Kembali lagi untuk mengingatkan bahwa penjelasan saya terkait ketiga variabel tersebut masih berupa sebuah hipotesis yang merupakan sebuah teori lemah sehingga dibutuhkan penelitian lanjutkan untuk memastikan keberannya.
Saya sadar betul bahwa segala bentuk perselingkungan begitu menyakitkan bagi satu sama lain. Tak ada satu pun manusia yang sempurna di dunia ini, namun kita sebagai seorang manusia juga sebetulnya dapat meredam ketidaksempurnaan tersebut dan bukan justru mengambil peluang negatif dari ketidaksempurnaan itu.
Orang baru memang terlihat begitu baik dan mempesona ketimbang pasangan kita saat ini, tetapi ingat bahwa tak ada jaminan untuk kedepannya akan tetap sama.
Perlakukan pasangan Anda sebagaimana Anda ingin diperlakukan!
REFERENSI
- Bell, J. (2020, February 19). The psychology of infidelity: Why do we cheat? Retrieved from bigthink.com
- Carneta, C. (2020, May 21). Perilaku Tae-oh dan Je-hyuk "The World of The Married" dalam Perspektif Psikologi. Retrieved from kompasiana.com
- Dick Jones Communications. (2015, March 19). Study: Emoticons Make Men More Jealous Than Women. Retrieved from newswise.com
- Octaviana, B.N., & Abraham, J. (2018). Tolerance for Emotional Internet Infidelity and Its Correlate with Relationship Flourishing. International Journal of Electrical and Computer Engineering, 8, 3158-3168.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!