Mohon tunggu...
Wahyu Wardani
Wahyu Wardani Mohon Tunggu... Pns - seorang PNS yang mencoba menikmati perjalanan dimanapun ditempatkan

menjadilah indah , maka engkau akan melihat semuanya menjadi indah

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sebuah Dongeng dari Negeri (Penuh) Cinta

7 Oktober 2010   18:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:38 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gerimis luruhkan matahariku bahkan kabut dari puncak ungaran..gigilkan ragaku.. [caption id="attachment_282181" align="alignleft" width="288" caption="mawarmawar.wordprescom"][/caption] Sendirian pandangi  tumpukan kertas yang mesti  kuselesaikan hari ini buatku sedikit ngiri pada kelakar teman -teman diluar.Sesekali kucuri tarian hujan lewat bening kaca dihadapanku.Biru awan yang biasa kubingkai lewat kaca itu......kali ini berubah menjadi kabut-kabut yang terbungkus tetes air hujan. Hujan.....ah...meski kusuka itu...tapi kali ini dinginnya bahkan sanggup menembus dinding ruang kerjaku; Sesosok wajah begitu saja melintas.....kalahkan setumpuk laporan yang mesti kukerjakan.huh...sedikit curi waktu tak akan buatku jadi koruptor kan ? jadi kupilih buat turuti kata hati ;;;kulayang sebuah sapa buat sahabat jauh disana. Sebuah hati ? rasanya memang tak pernah selesai bagiku dengan masalah hati.Karena disanalah bermuara segala rasa. "Hentikan matahari  ketika dia diliputi kantuknya dan biarkan  bulan yang menina bobokan. bermohonlah kepada penjaga mimpi agar menjenguk jiwa kita yang rindu saat bermanja" aahh....begitu indah kau jawab segala tanya. " Berjanjilah untuk tak bercerita pada pagi kalau malam telah memperlakukan mesra yang dalam, tidak pula pada siang agar hari tak menjadi gersang " begitu indah kau rangkai kata... "sungguh kuingin itu...tapi kalimat-kalimat indahmu buatku tak sanggup berkata-kata.." Kabut putih masih melayang layang turun diluar sana.Kabut yang terkirim dari puncak-puncak gunung .membentuk liukan-liukan yang indah .Atau lantaran kalimat-kalimat indahmu yang sanggup ubah apapun yang kulihat kali ini begitu indah ? " aaahhhh..jangan nyanyikan senandung pujian itu. sumbangnyapun membuat terbang seluruh sendi-sendi hati.bernyanyilah laksana binatang malam dikesunyian..indah meninabobokan tapi tak membuat rindu tak tersampaikan " Nyanyianku adalah nyanyian hati  ....sanggupkah aku buat tak senandungkan itu ? ....kalau iramanya begitu indah mengusik jiwa ? ,bahkan desah senggalnyapun mampu menembus sumsum gairah, bahkan lirih nadanyapun menghantarkan angan menjadi tak usah  berangan lagi.Jadi.....sebelum hati tergores galau...senandungkan ! tapi separuh hatiku ragu, terlalu lama kubiarkan lagu itu sunyi tanpa suara, kelewat lama kubiarkan puisi itu kosong tak bermakna. "Berjanjilah untuk menjanjung hati yang tersisa, separuhpun sudah lebih dari cukup buat membangun hati yang damai " tulismu. Sungguh ...bahkan aku tak sanggup buat balas segala tulisan-tulisan indahmu selanjutnya .Hangat yang  kau alirkan lewat  tulisanmu,kalahkan hangat kopi yang kucoba nikmati buat usir dingin ini. Sahabatku.... Milik kita kini , hari ini dan disini. Nikmatilah... Taburlah bunga keindahan layaknya ditaman raja-raja. Pasti, esok puisinya penuh makna Lantas .......apalagi yang sanggup kutulis buatmu.. ? ...  berharap cinta yang kupunya seindah cinta yang ada dinegeri (penuh) cinta semarang , 7102010

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun