Mohon tunggu...
Cindy Meillyani
Cindy Meillyani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Manajemen (UNIB)

Beroperasi dalam ilmu manajamen

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Menjinakkan Kekayaan Alam: Menuju Pertumbuhan Ekonomi Tanpa Terjebak Kutukan SDA

12 Mei 2024   10:35 Diperbarui: 12 Mei 2024   11:05 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia negara dengan penduduk terbesar ke-4 di dunia, negara yang memiliki lebih dari 17.000 pulau ini dianugerahi kekayaan alam yang luar biasa. apakah hanya kekayaan alam yang berlimpah cukup untuk memastikan kemakmuran ekonomi? Banyak yang dihadapi negara ini, dari tikus-tikus berdasi yang suka ingkar janji lalu bersembunyi dan pendidikan yang membuat Indonesia masuk 10 besar dunia dalam kemampuan baca, berhitung dan science dari bawah. Bayangkan Indonesia di tahun 2045. Kekayaan alam masih melimpah, tapi rakyatnya masih miskin. Apa yang salah?

Kita perlu mengerti bahwa kekayaan sumber daya alam (SDA) menjadi faktor pendorong bagi pertumbuhan ekonomi karena menyediakan bahan baku dan energi bagi industri, menghasilkan devisa negara dari ekspor, menciptakan lapangan kerja di berbagai sektor, serta mendukung sektor lain seperti pariwisata. Namun, kekayaan ini seringkali menjadi "kutukan sumber daya" atau Resource Curse, dimana negara-negara dengan SDA yang berlimpah perekonomian mereka tidak sepesat daerah atau negara yang tidak memiliki kekayaan alam.

Ketergantungan yang berlebihan pada ekspor bahan mentah tanpa pengolahan lebih lanjut menyebabkan ekonomi rentan terhadap perubahan harga di pasar global, yang mengakibatkan ketidakstabilan pendapatan negara ditambah lagi tidak adanya sektor lain untuk menopang perekonomian negara merupakan penyebab kutukan tersebut. Salah satu contohnya, Nigeria dengan minyaknya, namun pengelolaan sektor minyak di Nigeria memang lemah, terbukti lebih dari 100.000 barel minyak dicuri setiap hari. Rakyatnya pun hidup miskin. Kurangnya pengoptimalan pengelolaan SDA juga terjadi di Indonesia.

Sementara itu, di panggung politik, ada predator yang memanfaatkan SDA tanpa memperhatikan konsekuensi jangka panjangnya dan hanya menguntungkan diri sendiri. Belum lama ini, Kejaksaan Agung telah menetapkan 16 tersangka dalam kasus tata kelola timah tahun 2015-2022. Menurut hasil penghitungan ahli lingkungan IPB University Bambang Hero Saharjo, negara menelan kerugian total Rp 271 triliun. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi akan terhambat.

"Sumber daya alam kita memang melimpah tapi itu tidak cukup untuk kita menjadi negara maju" Hal tersebut diungkapkan Jokowi ketika menghadiri Buka Konvensi Kampus XXIX dan Temu Tahunan XXV Forum Rektor Indonesia di Universita Negeri Surabaya, Senin (15/1/2024).

Dari realitas yang ada, sangatlah penting bagi kita untuk menyadari bahwa keberadaan Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah tidaklah menjamin kemakmuran suatu negara. Lebih dari sekadar kutukan ekonomi, fenomena ini mencerminkan kebutuhan mendesak akan perubahan dalam paradigma pengelolaan dan pemanfaatan SDA. Maka dari itu, Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas diperlukan sebagai roda penggerak dalam mesin pembangunan ekonomi.

Dalam ekonomi, kebenaran bukan hanya tentang berkata jujur, tapi juga tentang konsistensi antara kata dan tindakan. Bisa dikatakan jangan terlalu banyak teori, kita perlu memahami keadaan-keadaan khusus yang menimbulkan masalah di dalam perekonomian. Tindakan tersebut melibatkan pengawasan dan pengamatan yang berkelanjutan, didukung oleh penerapan kode etik yang tegas dan transparan, menjadi landasan penting dalam memastikan praktik pengelolaan yang etis dan bertanggung jawab.

Mari kita pupuk akarnya. Sama halnya seperti organisasi perlu mengetahui rencana atau strategic focus nya, kita perlu memikirkan kebutuhan apa yang diperlukan untuk menghadapi tantangan kedepan, kompetensi apa dan seperti apa orang (employee) yang dibutuhkan, karena itu, membangun kegunaan kompetensi teknis atau sederhananya terus meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam menjalankan tugas-tugas tertentu dalam suatu bidang merupakan hal yang penting.

Ini mewakili bahwa pengawasan melalui pemantauan, penerapan hukum dan penegakan keadilan oleh jajaran tertinggi suatu negara memiliki peran penting untuk memastikan bahwa tidak ada pejabat yang menyalahgunakan kekuasaan mereka untuk keuntungan pribadi. Jika terjadi pelanggaran, langkah tegas harus diambil dengan memberlakukan hukuman yang setimpal, bahkan dengan menyita aset koruptor. Ini penting untuk menjaga integritas dan kepercayaan masyarakat terhadap institusi negara dan juga mendorong pekerja dan penanggung jawab untuk mencapai kinerja optimal. Selain itu, program pemerintah mengenai pelatihan kerja dan pembinaan etika skala besar bagi seluruh jajaran SDM dibutuhkan. Dengan demikian, mereka dapat lebih memahami dan menerapkan prinsip-prinsip etika dalam aktivitas sehari-hari, sehingga meningkatkan kompetensi dan profesionalisme mereka.

Di sisi lain, hubungan antara masyarakat dan pemerintah merupakan pondasi penting bagi kemajuan bersama. Kerja sama antara sektor pemerintahan dan swasta dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi pembangunan dan kesejahteraan masyarakat. Contohnya, sebuah perusahaan tambang dapat berperan dalam program pembinaan masyarakat setempat, membantu meningkatkan kualitas hidup mereka. Hal ini membutuhkan pemimpin (leader), pemimpin memiliki peran utama sebagai penggerak dan contoh bagi para pekerja. Sehingga dapat tercipta nya lingkungan kerja yang lebih baik dan produktif. Oleh karena itu, kepemimpinan yang baik tidak hanya tentang melakukan tugas, tetapi juga menjadi teladan yang menginspirasi orang lain (SDM) untuk menjadi lebih baik (berkualitas).

Jelas bahwa kekayaan SDA memiliki nilai yang sangat besar, memberikan keuntungan yang signifikan bagi negara-negara yang memilikinya ketika SDA tersebut dikelola dengan benar. SDA hanyalah potensi yang perlu diolah menjadi keuntungan nyata. Teori dalam pemahaman menjadi panduan dalam mewujudkan hal ini. Sasaran kualitas SDM dan pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) adalah mengantarkan bangsa menuju pertumbuhan ekonomi yang stabil dan sejahtera. Sehingga lolos dari kutukan SDA (Resource curse). 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun