"Selamat datang di negara +62 yang dimana standar kecantikan dinilai dari warna kulit, berbahasa asing dianggap lebih keren dan memakai produk luar negeri dirasa lebih unggul!"
Sebagai seorang manusia, kita tidak pernah dapat memilih dan menentukan di negara mana kita ditempatkan pertama kali serta di ras yang seperti apa kita akan dilahirkan. Sebab, yang dapat kita lakukan adalah bersyukur dan selalu melakukan yang terbaik di setiap kesempatannya.
Rambut pirang, kulit putih, mata bulat, bola mata biru, hidung mancung hingga tubuh tinggi proporsional bukankah menjadi suatu hal yang selalu di elu-elukan kaum adam dan selalu di damba-dambakan oleh kaum hawa?Â
Tak sedikit dari masyarakat di Indonesia memiliki persepsi bahwa mereka yang berasal dari ras kaukasoid lebih superior dibandingkan dirinya yang berasal dari ras mongoloid. Seringkali dalam beberapa kesempatan saya mendengar seseorang berkata bahwa ras kaukasoid lebih menarik secara atensi, lebih keren, lebih pandai, lebih mumpuni dan lebih segalanya.Â
Setujukah para pembaca bahwa ras kaukasoid selalu lebih unggul dibandingkan ras mongoloid? Jika saya diharuskan untuk menjawab pertanyaan tersebut, tentunya secara tegas dan sadar saya akan menjawab bahwa saya sangat tidak setuju.
Isu tersebut menjadi urgensi untuk dapat dibahas. Sebab pada hakikatnya setiap manusia tanpa terkecuali memiliki kedudukan yang sederajat, baik mereka yang berasal dari kaukasoid ataupun mongoloid. Tidak ada yang lebih baik ataupun lebih buruk diantara keduanya. Setiap ras memiliki kelebihan dan kekurangannya tersendiri. Setiap manusia adalah unik dan memiliki potensi untuk selalu berkembang menjadi yang lebih baik di kemudian harinya.Â
Namun pada kenyataannya tidak sedikit dari masyarakat di Indonesia yang memiliki persepsi bahwa ras kaukasoid lebih unggul dibandingkan ras mongoloid. Hal tersebut telah saya buktikan secara langsung melalui voting di laman pribadi akun Instagram saya pada tanggal 31 Mei 2021.Â
Silang pendapat ataupun perbedaan persepsi yang terjadi diantara masyarakat yang menyetujui hal tersebut dengan saya bukan berarti semata-mata mereka salah, saya benar ataupun sebaliknya. Melainkan bagaimana kami melihat suatu hal ataupun isu dari sudut pandang serta kacamata yang berbeda.Â
Robert A. Baron dan Paul B. Paulus mendefinisikan persepsi sebagai sebuah proses internal yang memungkinkan seorang individu untuk memilih, mengorganisasikan serta menafsirkan rangsangan dari lingkungannya dan proses tersebut secara otomatis akan mempengaruhi perilaku seorang individu.Â
Pada hakikatnya, proses terbentuknya persepsi terjadi dalam diri seorang individu. Namun, persepsi juga dapat dipengaruhi oleh proses pembelajaran dan pengalaman yang dimiliki oleh seorang individu, seperti sejarah hidup yang mencakup pertanyaan seperti dimana ia dilahirkan dan bagaimana latar belakangnya.Â
Bila kita menyelisik kembali buku-buku semasa SMP atau SMA mungkin kita akan menemukan sebuah catatan yang menyatakan bahwa dalam sejarah, negara kita yakni Indonesia pernah dijajah oleh 6 negara. Berikut adalah 6 negara yang berhasil masuk kedalam Nusantara dan melakukan penjajahan yang dilansir dari idntimes.com:
1. Portugis (1509 - 1595)
Portugis merupakan negara pertama yang menjajah Indonesia. Dengan salah satu tokoh pentingnya yakni, Alfonso de Albuquerque, Portugis berhasil mengenalkan Nusantara ke dunai Eropa. Awal mula kedatangan Portugis adalah ke daerah Maluku, yang dilatarbelakangi pencarian rempah-rempah.
2. Spanyol (1521 - 1692)
Pada saat itu, negara-negara bagian Eropa merupakan negara yang aktif melakukan pelayaran ke Asia Tenggara. Salah satunya adalah Spanyol. Impian mereka mendapatkan negara penghasil rempah-rempah tercapai setelah berhasil memasuki wilayah Nusantara.
3. Belanda (1602 - 1942)
Di antara semua negara yang menjajah Indonesia, negara Belanda lah yang menjajah paling lama yakni mencapai 346 tahun. Dalam kurun waktu yang selama itu, Belanda berhasil menguasai wilayah Indonesia mencakup pulau Jawa, Sumatera, Sulawesi dan Papua. Tak jauh berbeda dengan negara lainnya, tujuan Belanda pun untuk berdagang dan mencari rempah-rempah.
4. Perancis (1806 - 1811)
Di masa-masa krisis VOC, Belanda terkalahkan oleh Prancis dan wilayah kolonialisasinya jatuh ke tangan Prancis. Pada tahun 1808, Raja Louis Napoleon selaku Raja Prancis, mengirimkan Marsekal Willem Daendels ke Batavia (Jakarta) dan dijadikan Gubernur Jenderal di Indonesia. Di bawah kepemimpinan Daendels, Perancis berhasil mengibarkan benderanya di atas perahu dagang VOC dan hal ini menandakan Prancis memulai penjajahannya di Nusantara.
5. Inggris (1811 - 1816)
Kalahnya Prancis di tangan Janssens menjadi awal bagi Inggris menguasai wilayah Pulau Jawa. Di bawah kepemimpinan Stamford Raffles, Indonesia mengalami banyak perubahan diantaranya menghapus monopoli dan perbudakan serta membagi pulau Jawa menjadi 16 Keresidenan.
6. Jepang (1942 -- 1945)
Di awal kedatangannya 8 Maret 1942, Jepang bersikap baik dan berencana membantu memerdekakan Indonesia. Namun lama kelamaan, mereka menunjukan sikap diktator dan kejam hingga membentuk sistem kerja paksa yang disebut Romusha. Tak hanya itu, Jepang pun membuat organisasi kemiliteran, yang tak lain tujuan awalnya adalah untuk melawan pasukan Amerika Serikat dan sekutunya karena Jepang terlibat dalam Perang Dunia ll.
Lantas, sesungguhnya interaksi seperti apakah yang terjadi diantara pertanyaan "setujukah para pembaca bahwa ras kaukasoid selalu lebih unggul dibandingkan ras mongoloid?", konsep persepsi dan juga sejarah Indonesia yang pernah terjajah oleh 6 negara?
Jika kembali menengok pernyataan fakta pada kalimat-kalimat diatas, dapat diketahui dengan jelas bahwa 5 dari 6 negara yang pernah singgah menjajah Indonesia berasal dari ras kaukasoid, antara lain Portugis, Spanyol, Belanda, Perancis dan Inggris.Â
Pada pertemuan kelas di pekan lalu, Dr. Juneman Abraham, S.Psi., M.Si selaku dosen saya untuk mata kuliah Public Policy dan Urban Psychology menuturkan bahwa sejarah penjajahan yang telah dialami secara tidak sadar mempengaruhi mental dari masyarakat yang mengalami penjajahan.Â
Sehingga mental terjajah yang dimiliki oleh tidak sedikit masyarakat di Indonesia menyebabkannya mempersepsikan bahwa dirinya lebih lemah ataupun rendah dibandingkan mereka yang dapat menjajah negaranya yang berujung pada sebuah pandangan bahwa ras kaukasoid lebih superior dibandingkan ras mongoloid.
Apakah kita ingin terus-menerus memiliki mental terjajah seperti ini? Tentu tidak.
Standar kecantikan tidak dinilai dari warna kulit. Apapun warna kulit serta rambutmu, bagaimanapun bentuk serta warna bola matamu, dirimu tetap menawan dan mempesona dengan caramu sendiri.Â
Kualitas sebuah produk tidak dinilai dari kalimat bertuliskan "made in ...". Bagaimana kita dapat memberikan sebuah kesimpulan bahwa produk luar negeri lebih baik dibandingkan dalam negeri jika kita tidak pernah memberikan kesempatan bagi produk dalam negeri? Isu ini pun semakin menyadarkan diri saya secara pribadi untuk dapat bertindak secara objektif dan lebih mencintai produk-produk karya anak bangsa.
Potensi seorang individu tidak hanya dinilai dari semahir apa kemampuannya dalam berbahasa asing. Pada hakikatnya bahasa bertujuan sebagai alat komunikasi. Jika para WNI yang hendak bekerja di luar negeri diwajibkan untuk dapat melakukan sebuah tes seperti TOEFL atau IELTS, maka mereka yang merupakan WNA yang hendak bekerja di dalam negeri harus diwajibkan untuk melakukan tes UKBI (Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia). Permasalahan serupa juga telah menjadi isu psikologi terkini yang berjudul "Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Ilmiah Internasional: Upaya Intervensi untuk Sebuah Pengakuan Karya Ilmiah Internasional" (dapat dibaca melalui link berikut: publikasi.himpsi.or.id).
SAYA INDONESIA DAN SAYA SANGAT BANGGA AKAN HAL TERSEBUT!
"Selamat Hari Lahirnya Pancasila - 1 Juni 2021"
REFERENSI
- HIMPSI. (2021, May 28). Psikologi Indonesia, Vol. 2 No. 2, April 2021. Retrieved from publikasi.himpsi.or.id
- Ningsih, W. L. (2021, May 4). Latar Belakang Kedatangan Bangsa Barat ke Indonesia. Retrieved from kompas.com
- Nursetiawati, I. (2019, August 16). 6 Negara yang Tercatat Sejarah Pernah Menjajah Indonesia. Retrieved from idntimes.com
- Robert A. Baron dan Paul B. Paulus. 1991. Understanding Human Relations: A Practical Guide to People at Work. Boston: Allyn & Bacon.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H