Mohon tunggu...
Cinta Adolfinanda Kolloh
Cinta Adolfinanda Kolloh Mohon Tunggu... Psikolog - Mahasiswa

Menulis, Membaca Novel

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kebebasan dan Kehendak Menurut Friedrich Nietzsche

12 Januari 2025   13:25 Diperbarui: 12 Januari 2025   13:25 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KEHENDAK MENURUT FRIEDRICH NIETZSCHE FRIEDRICH NIETZSCHE

melihat kehendak sebagai suatu gerakan yang tidak terpisahkan dari diri manusia, di mana kehendak ini tidak hanya bersifat metafisis, melainkan juga terkait langsung dengan tubuh dan kesadaran diri. Dalam pandangannya, kehendak muncul sebagai Affect des Kommandos, sebuah denyutan atau impuls dari dalam diri yang timbul dari pluralitas sentimen yang terkadang tidak disatukan. Namun, melalui proses tubuh dan pemikiran, kehendak ini akan mengatur dan menyatukan unsurunsur yang ada dalam diri manusia, tanpa menghilangkan salah satunya. Dengan demikian, kehendak berperan dalam menciptakan keteraturan dalam kehidupan manusia. Bagi Nietzsche, kehidupan manusia pada dasarnya dikuasai oleh kehendak yang berfokus pada pencapaian kekuatan dan pemahaman terhadap diri sendiri, baik dalam hal kekuatan maupun kelemahan. Kehendak bukan hanya masalah kebenaran atau kesalahan, melainkan terkait dengan moralitas yang mengungkapkan kekuatan dan kelemahan daya hidup manusia. Nietzsche mengklaim bahwa dalam diri manusia terdapat dua unsur yang berkonflik, yaitu unsur tuan dan unsur budak. Konflik ini, yang pada akhirnya akan menghasilkan salah satu yang dominan, adalah esensi dari kehendak. Kehendak ini juga mencerminkan kebebasan, karena manusia memiliki kebebasan untuk memilih nilai-nilai yang dianggap baik berdasarkan alasan yang dimilikinya. Kehendak dalam pandangan Nietzsche berkembang menuju kehendak untuk berkuasa (The Will to Power), yang mengarah pada pembentukan nilai-nilai moral. Nilai bukanlah sesuatu yang bersifat objektif, melainkan merupakan hierarki daya yang diekspresikan dalam fenomena kehidupan manusia. Melalui kehendak ini, manusia dapat mengatur dirinya dalam masyarakat yang dinamis, berinteraksi dengan orang lain, dan mengambil tanggung jawab. Kehendak yang bebas ini, menurut Nietzsche, memungkinkan individu untuk menghormati "hal yang lain" dan mengevaluasi kebaikan serta keburukan berdasarkan nilai-nilai yang diyakininya. Dalam konteks sosial, Nietzsche menganggap bahwa manusia sebaiknya memiliki moral tuan, yang terkait dengan dorongan untuk berkuasa dan hasrat untuk menang. Moral tuan ini memungkinkan manusia untuk mencari kebenaran dengan cara yang lebih otentik, tanpa terjebak dalam pertarungan kebenaran yang mengarah pada konflik yang tak berujung. Kehendak untuk berkuasa adalah dorongan utama yang membentuk segala sesuatu, termasuk pengetahuan dan kebenaran, yang dalam pandangan Michel Foucault, terkait erat dengan kekuasaan. Sebagai pengaruh dari Nietzsche, Foucault menjelaskan bahwa kuasa tidak hanya berkaitan dengan kontrol sosial, tetapi juga dengan pengetahuan, karena kuasa menghasilkan pengetahuan dan kebenaran itu sendiri.

Teori kebebasan dan kehendak Friedrich Nietzsche memiliki implikasi yang signifikan dalam kehidupan saat ini, terutama melalui konsep "kehendak untuk berkuasa" (der Wille zur Macht). Nietzsche menekankan pentingnya kebebasan individu untuk menciptakan nilai-nilai pribadi dan melampaui moralitas tradisional yang sering dianggap membatasi potensi manusia. Dalam masyarakat modern, hal ini tercermin dalam gerakan yang menantang norma-norma konvensional, seperti feminisme, hak LGBTQ+, dan perjuangan melawan ketidakadilan sosial. Selain itu, dorongan kreatif untuk melampaui batas diri terlihat dalam inovasi teknologi, seni, dan kewirausahaan, yang menjadi manifestasi dari kehendak untuk berkuasa dalam bentuk positif. Di sisi lain, kritik Nietzsche terhadap mentalitas kawanan mengingatkan kita untuk berpikir kritis di tengah budaya massal dan pengaruh media sosial yang sering mengarahkan individu pada konformitas. Nietzsche juga menawarkan solusi terhadap nihilisme yang kerap dirasakan di dunia modern, yaitu dengan menciptakan makna dan nilai hidup secara mandiri. Dengan demikian, pemikiran Nietzsche relevan untuk membantu individu menghadapi tantangan zaman, melawan homogenitas, dan menjalani kehidupan yang autentik serta penuh kreativitas.

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun