Mohon tunggu...
Jingga Rangkat
Jingga Rangkat Mohon Tunggu... -

Aku tetap aku tak peduli siapa Kamu..... \r\n\r\nkeraguanku bukanlah sebuah kebingungan. keraguanku untuk membuka sebuah kemungkinan!!

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Luruhnya Keangkuhan Seorang Jingga

16 Juli 2011   00:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:38 578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam ini Pintu jendela hati berderit menutup, dilangit purnama terlihat redup enggan mendekat sinar bintang yang pelahan surut, suara desir angin malam, tetap saja membuat rona-rona rinduku bergoyang pelan, aaah… bunga kasihku semakin layu… jiwaku terjerat resah. Refo… selalu saja nama itu ygpenuhi rongga rasaku, selalu saja nama itu yg membuatku hanyut dalam keluh…. Dia selalu membuat gradasi warna yg membingungkan dalam lukisan hidupku, jingga, putih, hitam, biru, kuning, kelam… aaah… entahlah semua berbaur tak jelas. Tapi aku tetap menunggu, bukan… bukan logikaku berhenti bergerak… logikaku sudah berkali-kali mendesak untuk beranjak tapi hatiku selalu menahan! Sebentar…. Sebentar saja…. Sabarlah sebentar…. Mungkin ada keajaiban… mungkin ada sinar jingga hangat setelah kelam ini. Sabarlah sejenak saja… apakah hatiku terluka?? Ya.. ya… hatiku nyeri… karena teriakan perih ini.. logika mendesakku segera pergi. Tapi… cinta kecil disudut hatiku memintaku sabar. Dia berusaha tersenyum dalam lukaku… dia berusaha membebat setiap perihku… dia seperti peri kecil.. mungil.. dengan rambut dikucir dua… berbaju putih bersih… menari disudut hati… suaranya lembut tapi jelas terdengar… sabarlah…. Mungkin ada keajaiban… mungkin… dan berharap yg mungkin menjadi pasti. Tapi apa yg aku dapat sekarang? Dua lembar kertas berisi larik cinta. Larik cinta antara adikku semata wayangdengan refo… aku pernah mendapati larik cinta yg terbaca di post jaga… mereka katakan ini hanya pengisi waktu dan pengasah intuisi.. aku belajar menerima dengan sabar…cinta kecil bisikkan benar… ini hanya upaya mempertajam intuisi. Tapi apa yg sekarang aku lihat?? Larik baru berbalasan tertulis lagi… ada denyut cinta disetiap katanya, ada harap disetiap goresannya.

Menunggu Hati (Syair Dialogis Bersama Uleng Tepu)

…telah…

kulantunkan rayuanku

kupilih larik cinta iklas

ingin mengais hatimu

mau merasuki jiwamu

memungut rujuk

beranjak-kembang

bersama

aku

kamu

kita

-^-

…tapi…

engkau memintaku menunggu

tak yakin engkau menerimaku

selaksa keraguan menumpuk

trauma belang lelaki hadir diri

engkaupun menawarkan sabar

-^-

…baiklah…

aku akan menunggumu

entah sampai kapan

kalau engkau ke lain hati

jika hasrat sayangmu tak tumbuh terimaku

aku insyaf dan sadar

cinta-rasaku impoten

***

Menanti Rasa (Syair Dialogis Bersama Refo Torai)

Sore ini…

Telah tiba padaku

Bisikan angin

Membacakan segala larik

Mengeja serpihan ingin

Aku-kamu ah bukan aku-kamu

Tapi kita

Mekar bersama

Menjadi dewasa

Merona…

~^~

Lalu hujan jatuh dalam diam

Angin beranjak tergesa

Kabar bunga berganti kenang kelam

Abuabu lalu pekat

Merunduk…

~^~

Maaf, hati masih meragu

Masih menanti tetanda

Bila rasa kan semi

Setelah terkurung dorman

Menunggu pelangi di langit jingga

Saat hujan menyeret tapak

Menghapus jejak

~^~

Kedua larik ini hanya bisa aku simpan dengan perih dihati… berusaha aku putar kembali saat aku melihat bagaimana larik itu dilantunkan dengan bunga-bunga asmara dalam setiap desahannya. Aku berpikir… aku hidup ditengah keluargaku yg nyaman… hangat dengan keteduhan cinta mereka. Aku berpikir mereka tempatku bersandar dalam sepi dan resahku, mereka tempatku bersembunyi dan tempatku paling nyaman saat aku merasa tak aman… tapi apa yg kulihat malam itu??? Saat mereka tak sadar hadirku? Mereka dengan tersenyum puas mendengar Refo dan Uleng berbalas larik… tak pedulikan hatiku, tak indahkan jiwaku,

