[caption id="attachment_262914" align="aligncenter" width="560" caption="Gambar Ilustrasi dari : http://www.taller54.com/vrr3a.jpg"][/caption] Malam ku hanya malam dengan balutan sepi, aku hanya perempuan yang bermain dengan imajinasi tentangmu, aku perempuan luka, ya.. ya.. aku perempuan luka dengan seribu nanah yang lelah mengalir. Jangan pernah manja! Aku tak suka perempuan manja! Yang artinya duka ku adalah duka ku jangan pernah mengusikmu. Kau terlalu sibuk dengan duniamu. Entah dunia apa aku juga tidak mengerti. Jangan pernah telp aku jika aku tidak menghubungimu! Ya.. ya… demi cinta dan sebuah pengabdian aku hanya mampu tunduk dalam satu kata taat. Aku berusaha bekukan rinduku akan suaramu yang pernah ku dengar, aku berusaha menghapus memory di otakku bagaimana renyahnya tawamu, aku berusaha halau rasa inginku mendengarmu tanyakan “sedang apa kau say? Bagaimana dirimu hari ini sehat? ” aahhh… pertanyaan rutin yang dulu tiap pagi kau lontarkan dengan mesra. Aku punya banyak catatan kecil setiap canda kita dulu, catatan yang aku simpan dalam folder manis di blackBerry ku. Dulu… ya… dulu… kau pernah mainkan banyak kata dan tawa untukku. Dan selalu ku baca saat rindu merajam jiwaku. Tahu kah kau say… saat ini aku sama sekali tak berani menyentuh file itu. Aku takut saat semua kembali terangkat, memory ku kembali pada renyahnya manjamu. Saat itu aku akan di rajam rindu yang menyesakkan ruang hatiku. Tapi aku… aku hanya mampu menikmati setiap luka rindu berdarah tanpa mampu menuntut apapun. Karena beku mu akan selimuti hariku saat kau tahu titik-titik inginku. Kau harus mengerti saat aku tak balas bbm mu berarti aku sedang bekerja. Ahhh… sekarang bagian yang dulu masih mungkin aku sentuh saat rindu ini menyiksa kau tutup! Sayang…. Kapan kau sekedar duduk disampingku??? Tanyaku dalam hati.. Hanya dalam hati karena suaraku hanya boleh kau dengar saat kau inginkan. Aku hanya perempuan yang harus duduk diam menunggumu diantar oleh sang waktu, bagaimana aku bisa melepasmu jika kau kunci hatiku, dan kau tak pernah mau melepas kuncinya. Aku harus selalu duduk di depan pintu , mungkin sampai senja beranjak pergi dan gelap membungkam hari. Tanpa embun sejuk tanpa penghangat tubuh. Aku harus tetap menunggu. Beku… sendiri… sampai kau bisikkan di telingaku “sudah makan sayang??” Ini hanya sebuah catatan kecilku, perempuan yang hanya kau simpan diujung hatimu tanpa tersentuh jiwamu, tanpa kau ijinkan mendengar keluhmu atau berbagi bahagiamu. Hanya kau simpan diujung hatimu dengan lentera kecil yang hampir padam, dengan nadi sayang yang makin melemah, tapi tak juga kau terbangkan lepas atau kau dekap hangat.
Salam Cinta : Jingga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H