Kedua, individu dapat merasa tertekan dan kehilangan, disertai dengan munculnya emosi yang saling bertentangan.
Ketiga, munculnya perasaan terluka, terkejut dan marah, dan kesulitan untuk memutuskan apakah akan mengakhiri hubungan romantis atau tida.
Keempat, hubungan cybersex terkait dapat menyebabkan perceraian dalam sebuah hubungan suami dan istri.
Setelah mengetahui dampak yang akan timbul dari "selingkuh online", apakah kalian masih tergiur untuk melakukan itu? Saya harap tidak. Namun apa yang terjadi jika pasangan kita sudah melakukan itu sebelumnya? Apa yang akan kita lakukan selanjutnya?
Mungkin kalian akan berpikir bahwa individu dengan tingkat relationship flourishing yang tinggi, maka secara otomatis ditandai dengan ketahanan dalam menghadapi berbagai tantangan dan menerima dengan sabar perilaku tercela yang pernah dilakukan oleh pasangan romantisnya, namun pada kenyataannya tidaklah seperti itu.
Sebelum melanjutkan tulisan ini, saya ingin sedikit memberikan penjelasan mengenai apa itu relationship flourishing. Relationship flourishing sendiri memiliki arti hubungan yang berkembang, ditandai dengan proses yang tak pernah berhenti.
Bapak Juneman pernah memberikan sebuah analogi yang menyebutkan bahwa relationship flourishing itu lebih menekankan proses, sama hal nya seperti saat kita hendak berkunjung ke sebuah restoran, maka letak flourishing itu ialah di saat kita hendak menikmati makanannya, sehingga menit tiap menitnya akan terasa begitu berarti.
Relationship flourishing inilah pada kenyataannya justru memiliki hubungan atau korelasi yang negatif dengan toleransi (menerima dengan sabar yang mengandung forgiving). Artinya, semakin tinggi relationship flourishing, maka semakin rendah toleransi individu untuk perselingkuhan.
Temuan mengejutkan lainnya adalah relationship flourishing ternyata memiliki kekuatan prediksi yang berbeda terhadap toleransi perselingkuhan, yaitu tergantung pada jenis kelamin dan pria cenderung lebih tidak toleran dibandingkan dengan wanita.
Dari artikel ilmiah tersebut saya berhipotesis bahwa "perasaan cemburu" memiliki andil di antara relationship flourishing dan toleransi akan perselingkuhan online karena berdasarkan sumber yang saya dapatkan dari laman newswise.com menjelaskan bahwa laki-laki cenderung lebih cemburu dibandingkan wanita ketika terdapat emotikon khususnya yang mengedipkan mata dikirimkan oleh seseorang kepada pasangannya.
Dari situ saya menduga bahwa tingkat relationship flourishing yang tinggi dimiliki seorang individu diikuti juga dengan tingkat kecemburuan yang tinggi pula sehingga jika seorang individu sudah merasakan perasaan cemburu yang teramat sangat, invididu tersebut tidak akan pernah rela kasih sayang yang pasangannya berikan dibagi-bagi dan membuatnya menjadi tidak toleran akan perselingkuhan.