Aku hampir saja bergegas masuk kerumah, mendorong pintu dengan kuat… tapi kuurungkan niat hatiku.. aku tertahan… dan hanya bisa mematung dibalik pintu yg sedikit kubuka… aku dengar setiap dialog mereka yg mengatakan insan terdekat dihatiku. Orang-orang yg paling mencintaiku…

yayok

asal nggak dimarahi mbak cinta… inspirasimu takkan imponten kalau sekedar membalas puisinya… go..go..go … tulis yang baik, indah dan santun ….

refo torai

Pak Kades, wah senangnya dapat calon mertua yang bijak…hahahaha….

uleng tepu

papi….bantuin uleng minta ijin yah ma kak Jingga… hehehe

D
D
D
D
semoga jemari ini mampu melaksanakan amanah papi
)
)
)
)

d-wee

ayooo uleng….siapin pelangkah buat jingga…….. hahahahaaaaa……………….

uleng tepu

hahahahaha……. kak Jingga ga bakal dilangkahi koq….

)
)
)
)
)
)

d-wee

iya uleng… masa udah cemburu dilangkahin jugaaaa…… *sssttt………..siapin tissue yg banyak buat jingga uleng..

Mommy

kertas tisue habis … pake sapu tangan aja….. …..

yayok

kalau kurang tebal, pakai kain pel aja mommy…… (biar kapok, nggak nangisan lagi….)

Mommy

hahhahhahaa pak kades,, bisaa ajaaa

bagaimana mungkin??? Papi, Mommy, kak D-wee, dedek Uleng apalagi Refo bisa menikmati tawa diatas tangisku?? Mana kasih yg mereka dendangkan ditelingaku… lalu apalah yang mommy lakukan untukku… aku selalu nyaman dalam samudra kasihnya… pelukannya selalu membuatku merasa aman. Mendadak gelombang hatiku reda tiap kali tangannya merengkuh pundakku. Papi… sosok bijak yg selama ini aku kagumi… yg selalu tegas menghentikan tangisku dan manjaku.. mengapa tiba-tiba mendadak tak adil (bagiku) ahhhh…. Kak D-wee juga… dia yg selalu tersenyum dalam setiap gundahku… selalu membakar semangatku saat aku lelah jalani hidupku.. celotehnya selalu mampu membuatku kagum pada mentari pagi dan riang menanti lembayung senja sampai gelap ditingkah bulan pucat dilangit. Aaahhh…. Ketulusannya ternyata hanya hiasan tak bernyawa … hanya slogan yg dia jual dihariku.. dedek Uleng… dia salah satu alasanku untuk tetap kuat. Dia terlihat sedikit rapuh… jika aku berusaha tegar.. aku berusaha gagah ditengah semua kemelut yg ada… karena hanya dia alasanku. Aku ingin melihatnya tumbuh kuat, selembut titik embun pagi hari… setegar karang di tengah lautan.. aku ingin yg terbaik untuknya… tapi apa yg aku dapat?? Dia mainkan luka dijantung hatiku. Perih sayang… terlalu…. Tega sekali kau buat ini… Refo… dari mula aku sudah mengenal tingkahnya… tapi hatiku enggan beranjak darinya… hatiku sudah dicurinya… ah… kenapa harus adikku yg kau pilih??? Kenapa harus dia??? Kau boleh jahat tapi tak harus sekejam ini… dimana nuranimu??? Dimana rasamu?? Apakah denyut nuranimu sudah mati??? Aaah… entahlah…

aku berusaha menahan setiap rasa… berusaha tenang dan tunduk pada semesta… agar sedikit aku sejuk… menyatu dengan bulan pucat diatas langit… TUHAN!!! Aku tak pernah sendiri… itu yg terlewat dalam hidupku… setiap hari aku melihat adikku sujud diatas sajadah.. tunduk berdoa… tapi aku?? Aku sibuk bersolek dengan duniaku… sibuk bermanja dengan lamunanku… sibuk berbangga dengan pesonaku. Congkakku luruh… angkuhku hancur… kalau mereka yg mengisi istana hatiku beranjak terlihat pergi… sebenarnya tetap tersisa tempat untukku disudut hati mereka… hanya saja mereka lelah dengan egoku… ternyata istana hatiku justru bagian terinti yg nyaris kosong… tempat Untuk Tuhanku…

Pernah aku merasa menginginkan semua

Segala yang ada didalam dunia

Namun masih saja tak cukup bagiku

Tanpa KAU disana penuhi hati ini

Hingga satu masa kutemukan bagian terindah..

Kasih-MU menyapa mengisi kesunyian hidupku

Kau yang menopangku… memberi arti hidupku

Kusadari kau bagian yang terindah…

sejuk sudah jiwaku, uleng sayang.... menarilah dalam  tarian cintamu bersama lelaki hujan. lewat kata dan lewat tulisan. mendesahlah dalam lantunan cinta... semoga cinta itu selalu  ada dan ada selalu.

i luv u both

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun