Mohon tunggu...
Cinta Nia Nurul Pratiwi
Cinta Nia Nurul Pratiwi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Sastra Indonesia yang tertarik pada bidang penulisan esai, media dan informasi, serta penyuntingan naskah. Suka membaca komik dan novel, terutama genre fantasi, aksi, martial arts, dan sedikit romansa.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ragam Bentuk Cinta dalam Tulisan WS Rendra si Burung Merak

29 Juni 2024   21:10 Diperbarui: 29 Juni 2024   21:14 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Apa yang pertama kali muncul ketika mendengar kata cinta? Kekasih? Orang tua? Anak? Atau malah ketiganya? Ada berbagai macam bentuk cinta, cinta pandangan pertama, cinta monyet, cinta kepada orang tua dan anak, dan masih banyak lagi. Itu semua ditunjukkan oleh Rendra dalam karya sastranya yang hampir semuanya bertemakan cinta. Cinta itu bersifat suci, abadi, dan tulus. Ia menuangkan rasa cinta yang dimilikinya ke dalam puisi dan cerpen. Tulisan-tulisannya itu mampu membuat orang yang membaca ikut merasakan cinta.

Sajak-sajak Rendra itu berbeda. Dilansir dari Ensiklopedia Sastra Indonesia, dengan diterbitkannya Ballada Orang-Orang Tercinta, Rendra menghadirkan dan memperkenalkan jenis sajak balada dalam khazanah persajakan Indonesia. Ia menemukan cara sendiri dan mengembangkannya menjadi gaya sendiri, dan pada tahun 1950-an ia menulis sajak naratif. Melalui buku kumpulan sajak itu, ia menciptakan balada untuk menyampaikan simpatinya pada orang-orang tercinta, yang menderita, tersisihkan, dan korban keadaan.

Dalam cerpen Tak Bisa Dipisahkan, Rendra menggambarkan bagaimana cinta suci dan abadi yang tidak akan pernah hilang. Rasa cinta Putri Anjar dan Pangeran Eka yang begitu kuat membuat Dewa Wisnu terharu dan melindungi rasa cinta mereka hingga tak bisa dipisahkan. Ketika Putri Anjar dan Pangeran Eka dibunuh oleh anak panah milik Paman, mereka tidak meninggal. Cinta mereka yang begitu kuat dan dilindungi oleh Dewa Wisnu, membuat mereka berubah menjadi sepasang merpati, yang dijadikan sebagai simbol cinta dan kesetiaan. Berkali-kali Paman dan Raja yang dendam berusaha memisahkan Putri dan Pangeran, namun mereka tetap bersama hingga berubah menjadi debu yang terbang terbawa angin. Cerita pendek ini mungkin memang terdengar seperti dongeng. Namun cerpen ini mampu membuat orang percaya bahwa cinta yang suci dan abadi tidak akan pernah terpisahkan selamanya. Bahkan ketika mereka telah menghilang dari dunia, cinta itu akan tetap ada dan terkenang.

Kemudian dalam cerpen Kenang-Kenangan Seorang Wanita Pemalu, Rendra masih menceritakan kisah cinta yang abadi. Rasa cinta tokoh 'saya' terhadap Karnaen sejak mereka masih di bangku sekolah, tetap ada bahkan hingga Karnaen telah meninggalkan dunia. Tokoh 'saya' mengenang kekasihnya itu setelah melihat pohon kemuning berkembang di depan rumahnya, itu karena Karnaen pertama kali menyatakan cinta kepadanya ketika pohon kemuning berkembang. Meskipun sebenarnya hingga akhir khayat Karnaen mereka tidak pernah resmi menjadi pasangan, tokoh 'saya' tetap mencintai Karnaen seperti Karnaen mencintainya semasa remaja dulu. Cerpen ini sebenarnya membuat pembaca greget terhadap tokoh 'saya'. Sifatnya yang sangat pemalu itu membuat Karnaen mengganggap bahwa cintanya tak berbalas dan membawa kisah cinta mereka berakhir menyedihkan.

Tidak hanya kisah cinta tentang sepasang kekasih, Rendra juga mengangkat tema cinta seorang ayah kepada anak laki-lakinya dalam cerpen Dua Jantan. Berkisah tentang seorang ayah dan anak yang sedang mendaki bukit, Rendra menggambarkan rasa sayang dan bangga sang ayah kepada anaknya.

"Orang tua mencintai anaknya. Mencintai berarti membagi hidupnya. Jadi, yang dicapai itu sama berharga dengan hidupnya. Segala sesuatu yang terjadi kepada anak itu akan dirasainya sebagai terjadi kepada dirinya sendiri. Mencintai berarti menambah tanggung jawab. Bahkan, mencintai itu berarti menambah penderitaan. Namun penderitaan yang mulia. Terkadang cinta tidak selamanya mendapatkan balasan kebahagiaan. Namun, cinta selamanya menambah kehormatan terhadap martabatnya sebagai manusia." (Rendra, 2007:52)

Rendra mengungkapkan bahwa rasa cinta dan sayang orang tua kepada anaknya bukan hanya sekedar rasa, orang tua juga akan merasakan segala sesuatu yang dirasakan anaknya. Bahwa cinta itu mulia, namun tidak selamanya membawa kebahagiaan. Tulisan Rendra tidak terbatas zaman, meskipun ditulis bertahun-tahun yang lalu cerpen dan sajaknya tetap hidup sampai sekarang. Cerpennya menyenangkan, tidak berbelit dan tidak menggunakan bahasa yang tinggi. Ini membuat pembacanya senang dan ingin terus membaca karya-karyanya. Misalnya dalam cerpen Kenang-Kenangan Seorang Wanita Pemalu, pada bagian tokoh 'saya' yang mengenang Karnaen melalui lingkungan di sekitarnya, hal ini membuat pembaca merasa relate dan pernah melakukan hal yang sama. Mungkin saja setiap kali turun hujan, seseorang akan mengenang kekasihnya juga, entah itu kenangan baik atau buruk.

Daftar Pustaka

Adryamarthanino, V. 2022. WS Rendra, Penyair yang Dijuluki Si Burung Merak. https://www.kompas.com/stori/read/2022/04/08/080000779/ws-rendra-penyair-yang-dijuluki-si-burung-merak?page=all#page2. Diakses pada 15 Mei 2023.

Ensiklopedia Sastra Indonesia. 2016. Ballada Orang-Orang Tercinta. https://ensiklopedia. kemdikbud.go.id/sastra/artikel/Ballada-Orang-Orang-Tercinta. Diakses pada 15 mei 2023.

Google Books. 2018. Kenang-Kenangan Seorang Wanita Pemalu. https://books.google.co.id/ books?id=W_5JDwAAQBAJ&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage&q&f=false. Diakses pada 15 Mei 2023.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun