Mohon tunggu...
Cinta Amanatur
Cinta Amanatur Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulis adalah cara saya untuk mengekspresikan ide dan kreativitas. Awalnya saya hanya mengisi waktu luang dengan membaca berbagai media terutama novel, lalu mulai tertarik untuk menuangkan ide yang ada. Melalui hobi ini, saya berharap dapat terus berkembang dan berbagi wawasan dengan orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pesona Sejarah 3 Batik Legendaris

6 Agustus 2024   16:38 Diperbarui: 6 Agustus 2024   16:40 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pesona dan Sejarah Tiga Batik Jawa Timur sebagai Simbol Budaya serta Kekayaan Warisan Negara Indonesia

PENDAHULUAN

            Batik menjadi kebudayaan turun temurun masyarakat Indonesia terutama masyarakat jawa yang sudah mengenal batik dari zaman kerajaan. Secara etimologi, kata batik berasal dari bahasa jawa yang mempunyai arti beragam. Kata batik berasal dari bahasa jawa "mbat" yang berarti memukul atau melempar berkali-kali dan kata "tik" dengan artian membuat. Gabungan kata ini menggambarkan teknik khas pembuatan batik yang melibatkan proses penerapan corak dengan menggunakan lilin pada kain, serta memberikan motif dengan titik-titik yang karakteristik (Mawardhi dan Agustin, 2019). Kata batik sendiri menurut sejarah baru dipakai dalam babad sengkala yang ditulis pada tahun 1633 dan juga dalam Panji Jaya Lengkara yang ditulis pada tahun 1770. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2004), batik adalah kain bergambar yang pembuatannya secara khusus dengan menuliskan atau menerapkan malam pada kain, kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu.

Batik adalah kain yang dilukis menggunakan teknik tertentu dengan proses yang memiliki kekhasan tersendiri. keindahan visual pada batik memperlihatkan kearifan lokal dalam mengolah motif-motif yang mengandung makna filosofis mendalam. Batik sediri menjadi salah satu peninggalan budaya indonesia yang telah diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Lisan Kemanusiaan (Masterpiece of Oral Intangible Cultural Heritage of Humanity) pada tanggal 2 Oktober 2009 (Dwinugroho, 2017).  Sejak itu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menetapkan pada tanggal 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional yang menjadi Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 2009. Hari Batik Nasional ini merupakan wujud apresiasi dan kebanggaan masyarakat Indonesia terhadap batik sebagai simbol budaya dan jati diri bangsa. Usaha untuk memperkenalkan batik harus tetap dikembangkan dengan menjadikannya sebagai identitas negara yang tidak akan dimakan waktu. Batik tidak hanya menjadi bagian dari masa lalu masyarakat indonesia, tetapi akan eksis di masa kini dan masa depan.

Jawa Timur memiliki batik yang telah lama dikenal sebagai simbol kekayaan budaya Indonesia. Menurut Kusrianto (2024) batik dimulai dari zaman kerajaan Majapahit hingga zaman modern ini, batik tidak hanya menjadi kain yang indah secara estetika, tetapi juga mengandung sejarah yang dalam tentang kehidupan masyarakat Jawa Timur. Melalui motif-motif yang rumit dan simbolisme yang kaya, batik Jawa Timur menjadi cerminan dari nilai-nilai dan identitas negara yang terus hidup dan berkembang. Keindahan batik Jawa Timur juga menyimpan cerita-cerita tentang perjalanan sejarah yang penuh perjuangan. Setiap motif yang digunakan tidak hanya merupakan hiasan belaka, tetapi juga mengandung pesan-pesan filosofis yang mendalam, mencerminkan pemahaman masyarakat terhadap alam, kehidupan sosial, dan spiritualitas.

PEMBAHASAN

Jawa Timur menjadi pusat perdagangan yang penting terutama pada masa Kerajaan Majapahit dan masa-masa setelahnya. Interaksi dengan pedagang dari berbagai negara membawa pengaruh baru dalam motif dan teknik batik. Perjalanan sejarah batik yang sangat panjang tentunya tidak dapat dilepaskan dari masalah perekonomian. Masa kerajaan menjadikan batik untuk terus mengembangkan perekonomian negara yang masa itu dalam keadaan perang dan masih dalam masa penjajahan. Jadi, batik bukan sekedar kain warisan yang tidak bernilai karena batik memiliki kisah yang mendalam. Indonesia memiliki tradisi membatik yang telah diturunkan dari generasi ke generasi. Batik berarti simbolis dalam bentuk teknik, corak, proses pembuatan yang panjang, dan pemakaian secara khusus dalam berbagai upacara adat. Batik telah menjadi identitas yang memiliki makna untuk kehidupan budaya bangsa Indonesia. (Wulandari, 2022).

Menurut Kusrianto (2024) motif batik banyak digunakan dalam ritual kehidupan orang jawa termasuk jawa timur. Berbagai simbol dalam batik digunakan sejak lahir maupun tumbuh kembang hingga upacara kematian. Penataan semacam ini dimulai sekitar abad ke-16 pada masa Istana Mataram Islam yang didirikan pada tahun 1582 di pulau Jawa. Sejak saat itu, motif batik tidak hanya diiringi dengan lapisan-lapisan yang awalnya sangat populer di kalangan keraton tetapi juga dengan simbol-simbol segala macam kehidupan. Motif-motif legendaris inilah yang ingin diketahui banyak pecinta batik agar tidak salah dalam memperjelas niat dan keinginannya dalam memilih motif batik sebagai salah saat bentuk seni untuk melambangkan suatu benda. Motif batik dipilih bukan karena keindahannya, melainkan karena ideologi dan nilai-nilai yang diwakilinya. Hal ini menjadikan batik bukan hanya sekadar pakaian, melainkan warisan dan kekayaan yang memiliki arti sebuah warisan budaya yang kaya akan cerita.

Tiga Batik Legendaris dari Jawa Timur:

1. Batik Sawunggaling Surabaya

Surabaya adalah ibu kota dari provinsiJawa Timur dengan luas 326,81 km. Kotaini disebut kota terbesar kedua di Indonesiasetelah wilayah Jakarta (Diagusty dkk., 2022). Motif batik Surabaya memiliki motif yang terinspirasi dari lingkungan, kebudayaan, hingga sejarah yang ada di Surabaya. Hal tersebut kemudian dituangkan ke dalam kain batik untuk mengajak masyarakat agar bersama-sama menjadi masyarakat yang bijak. Batik Sawunggaling merupakan motif batik khas Surabaya yang dirancang oleh Putu Suristiani (Farida, 2020).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun