Ketika seorang individu memiliki kecemasan tentang penolakan, ia akan mengasosiasikan emosi negatif seperti amarah dengan penolakan sehingga ia memiliki kecenderungan untuk menghindar dari amarah agar terjauhkan dari penolakan.
Walaupun pada kenyataannya menghindarkan diri dari amarah tersebut justru menjadi bumerang dan pada akhirnya membuat individu tersebut melakukan hal-hal yang lebih cenderung menyebabkan kemarahan yang lebih besar lagi.
2. Kecenderungan untuk berhenti saat kecemasan muncul
Apakah ketika Anda dihadapkan dengan tugas atau situasi yang begitu sulit Anda akan berpikir bahwa Anda tidak dapat menyelesaikannya? Jika ya, maka ini merupakan salah satu ciri atau penanda jika Anda memiliki coping strategy berupa avoidant.
Mereka yang memiliki coping strategy berupa avoidant memiliki kecenderungan untuk berhenti, menghentikan serta menghindar ketika dihadapkan pada sebuah tugas atau suatu situasi yang memunculkan perasaan cemas.
Mereka berpikir bahwa dengan mengindar maka segala kerumitan dapat terselesaikan. Walaupun pada kenyataannya, perilaku menghindar justru akan memunculkan persoalan-persoalaan baru yang semakin rumit untuk diselesaikan.
3. Mencoba untuk menghindari perasaan canggung
Situasi canggung mungkin terasa sedikit atau bahkan sangat mengganggu. Terlebih saat Anda mencoba untuk bertemu dengan kekasih yang sudah Anda kencani selama 5 tahun dan kemudian memintanya untuk memutus hubungan romantis setelah berjanji untuk menikahinya pada akhir Desember 2020. Canggung? Sangat pasti!
Mereka yang avoidant akan mencoba untuk menghindari percakapan yang berpotensi menjadi canggung bukan karena mereka takut akan konsekuensinya tetapi karena mereka memiliki kecenderungan untuk menghindari diri dari perasaan canggung.
Mungkin akan lebih baik ketika Anda mulai membiarkan diri Anda mengalami kecanggungan. Sebab dengan demikian, Anda akan menyadari bahwa itu tidak terlalu buruk dan Anda bisa menghadapinya dengan gentle dan mengakhirinya dengan baik serta pantas.