Mohon tunggu...
Cindy Carneta
Cindy Carneta Mohon Tunggu... Lainnya - Sarjana Psikologi

Saya merupakan seorang Sarjana Psikologi dari Universitas Bina Nusantara.

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Mengulik Fenomena "Perbungkusan" di Kalangan Anak Muda

15 Januari 2022   03:13 Diperbarui: 17 Maret 2022   16:27 2059
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Photo by MART PRODUCTION from Pexels)

"Let's staycation together tonight!"

Apakah Anda telah familiar dengan istilah "bungkus"? Jika ya, apa hal pertama yang Anda pikirkan saat ini saat membaca kata tersebut?

Bagi para pembaca yang masih asing dengan istilah ini, makna dari istilah bungkus dalam artikel ini tentunya berbeda pengertiannya dengan kata bungkus saat Anda pergi ke sebuah rumah makan dan tidak ingin makan di tempat secara langsung.

Lantas apa sih sebenarnya fenomena bungkus membungkus ini? Yuk kita kulik bersama fakta-fakta dibalik fenomena ini melalui sudut pandang Psikologi.

Fenomena perbungkusan yang terjadi di kalangan anak muda Indonesia berasal dari sebuah budaya barat yang Bernama "hook up".

Hook up dapat didefinisikan sebagai sebuah hubungan intim atau seksual yang dilakukan oleh dua orang yang bukan pasangan atau bahkan mereka baru saling mengenal. Hook up sendiri kerap kali ditemukan khususnya pada bar ataupun klub malam.

Hubungan spontan ini pada umumnya disebabkan oleh pengaruh alkohol yang menyebabkan kehilangan kesadaran. Sehingga hubungan tersebut mungkin terjadi tanpa komunikasi, tanpa perbincangan tentang kesehatan seksual, dan semacamnya.

Dengan latar belakang pendidikan Psikologi dan memiliki ketertarikan di bidang Psikologi Seksual membuat rasa penasaran saya semakin menjadi-jadi.

Sehingga pada akhirnya, saya memberanikan diri untuk bertanya kepada beberapa teman saya khususnya laki-laki di luar jurusan Psikologi terkait fenomena ini.

Yang membuat saya terkejut adalah sebagian besar dari mereka atau teman-temannya telah melakukan hook up dengan alasan yang relatif berbeda-beda, mulai dari tidak tahan hingga tidak merasa bisa mengendalikan dirinya saat tengah tinggi (mabuk). Dan yang membuat saya semakin terkejut hingga tak bisa berkata-kata adalah beberapa dari mereka telah memiliki seorang kekasih.

Mereka yang telah memiliki kekasih dan melakukan hook up pada umumnya disebabkan oleh pertengkaran hebat di dalam hubungannya atau hanya karena merasa needs-nya yang tidak terpenuhi. Saya pikir apapun alasannya tetap begitu sangat cerobah dan gegabah.

Secara singkat mereka mengatakan bahwa hubungan tersebut di mulai dari melihat wanita-wanita di klub, mendekati salah satu wanita dengan sebuah minuman, berbincang tipis-tipis, dan berujung pada ajakkan untuk menginap bersama.

Saat saya bertanya apakah mereka tidak takut akan bahaya yang mengintai kesehatannya setelah melakukan hubungan seperti hook up, mereka dengan percaya diri mengatakan tidak akan mungkin terjadi karena telah menggunakan pengaman.

Lagi-lagi, saya berpikir bahwa banyak masyarakat belum sadar akan apa itu kesehatan sesungguhnya. Kesehatan yang saya maksud tidak hanya seputar kesehatan fisik namun juga kesehatan psikologis dari individu terkait.

Mereka yang terlibat dalam hook up mungkin bisa saja "terhindar" dari infeksi menular seksual (IMS) karena telah menggunakan pengaman.

Namun apakah mereka dapat memastikan bahwa dirinya dapat terhindar dari dampak psikologis setelah melakukan hubungan seperti itu?

American Psychological Association pernah mempublikasikan sebuah penelitian yang mengungkapkan bahwa sebanyak 1.468 mahasiswa sarjana melaporkan berbagai konsekuensi negatif dari budaya seks bebas seperti hook up, diantaranya 27.1% merasa malu, 24.7% melaporkan kesulitan emosional, 20.8% mengalami kehilangan harga diri, dan 10% melaporkan mengalami kegagalan dalam hubungannya dengan kekasihnya.

Selain itu, seorang penulis dan juga Professor Emerita of Psychological and Brain Sciences di University of Massachusetts Amherst, Whitbourne melalui penelitiannya mengatakan bahwa individu yang melakukan lebih banyak hubungan seksual secara bebas memiliki tekanan psikologis yang lebih besar dengan tingkat harga diri, kepuasan hidup, dan kebahagiaan yang lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang tidak melakukan seks bebas.

Individu yang mencari peluang untuk melakukan seks bebas seperti hook up terutama mereka yang melakukannya di bawah pengaruh alkohol atau obat-obatan, mungkin meberikan isyarat bahwa individu tersebut sedang berjuang melawan perasaan kesepian, depresi, dan kecemasan sosial yang terus-menerus yang mereka harapkan dapat dihilangkan atau dikurangi melalui pertemuan singkat yang memberi mereka kesempatan sesaat.

Namun nyatanya cara yang mereka lakukan justru memunculkan masalah psikologis yang baru dalam dirinya. Ketika dihadapkan sebuah permasalahan, seburuk apapun itu baiknya di hadapkan dengan penuh percaya diri dan tanggung jawab.

Berikut adalah dampak psikologis yang disebebkan oleh hook up:

1. Merasa Bersalah

Rasa bersalah memang seringkali timbul jika kita tengah melakukan kesalahan. Tidak jarang perasaan ini akan terus menghantui kita setiap hari. Salah satunya ketika melakukan hook up. Hal terlarang yang dilakukan sebelum menikah tentunya akan membuat pelakunya merasa bersalah yang sangat tinggi. 

Hal tersebut juga akan terus menghantui seorang individu setiap harinya. Apalagi selain rasa bersalah yang timbul individu tersebut juga bisa menderita akibat dari adanya seks bebas seperti hook up yang telah dilakukan tersebut.

2. Menurunnya Self-esteem

Salah satu untuk dampak psikologis hook up yang bisa kita rasakan adalah kehilangan harga diri. Melakukan hook up tentu saja akan membuat harga diri kita jatuh, dan merasa tidak berharga lagi. Apalagi jika hook up tersebut bisa menyebabkan kehamilan di luar nikah. Tentunya hal tersebut akan semakin menambah beban psikologis yang ada di dalam diri seorang individu.

3. Menurunnya Self-confidence

Rasa percaya diri timbul dikarenakan kita memiliki kekuatan tersendiri. Namun rasa percaya diri ini bisa saja hilang dan tergantikan dengan rasa rendah diri karena dampak dari psikologis hook up yang sudah dilakukan. Apalagi hal tersebut juga akan sangat berdampak dari kehidupan diri sendiri atau keseharian orang tersebut.

4. Meningkatkan Depresi

Rasa depresi ini bisa saja timbul akibat dari dampak psikologis hook up yang terjadi di kalangan anak muda. Hal ini tentu saja akan memiliki dampak yang jauh lebih serius jika tidak ditangani secara khusus. 

Untuk itu peranan orang terkasih seperti orangtua dalam kehidupan anak muda begitu penting dan juga diharapkan dapat membantu korban memiliki kehidupan yang lebih baik lagi.

5. Masalah pada Eating Disorder

Gangguan makan juga terjadi akibat dari dampak psikologis pelaku hook up. Dimana ketika sudah merasa menyesal dan ingin bertobat akan ada rasa kehilangan nafsu makan pada dirinya. 

Hal ini juga tentunya bisa berdampak pada efek buruk kesehatan orang tersebut nantinya. Biasanya gangguan makan ini terjadi akibat dari pelampiasan sebuah trauma yang dimiliki oleh seorang pelaku seks bebas seperti hook up.

Hook up bukanlah sebuah pelarian akan sebuah persoalan!

Tidak percaya diri atau ingin menghindar?

Selalu ingat bahwa menghindar melalui cara seperti ini justru akan semakin memperburuk keadaan.

Merasa kesepian dan tidak memiliki siapa-siapa?

Percayalah bahkan jika semua orang di dunia ini membenci Anda, Anda PASTI memiliki satu orang yang selalu ada untuk Anda. Anda juga dapat mengkonsultasikan permasalahan dengan seorang professional.

Cobalah untuk selalu berpikir dua kali sebelum hendak melakukan sesuatu. Sebab penyesalan tidak akan membuat keadaan kembali menjadi seperti sedia kala.

Percayalah bahwa pada akhirnya seburuk apapun seorang pria, ia pasti akan mencari seorang wanita baik. Namun tidak semua wanita baik-baik menginginkan pria yang buruk. Begitupun sebaliknya.

Referensi

  1. Bradshaw, C., Kahn, A. S., & Saville, B. K. (2010). To hook up or date: Which gender benefits? Sex Roles, 62(9-10), 661-669.
  2. Fountain, C. (2021, August 10). The Return To Clubbing Has Thrown My Student Love Life Into Disarray. Retrieved from refinery29.com: https://www.refinery29.com/en-gb/hookup-culture-clubbing-post-lockdown
  3. Garcia, J. R., Reiber, C., Massey, S. G., & Merriwether, A. M. (2012). Sexual hookup culture: A review. Review of General Psychology, 16(2), 161-176.
  4. Whitbourne, S. K. (2013, March 9). How Casual Sex Can Affect Our Mental Health. Retrieved from psychologytoday.com: https://www.psychologytoday.com/us/blog/fulfillment-any-age/201303/how-casual-sex-can-affect-our-mental-health
  5. Napper, L. E., Montes, K. S., Kenney, S. R., & LaBrie, J. W. (2016). Assessing the Personal Negative Impacts of Hooking Up Experienced by College Students: Gender Differences and Mental Health. Journal of sex research, 53(7), 766--775.
  6. Whitton, S. (2018, August 24). The Reasons Why People Hook Up. Retrieved from psychologytoday.com: https://www.psychologytoday.com/us/blog/today-s-couples-and-families/201808/the-reasons-why-people-hook#:~:text=More%20young%20men%20(19%20percent,to%20lead%20to%20romantic%20involvement.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun