Dakwah Multikultural jika didefinisikan terbagi menjadi dua kata, yaitu dakwah dan multikultural. Kata dakwah secara bahasa diambil dari bahasa arab yang berarti mengajak, sedangkan arti kata dakwah secara umum adalah sebuah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mengajak kepada aqidah atau keyakinan agama Islam. Kata multikultural menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti keberagaman budaya. Jadi dapat disimpulkan bahwa dakwah multikultural adalah kegiatan mengajak kepada aqidah islamiyah dengan menghargai keberagaman budaya yang ada, dengan toleransi yang tinggi terhadap sesama, dengan pendekatan melalui budaya tanpa mengesampingkan nilai-nilai Islam yang ada.
Pengajian atau kajian Islam yang biasanya dilakukan oleh para ustaz maupun ustazah dengan kata-kata atau istilah yang berhubungan atau berkaitan dengan kehidupan sehari-hari agar mudah diterima oleh jemaah yang mendengarkan. Namun kebanyakan para ustaz maupun ustazah jarang menggunakan kata atau istilah yang dipakai oleh kalangan muda yang dikenal dengan bahasa gaul dan memakai kata atau istilah lama, sehingga kalangan muda merasa asing karena perbedaan zaman yang mana digitalisasi juga banyak mempengaruhi istilah atau kata. Oleh karena itu, diperlukan penerapan metode dakwah multikultural di pengajian atau kajian Islam.
Digitalisasi sekarang menjadi salah satu media dari dakwah multikultural yang bisa dilakukan oleh siapa saja dan dimana saja, karena berdakwah melalui sosial media ini mudah diakses atau digunakan sehingga cepat menyebar ke masyarakat. Kita bisa melihat dari salah satu Ustaz yaitu Ustaz Hanan Attaki, Lc. yang berdakwah menggunakan metode dakwah multikultural untuk mengajak kalangan muda.
Ustaz Hanan Attaki berdakwah dengan judul atau tema yang sedang tren di kalangan anak muda sehingga anak-anak muda ini tertarik untuk datang ke kajian beliau. Kata-kata yang digunakan, kiasan atau perumpamaan yang digunakan beliau ketika menyampaikan ajaran islam terkadang menggunakan contoh-contoh dari sosial media seperti "Malam ini kita coba mengambil beberapa booster atau motivasi bukan dari saya, tapi dari seseorang yang Allah rekomendasikan didalam Al-Qur'an. Walaupun mungkin booster nya itu tidak ada di Youtube, gak ada di Instagram tapi followers nya memang banyak sih ni orang, cuman dalam bentuk yang berbeda. Kita coba belajar mencari motivasi dan nge booster hati kita dari sosok Luqmaanul Hakiim" Atau dalam suatu kisah tentang salah satu sahabat Nabi Saw. seperti "Gara-gara dipuji leave grup. Masya allah, karena ditraktirin dan banyak disebutin banyak kebaikan yang baru kita lakuin, kita gak nyaman. Jadinya leave grup, itulah yang dilakukan Uwais Al Qarni loh temen-temen. Kan awalnya dia gak terkenal sama sekali nih, Nabi yang nge-mention tentang dia kepada Umar ". Pada mulanya, beliau hanya berdakwah di masjid. Kemudian, seiring majunya Indonesia ke Era Digital, direkamlah dan menjadi salah satu konten di Youtube yang akhirnya berlanjut hingga ke sosial media lainnya.
Berangkat dari dakwah multikultural yang dikombinasikan dengan digitalisasi, menghasilkan dampak positif yang cepat menyebar dan mudah diserap. Hasil dari apa yang diterapkan Ustaz Hanan ialah anak muda tidak lagi asing dengan kajian yang biasanya kuno atau tidak ramah bagi anak muda, anak muda menjadi lebih banyak yang tertarik ke masjid untuk mengikuti kajian, anak muda menjadi lebih terarah dalam menjalani hidupnya, anak muda banyak yang mendengarkan podcast kajian atau menonton konten kajian dan masih banyak lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H