Mohon tunggu...
CINDY GAYUH KAWENING
CINDY GAYUH KAWENING Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Urip Iku Urup: Penerapan Pola Perilaku Punakawan dalam Kehidupan Modern

13 Desember 2023   14:13 Diperbarui: 13 Desember 2023   14:24 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tokoh pewayangan punakawan merupakan salah satu dari sekian banyak cerita dari pulau Jawa yang mewakili bentuk penciptaan Sunan Kalijaga sebagai sarana dakwah dalam menyebarkan agama Islam. Punakawan sendiri berasal dari kata pana yang berarti cerdas, bijaksana, cemerlang, dan jeli dalam pengamatan, serta kawan yang berarti teman atau sahabat. Punakawan dapat diartikan sebagai teman atau sahabat yang sangat cerdas, dapat diandalkan serta mempunyai wawasan yang luas, memiliki pengamatan yang tajam dan jeli. Dalam bahasa Jawa dikenal dengan perumpamaan tanggap ing sasmita lan impad pasanging grahita yang artinya peka dan peduli terhadap berbagai situasi.

Wayang punakawan rintisan Sunan Kalija digubah sekitar tahun 1443 Masehi. Wali Songo juga terlibat dalam penciptaan gamelannya sendiri.

Cerita dalam lakon pewayangan ini terdiri dari 4 tokoh, yaitu Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong. Karakter ini digambarkan sebagai perwujudan dari sifat dan budi pekerti manusia. Misalnya Semar melambangkan karsa (kehendak atau kemauan), Gareng melambangkan cipta (pikiran, hubungan, penalaran), Petruk melambangkan perasaan (emosi), dan Bagong yang melambangkan karya (perilaku). Dan apabila keempat tokoh tersebut disatukan maka akan menjadi karsa, cipta, karya, rasa, dan budi pekerti yang disertai karya, atau kekuatan yang akan menjadi kebudayaan.

Namun dalam filsafat agama, keempat tokoh ini melambangkan makna yang sangat berarti, seperti Semar, diambil dari bahasa Arab "Simar" yang berarti 'Paku', sebagai lambang bahwa kebenaran agama Islam adalah kuat dan makmur sebagai kekuatan manusia yang diibaratkan seperti kuatnya paku yang tertancap yakni Simaaruddunya, Gareng, dari bahasa Arab "Naala Qoriin" (disesuaikan lidah Jawa: Nala Gareng), yang artinya memiliki banyak teman, Petruk, dari bahasa Arab "Fatruk" yang artinya meninggalkan. Diambil dari kalimat Fatruk kullu masiwallahi, yang artinya "tinggalkanlah segala yang selain Allah", Bagong, dari bahasa Arab "Bagha" yang artinya memberontak, yaitu memberontak terhadap sesuatu yang tidak adil.

Dalam pertunjukan wayang, keempat tokoh Punakawan itu selalu tampil dalam waktu yang berbeda. Biasanya, tokoh Semar muncul terlebih dahulu, disusul Gareng, Petruk, dan terakhir Bagong. Tingkah laku para tokoh yang penuh humor seringkali dihadirkan sebagai adegan yang menghibur dalam cerita utama sebuah lakon wayang. Hal ini yang menjadikan punakawan sebagai ikon atau ciri khas tersendiri dalam pertunjukan wayang.

Pada artikel kali ini penulis membahas tentang sikap-sikap yang dimiliki oleh para tokoh pewayangan punakawan agar dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari saat ini.

  Tokoh pertama bernama Semar yang dianggap sebagai ayah dari tokoh Punakawan lainnya. Semari digambarkan sebagai sosok yang ramah dan mudah tersenyum namun matanya melotot melambangkan suka dan duka. Beliau juga mempunyai peninggalan yang sangat luar biasa yang diberi nama "Jamus Kalimasada". Oleh karena itu Semar sangat dihormati oleh para Pandawa karena ia adalah pemilik dari Jamus Kalimasada. Berkat Semar, pandawa selalu terhindar dari bahaya. Sikap Semar yang penuh rasa rendah hati menunjukkan bahwa beliau mempunyai sifat yang membumi (tidak sombong), sebagai manusia kita bisa belajar bahwa apa yang kita miliki atau capaian kita tidaklah terlalu baik untuk disombongkan kepada orang lain.Tokoh lainnya, Gareng, digambarkan dengan kaki pincang dan mata juling yang melambangkan peringatan agar kita selalu berhati-hati dalam bertindak dan tidak tergiur dengan hal-hal duniawi, dan tangan yang cacat melambangkan agar kita tidak mengambil sesuatu yang bukan haknya. Maka dari itu pelajaran yang bisa kita ambil dari sikap si Gareng ini ialah kita tidak boleh mengambil sesuatu yang bukan milik kita dan selalu mensyukuri apa yang kita miliki.

Selain itu, karakter ketiga dari pewayangan ini adalah Petruk yang dihadirkan dengan penampilan tidak menyenangkan namun selalu berpegang pada kebenaran dan kebaikan. Petruk merupakan karakter Punakawan yang paling cerdas dan nakal, ia juga dapat dengan cepat menaklukkan hati orang lain, sama seperti para ksatria pada masa itu. Yang bisa kita ambil dari gambaran Petruk adalah meskipun memiliki penampilan yang biasa-biasa saja, namun ia selalu berpegang teguh pada kebenaran dan kebaikan. Sering sekali kita dibuat minder dengan penampilan kita, misalnya jerawatan, badan gendut, pipi chubby, sebenarnya tidak ada yang salah, kita tidak perlu merasa minder asalkan kita tetap baik kepada orang lain maka orang lain juga memperlakukan kita dengan baik.

Karakter terakhir adalah Bagong. Bagong tercipta dari bayang-bayang Semar. Pada mulanya Semar datang ke bumi sebagai penasehat manusia, namun ia merasa kesepian. Kemudian Semar meminta kepada ayahnya untuk diberikan seorang teman. Ayahnya pun menjadikan bayangan Semar sebagai perwujudan teman Semar. Sebab, bentuk wajah dan tubuh Bagong mirip dengan Semar. Bagong digambarkan sebagai sosok yang jarang berbicara, namun namun ketika membuka mulut, ia mampu membuat orang lain tertawa. Bagong juga dihadirkan sebagai kritikus tajam terhadap tokoh wayang lain dalam tindakannya. Sikap modern yang bisa kita ambil dalam kehidupan sehari-hari adalah kita tidak perlu banyak bicara, namun ketika kita berbicara maka akan berdampak pada lingkungan, kita juga harus seperti itu, tidak perlu banyak bicara tetapi bekerja dan menunjukkan hasil nyata.

Perlu kita ingat bahwa janji tidak ada gunanya jika tidak ditepati. Seperti pepatah lama. Tong yang kosong nyaring bunyinya. Demikianlah perjalanan artikel kali ini, semoga penulis dan pembaca mendapatkan hikmah yang bermanfaat mengenai sikap-sikap yang telah kita pelajari dari para tokoh punakawan, kita dapat mengambil contoh dari sikap-sikap tersebut dan menerapkannya dalam kehidupan kita sehari-hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun