi dan ayah sama-sama berarti untuk hidupku. Yang berbeda antara papi dan ayah. Ayah selalu ikhlas menerima semua takdir hidupnya, tapi papi tidak. Ayah yang selalu mengajariku untuk tak membenci namun berbalik dengan papi, papi yang sama sepertiku menyimpan kebencian bertahun-tahun lamanya. Aku dan papi mempunyai kisah yang sama, ayah kami sama-sama meninggal dalam dekapan pelukan kami, yang membedakan hanyalah papi tau siapa ibunya sedangkan aku tidak pernah sama sekali mengenal ibuku.

Dalam usia 15 tahun ibunya pergi meninggalkan dia bersama ayahnya yang sakit-sakitan. Ibunya memilih meninggalkan mereka setelah ayahnya jatuh bangkrut. Memilih merampas suami orang semata-mata hanya karena kekayaan dan meninggalkan papi dan ayahnya dalam keterpurakan. Semenjak kepergian ibunya, kesehatan ayah papi semakin drop bahkan semingu setelah itu ayahnya meningal. Meningal dalam pelukan papi. Akhir yang sama denganku.

Dan semenjak hari itu aku dan papi sama-sama menyimpan kemarahan,kekecewaan.kebencian dan entah beribu-ribu lagi perasaan itu terhadap semua kaum hawa. Terutama ibu.

Kekayaan dan kesempurnaan ini perlahan-lahan menjadikan aku sebagai sosok yang baru. Karang…hatiku sekeras karang, aku tak pernah peduli dengan urusan orang lain. Aku terbuai dengan dendam lamaku. Memiliki kesempurnaan fisik, wajah, kemewahan membuatku semakin memandang kecil perempuan. Entah barapa banyak perempuan menjadi korban keegoisanku. Aku bahkan menjadikan mereka bak sebuah permainan, ketika aku malas untuk memainkan maka tak segan langsung ku lemparkan dalam tong sampah. Dari dulu kebencian terhadap kaum itu sudah melekat keras pada otakku, dan bagiku semua yang ku miliki sekarang adalah sebuah berkah dan berkah itu kugunakan untuk membalas rasa sakitku, rasa sakit ayahku dan rasa sakit papi bam.

Aku tak butuh belaian kasih yang hanya mendasarkan materi, aku bukan laki-laki bodoh, mereka pikir aku bisa di manfaatkan, karena ini memang taktikku mengunakan kekayaanku sebagai senjata untuk mengahancurkan kaum hawa. Dengan nafsu dunia mereka terbuai oleh semua hadia yang ku berikan, dan aku mendapatkan apa yang ku inginkan”menghancurkan masa depan mereka, dengan merampas harga diri dan mahkota mereka sebagi perempuan” setelah aku puas maka dengan jijiknya ku buang mereka ke dalam tong sampah. Air mata dan derita mereka adalah kebahagiaanku.

Hingga suatu malam suatu kejadian memberikan aku kesempatan yang tak pernah sedikit pun ku harapkan dalam hidupku.

Seingat ku tadi malam membasahi kota, ketika malam mulai beranjak larut aku seperti biasa menghabiskan malam-malamku dengan mencari kesenagan ditempat-tempat hiburan malam. Dan ketika aku bergegas pulang, hujan gerimis masih membasahi jalanan, sisa-sisa air hujan terkumpul menjadi genangan-genangan di sepanjang jalan kota. Dan di hadapanku ada dua orang wanita setengah baya, mencari tempat berteduh,atau mungkin juga itu adalah tempat tidur mereka, dua orang wanita setengah baya itu mungkin merupakan gelandangan. Tiba-tiba rasa benciku mulai mengusik. Ku lajukan motor ducati 999-ku, menerobos genangan air hingga sekejap membasahi tubuh kedua wanita setengah baya itu. Mereka menjerit marah karena ulahku membangunkan tidur mereka, dan aku karena larut dalam kebahagiaanku atas apa yang kulakukan hingga tak kusadari didepanku sebuah mobil sedan berlari kencang ke arahku. Tiba-tiba semuanya menjadi gelap. Aku tak sadarkan diri.

Dan sekejap kesadaran itu datang. Bagai anak panah yang meleset dari langit, jutaan jumlahnya.sekejap semua perasaan itu dikembalikan. mengungkung karang dalam dinginnya tembok-tembok penjara yang dia bangun dihatinya. Ya Tuhan, dia pernah mengenali perasaan seperti ini. Dia amat mengenalinya……kerinduan…..kerinduan itu !!!

Belaian….sentuhan lembut kasih sayang yang tulus. Tangan lembut ini…..kerinduaan kepada ibu yang tak pernah di miliki…perasaan ini. Kerinduaan akan kasih sayang yang tulus…. Sumpahnya untuk membalas seluruh penderitaanya..dendam yang menjelma begitu hebat…janjinya untuk merampas kebahagian kaum hawa . menukarnya demi sebuah sentuhan kasih yang tulus. Malam itu kesadaran tersebut dikembalikan. Sejak 28 tahunyang lalu. Sejak kematian ayahnya. Dengan mata kepalanya sendiri dia harus menyaksikan sendiri takdir menyakitkan itu. Tak pernah mengenali sosok ibu. Melihat ayahnya beruang keras mencari sesuap nasi untuk mengisi perut kosong mereka. Melihat ayahnya meninggal dalam pelukannya.

Dihadapannya seorang gadis berambut lurus berparas ayu tersenyum menyapanya. Tangan lembut itu menyentuh wajah karang. Tuhan dua kali kesadaran Karang seolah dikembalikan. Ksesadaran akan rasa rindu yang menjelma menjadi benci.

Kecelakaan malam itu mempertemukan Karang dengan gedis yang bernama “ Cinta FitrI” . Fitri biasa disapa, fitri dalam usia yang baru 25thn sudah meraih gelar dokter. Bukan gelar sebagai dokter yang patut dibanggakan dari sosok Fitri. Tapi seluruh kepribadiannya, sentuhan lembut, kasih sayang yang tulus, sungguh semua itu yang tak pernah karang temukan pada semua sosok kaum hama selama ia hidup.

Gadis ini jauh lebih beruntung dari karang. Lahir sebagai anak tungal dari orang tua yang lengkap. Mengenal ayah dan ibunya,hidup dalam kemewahan. Tapi sesungguhnya jauh dibalik semua itu fitri hanya anak yang membutuhkan kasih sayang dan perhatian ayah dan ibunya. Itu yang tak pernah fitri dapatkan. Namun fitri bukan karang yang hanya bisa memendam kebencian karena tak bisa mendapatkan apa yang seharusnya mereka dapatkan. Fitri belajar tegar menghadapi hidupnya, dengan ketulusan dan doa-doa yang terus dia panjatkan. Memohon suatu saat nanti Tuhan membukaan mata hati orang tuanya. Hingga doanya pun terkabulkan. Namun semua itu datang setelah fitri beranjak dewasa, fitri telah kehilangan masa indah kanak-kanaknya. Dan dari situlah fitri merintis mimpi-mimpi masa kecilnya. Menukar seluruh masa kecilnya yang menyedihkan(hidup dalam kesepian, kerinduan yang menyesahkan atas belaian kasih sayang ayah dan ibu) dengan janji-janji masa depan yang lebih baik.

Fitri mendirikan Taman Bacaan Anak-Anak. Tempat dimana anak-anak akan mendapatkan makna kehidupan sejati, kesenangan berbagi, merasa cukup atas keseharian yang sederhana. Mencintai bekerja keras tanpa mesti kehilangan masa kanak-kanak yang menggemaskan. Mengajarkan betepa indahnya bekerja keras kemudian bersyukur atas apapun hasilnya.

Taman bacaan yang memberikan buku-buku, kelas bercerita, dan dongeng-dongeng tentang kehidupan. Mengajak anak-anak mencintai alam. Mengajarkan mereka chatting, browsing. Membentuk kepribadian mereka untuk tampil berani bicara didapan banyak orang dan masih banyak lagi. Fitri merintis sendiri semua mimpi-mimpinya,membanngun sekolah informal.menjanjikan masa depan bagi anak-anak jalanan. Yang selalu percaya janji kehidupan yang lebih baik akan datang dari kepalan-kepalan tangan anak-anak didiknya. Fitri yang seperti mendapatkan kembali masa kanak-kanak yang tak pernah fitri rasakan. Hanya dengan melihat senyuman, canda mereka semua yang anak-anak miliki. Menjadikan kekuatan baru untuk fitri.

Ibu-ibu mengenalnya sebagai dokter yang bersahaja. Tak mengenal waktu,bahkan saat hujan keras ditengah malam pun pasti fitri hadapi demi menyelamatkan nyawa ibu dan bayi yang menanti pertolongannya. Dan malam itu ketika fitri dengan kecepatan penuh mengendarai mobil sedan honda jazzpinknya mencoba menerobos gelapnya malam demi memenuhi panggilannya sebagai dokter untuk menyelamatkan ibu dan anak yang menanti pertolongannya. Dan malam itu takdir mempertemukan lelaki yang tertawa bahagia penuh kemenangan membalas kebenciannya dengan seorang gadis yang akhirnya meruntuhkan dinding-dinding keras yang dibangun selama 28 tahun dalam hatinya.

Tuhan selalu mempunyai andil dalam setiap jejak perjalanan umatnya. Perlahan-lahan dinding keras kebencian dan dendam yang mengakar seakan sirna. Hanya karena 1 ketulusan memainkan peranannya. Inilah hidup yanng menyediakan kesempatan manusia untuk memilih jalan hidup mereka masing-masing. Dalam kesempatan itu tersaji kebaikan dan kejahatan. Tak ada hidup yang sempurna. Namun di akhir kisah ini akan tercermin suatu kesempurnaan dari sebuah ketulusan yang akhirnya memaksa kejahatan pergi meninggalkan pilihan. Inilah kisah yang kutemukan dari satu sisi kebencianku terhadap kaum hawa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun