Mohon tunggu...
Cindy maulina
Cindy maulina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program studi pendidikan Biologi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kasus Malas Belajar di Sekolah: Peran Besar Orang Tua di Rumah dan Guru di Sekolah untuk Masa Depan Seorang Anak

13 Desember 2023   10:51 Diperbarui: 13 Desember 2023   11:02 686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dewi Alimah Alya Nabila, Cindy Maulina, Aisyah Putri Salsabila,Risa Rahmawati -Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Dosen Pengampu : Rahmawati, S.Psi.., MA.

     Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang di lakukan dengan sengaja, seksama dan terencana untuk memperoleh sesuatu perubahan tingkah laku pada peserta didik, baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai positif agar mencapai tujuan atau target tertentu dalam menjalani hidup. Dalam proses Pendidikan siswa mengalami beberapa perubahan mulai tidak tahu menjadi tahu dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Karena salah satu ciri manusia ialah berkembang, dan selalu mengalami perubahan dari masa kemasa yang tiada henti, tanpa batas ruang dan waktu.

     Peserta didik memiliki kemampuan dan karakteristik yang berbeda dalam menyerap pelajaran yang diajarkan oleh guru. Bermacam-macam tingkat penguasaan atau daya serap peserta didik dalam menerima pelajaran akan mempengaruhi hasil belajar yang dicapai. Peserta didik yang mengalami kesulitan belajar akan mengalami hambatan -- hambatan selama proses belajarnya, seperti mudah hilangnya kosentrasi belajar, gangguan daya ingat, dan lainnya.

     Malas belajar bukan persoalan sederhana , masalah ini harus di pahami secara menyeluruh, terutama mencari faktor-faktor penyebab sekaligus dicarikan jala keluarnya. Malas belajar khususnya pada remaja tidak bisa di biarkan, karena memilki dampak yang serius . dampak yang paling fatal adalah tidak memiliki minat sama sekali untuk belajar, dan lebih memilih kehidupan yang tidak sehat, misalnya menjalani pergaulan bebas, narkoba, dan menggangur.

     Permasalahan yang terjadi kepada salah satu siswa berinisial T yang merupakan siswa Kelas XI SMA, berasal dari kelurga dengan ekonomi menengah kebawah, bapak T merupakan pekerja bangunan dan ibunya merupakan Ibu rumah tangga. T merupakan anak ke 2 dari 3 bersaudara, kakak pertamanya sudah bekerja dan hanya lulusan SMP sedangkan adiknya masih SD. Bapak dan ibu dari T juga tidak mengenyam pendidikan sampai selesai, ibu dari T bahkan hanya lulusan SD. Permasalahan dalam T adalah sering membolos sekolah sampai berhari-hari dan hanya berdiam di rumah saja, bahkan T ada keinginan untuk putus sekolah. T merasa bahwa dia tidak dapat mengikuti pelajaran dan tidak suka belajar, lebih menyukai bermain atau berdiam diri di rumah dan menonton televisi.

     Berdasarkan permasalah yang telah dijabarkan diatas bahwa anak tersebut tidak suka belajar dan sering membolos, dapat diidentifikasi faktor pemicu yang menyebabkan enggan bersekolah dapat di akibatkan oleh lingkungan sekitar sekolah yang mencakup teman-teman, suasana lingkungan sekolah termasuk guru dan warga sekolah, faktor dari keluarga juga dapat memperngaruhi karena tidak tegas dalam Pendidikan dan terakhir faktor penghambat dari diri siswa sendiri.

Berdasarkan hasil pengamatan maka dapat disimpulkan bahwa yang menjadi penyebab T senang membolos dan tidak mau belajar :

1.     Faktor Internal

  • Mudah bosan saat berada di kelas
  • Tidak dapat mengikuti pembelajaran dengan baik
  • Mudah hilang konsentrasinya saat belajar
  • Berpikir bahwa sekolah hanya membuang-buang waktunya saja
  • Lebih menyukai bermain di luar atau berdiam diri di rumah saja
  • Jika bermain dengan teman di lingkungan sekitarnya bisa sampai lupa waktu

2.     Faktor Eksternal

  • Orang tua T yang bersikap tidak peduli saat T membolos dan tidak tegas
  • Keadaan Lingkungan sekolah yang tidak nyaman bagi T
  • Pertemanan di sekolah T
  • Lingkungan pertemanan sekitar rumah T yang menurut T membuatnya nyaman
  • Adanya ajakan dari teman T untuk tidak bersekolah saja dan membolos

     Memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi apabila permasalahan yang dihadapi siswa inisial T ini tidak segera mendapat bantuan adalah siswa dapat tertinggal pelajaran di sekolah, bisa tidak lulus ujian dan naik kelas, prestasi belajar semakin menurun, kemungkinam besar yang terjadi T bisa putus sekolah karena enggan menyelesaikan pendidikannya.

     Menghindari kemungkinan-kemungkinan itu terjadi butuh kerja sama dari beberapa pihak seperti guru dan orang tua yang berperan penting dalam pendidikan. Pihak sekolah atau guru dapat dengan memberikan berbagai strategi layanan bimbingan dan konseling, baik secara individual, kelompok maupun klasikal, yaitu guru BK mendatangi T dan mengadakan sesi konseling individu untuk mengetahui penyebab secara pasti T enggan bersekolah dan mencari solusi secepat mungkin dengan guru maple yang mengajar T atau wali kelasnya. Apabila permasalahan sudah semakin rumit seperti T yang terus membolos dan enggan sama sekali untuk masuk ke sekolah, dapat dilakukan solusi dengan melakukan pendekatan kepada T yakni guru BK yang dapat bekerja sama dengan Wali kelas ataupun Guru kesiswaan untuk berbicara dengan Orang tua dari T agar T mau bersekolah lagi dan tidak membolos. Apabila dari Orang tua juga kesulitan untuk membujuk T, guru BK atau perwakilan guru lain dapat mendatangi kediaman T dan mengajak atau berdiskusi dengan T agar mau kembali bersekolah dan tidak bolos lagi apalagi sampai putus sekolah. 

     Salah satu bantuan yang dapat digunakan untuk membantu mengatasi kesulitan belajar adalah memberikan layanan konseling melalui pendekatan Behavioristik dengan teknik Operant Conditioning. Menurut Komalasari, dkk (2014: 152) Konseling Behavioristik adalah konseling yang berpusat pada tingkah laku dan proses belajar.Willis (2010: 70) menyatakan tujuan dari Konseling Behavioristik adalah untuk memperoleh perilaku yang lebih baik, membuang perilaku maladaptiv dan memperkuat serta mempertahankan perilaku adaptif yang diinginkan. Jadi dalam Konseling Behavioristik ini manusia dipandang memiliki potensi untuk berperilaku baik atau buruk, benar atau salah. Manusia mampu melakukan refleksi atau tingkah lakunya sendiri, dapat mengatur serta mengontrol perilakunya dan dapat belajar tingkah laku baru untuk dapat mempengaruhi orang lain. Sedangkan Corey (2013:198) mengatakan teknik Operant Conditioning merupakan teknik pendekatan Behavioristik yang berlandaskan teori belajar, melibatkan pemberian ganjaran kepada individu atas pemunculan tingkah lakunya. 

     Jadi dapat diartikan bahwa teknik Operant Conditioning adalah suatu proses perilaku perubahan (penguatan positiv atau negative) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berlangsung kembali atau menghilangkan sesuai dengan keinginan. Untuk mengatasi kesulitan belajar peneliti menggunakan pendekatan Konseling Behavioristik dengan teknik Operant Conditioning karena Konseling Behavioristik berorientasi pada perubahan tingkah laku yang tampak di lingkungan melalui proses belajar. Konseling Behavioristik memiliki banyak teknik untuk mengubah perilaku,salah satunya dengan teknik Operant Conditioning Usaha lanjutan ini berisi kegiatan dari usaha yang telah di berikan, apabila T sudah mau bersekolah lagi, guru bk beserta wali kelas dan guru maple teus mengawasi T agar tetap mempunyai keinginan untuk tetap bersekolah dan mengadakan sesi konseling secara rutin sampai anak tersebut tidak memiliki keinginan untuk membolos dan putus sekolah dan mau meneruskan jenjang Pendidikan sampai lulus SMA.

Kesimpulan

     Pada kasus ini dapat disimpulkan bahwa malas belajar dapat dipicu oleh faktor internal dan eksternal. Faktor yang berberngaruh langsung adalah dari keluarga/orang tua, sekolah, guru, teman bermain. Maka dalam hal ini orang tua, guru dan sekolah seharusnya dapat memahami, mendidik, memotivasi, memengaruhi siswa dengan Pendidikan yang utuh, sekaligus dapat membantu anak agar dapat belajar dengan baik.

Selain itu, yang penting dilakukan adalah berdoa tiada henti, pada kenyataaannya mendidik anak bukan masalah empiris semata. artinya, akan menjadi apa pastinya anak-anak kita nanti, tidak ada yang tahu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun