Belum lama ini warganet Indonesia kembali dihebohkan dengan pernyataan mengejutkan dari pemeran "Ayah, Mengapa Aku Berbeda?", yakni Dinda Hauw yang pada tanggal 10 Juli 2020 resmi menjadi istri dari penyanyi Rey Mbayang.
"Hehe aku belum bisa masak guys. Masak nasi dan mie instan aja belum bisa... Dan karena enggak ada makanan apa-apa, jadi malam pertama kita makan mie instan dulu ya, dimasakin suami #Day1DindaReyHalal,"Â kata Dinda Hauw melalui Instagram Stories yang diunggah nya pada tanggal 10 Juli 2020.
Sontak saja pernyataan aktris peran kelahiran 14 November 1996 ini mendapatkan berbagai komentar yang bersifat negatif dan pedas dari khalayak warganet di Indonesia, seperti "Masak nasi dan mie instant belom bisa? Â Ini mau terlihat sok princess atau emang dasarnya gak punya basic skill aja?" ungkap sinis salah satu netizen.
Melihat istrinya mendapatkan banyak cibiran dari netizen membuat Rey Mbayang tak hanya tinggal diam. Pria berusia 21 tahun ini memberikan pembelaan dan juga menegaskan bahwa para netizen terkena prank yang dilakukan oleh sang istri tercintanya.
Dinda pun menambahkan bahwa dirinya bisa memasak walaupun tak begitu mahir. Diikuti dengan pernyataan Rey yang menyebutkan bahwa ia menerima semua kekurangan dan kelebihan Dinda tanpa memikirkan omongan orang lain.
Memangnya mengapa jika seorang wanita tak bisa memasak?
Perihal kodrat? Sepertinya masih banyak sekali anggota dari masyarakat di Indonesia yang memegang erat prinsip bahwa kodrat seorang wanita haruslah bisa dan mahir dalam memasak dan skill memasak ini menjadi salah satu elemen penting dalam pernikahan.
Menurut saya, prinsip tersebut tidaklah salah namun tidaklah sepenuhnya benar karena bagi saya pribadi, prinsip tersebut sudahlah kuno dan tidak relevan untuk diberlakukan di jaman ini.
Mungkin banyak dari pembaca yang pasti akan beranggapan dan berkomentar dalam hati seperti, "cewek itu pokoknya harus bisa masak, mbak!"; "wah pasti si mbak nya gak bisa masak nih!"
Untuk komentar pertama mungkin kembali lagi kepada prinsip, karena setiap individu menganut prinsip yang berbeda-beda. Menurut saya, prinsip mengenai kodrat wanita harus bisa memasak telah dipengaruhi oleh bagaimana seorang individu dibesarkan dalam sebuah ruang lingkup keluarga yang seperti apa?
Jika seorang anak selama 20 tahun melihat ibunya memasak setiap hari, kemungkinannya sangat besar bahwa anak tersebut akan menganut prinsip bahwa seorang wanita haruslah bisa memasak. Bila ada yang bertanya apakah ibu saya memasak, saya akan menjawab ya.
Ibu saya bisa dan mahir memasak dan masakannya saya akui selalu menjadi juara di hati saya dan ayah saya, tetapi intensitasnya dalam memasak di satu bulan bisalah dihitung oleh jari. Ayah saya justru selalu menghalangi dan meminta ibu saya untuk tidak memasak. Bukankah itu aneh? Tapi saya pikir itu sangat mengesankan.
"Jangan masak, panas. Nanti kamu capek,"Â ujar ayah saya ketika ibu saya berkata ingin memasak esok hari.
Mungkin prinsip yang saya pegang saat ini, bahwa wanita tak harus atau wajib bisa memasak tumbuh atas perlakukan yang ayah saya lakukan kepada ibu saya selama bertahun-tahun lamanya dan juga jaman yang terus bergerak maju kedepan dan berubah tak seperti dahulu lagi.
Karena tak mau menulis berdasarkan pendapat pribadi saja, saya pun akhirnya memanfaatkan salah satu vitur dalam aplikasi Instagram, yakni polling untuk menjawab rasa penasaran dan keingintahuan saya mengenai topik menarik ini.
Audience Instagram saya yang notabene 46% berada di rentang usia para milenial secara mengejutkan tak mengharuskan seorang sosok pasangan idaman haruslah bisa memasak.
83% dari mereka beranggapan bahwa skill memasak boleh dimiliki dan juga boleh tidak dimiliki oleh pasangan idaman. Sedangkan 17% lainnya beranggapan bahwa skill memasang haruslah dimiliki oleh sosok pasangan idamannya.
Kesimpulannya, apa mungkin skill memasak ini bukanlah menjadi elemen yang utama dilihat oleh si milenial dalam memilih pasangan hidup?Â
Selain itu banyak juga komentar yang membanjiri akun Instagram pribadi saya setelah mengunggah polling tersebut dan akhirnya telah saya pilih dua komentar yang paling menggelitik dari masing-masing pihak pro dan kontra.
"Pria zaman now harus bisa masak." Tulis seorang pengikut Instagram saya diikuti dengan emotikon tertawa.
"Kalo pasangan gak bisa masak... Makan di luar terus?"Â Tulis seorang pengikut Instagram saya yang lainnya diikuti dengan emotikon sedih.
Bagaimana tanggapan kalian?
Mungkin salah satu sosok yang menjadi jagoan saya dalam tulisan kali ini adalah sosok Chef Arnold Poernomo yang sudah dikenal sebagai pria yang tak menganut prinsip wanita haruslah bisa memasak.
Belum lama ini chef muda ini memberikan tanggapan dan pembelaan menohok untuk kekasih dan calon mertua seorang wanita yang ceritanya viral di Twitter karena mendapatkan hinaan bahwa masakannya tak enak.
Ya udh lah gampang suruh ngelamar pembantu dia yang di rumah jago masak..supaya ga ribet..nyokap dia kan juga udh kenal udh tinggal bareng juga kan wkwkwkwkwk untuk ente jgn putus asa di youtube banyak channel masak keren2 kyk gw punya https://t.co/JIhxqssDXy— Arnold poernomo (@ArnoldPoernomo) July 19, 2020
Selain itu, pada awal tahun 2020 ini pun chef yang dikenal sebagai ucapannya yang pedas ini pun mendapatkan banyak aksi bully-an yang ditujukan kepada sang istrinya yang tak pandai dalam memasak.
Tak hanya berdiam diri, Chef Arnold justru memberikan jawaban menohok yang sontak saja langsung diikuti oleh jeritan para warganet yang menobatkannya menjadi sosok suami idaman.
Mereka mengatakan jalan menuju hati seorang pria adalah melalui perutnya. Tapi hari ini, kita memiliki generasi wanita yang tidak tahu cara merebus telur - Vision ReporterÂ
Apakah seni kuno memenangkan hati seorang pria, yang pernah diturunkan dari generasi ke generasi, mati dengan munculnya wanita modern dan mandiri?
Hilda Mary Tadria, seorang pensiunan profesor sosiologi di Universitas Makerere dan feminis mengatakan bahwa hanya dalam masyarakat patriarki sajalah seorang wanita harus memasak sepanjang waktu.
"Saya memasak; suami saya juga seorang juru masak yang baik. Kami berdua memilih untuk memasak, itu tidak pernah menjadi masalah," kata Tadria.
Dia mengatakan di era di mana banyak wanita muda memiliki karier, pasangan suami istri perlu bekerja sama untuk memajukan cara bagaimana mereka makan dengan benar dan sehat.
"Jika Anda mampu mempekerjakan seorang ART dan Anda berdua sudah setuju untuk mempekerjakannya, itu bisa membantu. Karir penting bagi wanita seperti halnya bagi pria. Jika seorang wanita harus bangun jam 5:00 pagi setiap hari, persiapkan anak-anak untuk sekolah dan bekerja sampai larut, dan kemudian harus pergi lagi ke dapur, dia akan kelelahan, baik secara emosional maupun fisik,"Â kata Tadria, yang juga direktur eksekutif program pendampingan dan pemberdayaan untuk remaja putri di Kansanga, Kampala.
Beatrice Nandawula, seorang psikolog konseling di pusat bimbingan dan konseling remaja Makerere mengatakan tidak ada daftar wajib tentang apa yang diinginkan pria dalam diri seorang istri karena pria (seperti wanita) menginginkan hal yang berbeda. Jadi dia mengingatkan wanita yang berusaha menjadi apa yang bukan untuk memenangkan hati pria.
"Seorang pria menginginkan berbagai hal tergantung pada tingkat kedewasaannya saat ini. Jika saya mencoba menjadi koki yang baik karena itulah yang diinginkan pria ini, lalu apa yang terjadi ketika Anda bertemu pria berikutnya yang menginginkan sesuatu yang sama sekali berbeda?"Â dia bertanya.
Dia juga memperingatkan pria untuk mencari atribut lain selain memasak. "Jadilah dirimu sendiri, temui seorang wanita yang cocok denganmu tanpa berjuang untuk memenuhi aspek-aspek material istri standar yang sulit dipahami," saran Nandawula.
"Selain itu, saya percaya bahwa pria yang bersikeras bahwa seorang wanita lajang harus bertindak seperti istrinya, adalah pria yang menginginkan seorang istri tanpa harus menikah. Beberapa wanita memasak, beberapa tidak. Beberapa pria memasak, beberapa tidak. Apakah ini mematikan bagi Anda jika seorang pria tidak bisa memasak? Tidak? Maka itu seharusnya tidak mematikannya jika Anda tidak bisa memasak." tegasnya.
Sesungguhnya pada tulisan kali ini saya tak bermaksud untuk mengatakan bahwa skill memasak tidaklah penting bagi seorang wanita. Menurut saya, skill ini tentunya akan menjadi sebuah nilai tambah kalian sebagai seorang wanita, tapi bukan menjadi yang utama bagi saya.
Di sisi lain aktivitas memasak sendiri sesungguhnya memiliki begitu banyak keuntungan bagi kesehatan mental seseorang seperti yang dilansir dari laman psychologytoday.com.
Saya memang tak mahir dalam memasak, tetapi setidaknya saya masih bisa memasak sesuatu yang tak begitu sulit karena yang sebetulnya saya maksudkan dengan kata tak bisa memasak bukan berarti sepenuhnya benar-benar 100% tak bisa memasak. Memasak mie instant itu termasuk aktivitas memasak loh!
Ayo belajar memasak bersama!
REFERENSI
- Fauzia, F. (2020, July 13). Dinda Hauw Dihujat Gak Bisa Masak, Rey Mbayang Beri Reaksi Menohok. Retrieved from intipseleb.com
- Mariana, M. (2020, February 6). Istri Dibully Karena Tidak Bisa Masak, Chef Arnold Balas dengan Jawaban Menohok Ini! Langsung Jadi Suami Idaman Warganet! Retrieved from sajiansedap.grid.id
- Tim WowKeren. (2020, July 21). Chef Arnold Ikut Menanggapi Cerita Viral Seorang Wanita Yang Dihina Calon Mertua Karena Masakannya Tak Enak. Ia Memberikan Pembelaan Yang Menohok Untuk Kekasih Dan Calon Mertua Wanita Itu. Retrieved from wowkeren.com
- Tribun Sumsel. (2020, May 14). Chef Arnold Poernomo Skakmat Curhat Viral Pria Sebut Cewek Tak Bisa Masak Anak Manja: Lu Bisa Apa? Retrieved from sumsel.tribunnews.com
- Vision Reporter. (2012, December 9). When a woman can't cook. Retrieved from newvision.co.ug
- Whitbourne, S. K. (2019, May 21). Can You Cook Your Way to Better Mental Health? Retrieved from psychologytoday.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H