Mohon tunggu...
Cindy Carneta
Cindy Carneta Mohon Tunggu... Lainnya - Sarjana Psikologi

Saya merupakan seorang Sarjana Psikologi dari Universitas Bina Nusantara.

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

Akankah Industri Musik Tanah Air Digandrungi Orang Korea?

27 Juni 2020   13:51 Diperbarui: 13 Mei 2022   22:30 681
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sunny Dahye saat mengikuti Lathi Challenge (dok: youtube.com)

Now, look at you, now look at me - How you like that, Blackpink

18 jam sejak ditayangkan pada channel YouTube resminya, Blackpink terus menerus mendapatkan banyak perhatian dari warganet di dunia.

Hal tersebut tampak jelas dibuktikan oleh jumlah viewers music video nya yang saat ini telah mencapai 76 juta penonton dan terus meningkat pesat di setiap menitnya.


Comeback-comeback idol dibawah naungan YG memang tak pernah mengecewakan para penggemarnya, termasuk saya yang merasa sangat puas dan takjub dengan penampilan dari seluruh member Blackpink pada music video "How You Like That", khusunya Lisa.

Begitu banyaknya warganet dunia, termasuk Indonesia yang tergila-gila dengan K-Pop memunculkan sebuah tanda tanya besar dalam kepala saya.

Akankah industri musik Tanah Air di gandrungi oleh orang korea? Jika akan, kapankah waktunya?


Ini adalah waktunya, permulaan yang sangat baik bagi industri musik di Indonesia.

Perkembangan dari media sosial yang semakin pesat, terutama YouTube berperan sangat besar dalam proses penyebaran lagu-lagu karya anak bangsa.

Tak kalah dengan music video "How You Like That" milik Blackpink, music video dari Weird Genius yang berjudul "Lathi" pun sempat viral dan digandrungi oleh warganet di dunia.

65 juta viewers dalam kurun waktu yang singkat, yakni 3 bulan bukankah sebuah pencapaian yang luar biasa untuk sebuah music video dari Indonesia? I'm so proud of Indonesia.

Makna mendalam, mengangkat fenomena aktual, serta memadukan antara EDM dan musik tradisional yang apik merupakan nilai lebih yang dapat diunggulkan dari music video "Lathi" ini.

Sunny Dahye saat mengikuti Lathi Challenge (dok: youtube.com)
Sunny Dahye saat mengikuti Lathi Challenge (dok: youtube.com)

Banyaknya bangsa pasar penonton dari Indonesia membuat tak sedikit youtuber berdarah asli Korea Selatan mengunggah konten yang berhubungan dengan Indonesia, seperti Sunny Dahye, Jang Hansol, Han Yoo-ra, Hari Jisun, dan masih banyak lagi.

Setiap kali Indonesia di mention dalam sebuah konten seorang youtuber Korea memiliki kecenderungan yang tinggi untuk mendapatkan viewers yang banyak.

Hal tersebut memicu banyaknya youtuber asal Korea untuk mengunggah berbagai konten berbau Indonesia, seperti mengikuti tantangan seperti Lathi Challenge, me-reaction music video asal Indonesia, dan meng-cover berbagai lagu-lagu asal Indonesia.

Bahkan tak sedikit dari mereka mempelajari Bahasa Indonesia untuk dapat berinteraksi lebih baik dengan para penonton setianya yang berasal dari Indonesia.

Bukankah hal tersebut adalah tanda-tanda nyata akan kegandrungan orang korea terhadap industri musik di Indonesia?

Walaupun begitu, saya juga berlapang dada mengakui bahwa industri musik di Indonesia berada dibelakang industri musik di Korea Selatan.

Tetapi saya adalah salah satu orang di dunia ini yang menganut prinsip "lebih baik terlambat dibanding tak sama sekali."

Banyak elemen-elemen penunjang dari industri musik di Korea Selatan yang membuatnya berada didepan untuk memimpin.

Berikut adalah 4 alasan yang membuat industri musik di Korea Selatan menjadi begitu popular dikancah internasional:

1. Visual yang menawan

Visual keempat member Blackpink (dok: uhdpaper.com)
Visual keempat member Blackpink (dok: uhdpaper.com)

Ayo ngaku! Siapa sih yang tak jatuh hati dengan visual yang ditampilan oleh keempat member Blackpink?

Mulai dari yang beraura girl crush hingga yang manis membuat tingginya kadar gula darah dimiliki oleh Blackpink dan girlgroup lainnya dengan ciri khas tersendiri dari setiap member nya.

Mungkin sebagian besar dari K-Popers memulai untuk menyukai seorang idol berdasarkan penampilan fisiknya terlebih dahulu.

Hal tersebut sangatlah wajar dan normal terjadi pada seorang manusia. Mengapa seperti itu?

Konsep physical attractiveness dalam person perception menyebutkan bahwa sejak usia tiga hingga enam bulan, seorang bayi bahkan akan lebih memilih untuk berinteraksi dengan seseorang yang menarik perhatiannya dari segi visual.

Alasan cukup sederhana, dengan melihat visual yang menawan, seorang bayi dapat meningkatkan suasana hatinya.

2. Penampilan nyentrik

Keempat member Mamamoo (dok: twitter.com)
Keempat member Mamamoo (dok: twitter.com)

Berani untuk tampil beda dan sering kali mendobrak kebiasaan yang ada merupakan keunikan yang ditonjolkan oleh berbagai girlgroup serta boygroup melalui penampilannya yang nyentrik.

Rambut warna warni seperti gulali, pakaian unik tak biasa dari para idol menjadikan mereka trendsetter yang gayanya diikuti oleh warganet dunia, termasuk Indonesia.

Fenomena tersebut lama kelamaan memunculkan sebuah perilaku imitasi yang banyak dilakukan oleh remaja-remaja di Indonesia.

Dalam ilmu psikologi sendiri imitasi diartikan sebagai sebuah tindakan yang dirangsang oleh persepsi yang pada hakikatnya melibatkan peran model, seperti idol Korea yang mengarahkan perhatian dan respons peniru.

3. Koreografi yang powerful

eru7-cww4aebayk-5ef6e89dd541df32bd2f3b64.jpg
eru7-cww4aebayk-5ef6e89dd541df32bd2f3b64.jpg
Cuplikan aksi dance BTS dalam single terbarunya yang berjudul "On" (dok: twitter.com)

Ketika menonton berbagai music video dari para idol, K-Popers selalu disuguhkan oleh bagian dance yang menjadi ciri khas dari setiap girlgroup dan boygroup asal Negeri Gingseng tersebut.

Koreografi energik yang dirancang sedemikiran rupa dibawakan oleh para idol dengan begitu apik dan kompak sehingga begitu enak untuk dipandang kedua bola mata.

Hal tersebut bahkan membuat saya seringkali menonton video yang menampilkan dance practice nya walaupun saya sama sekali tak ahli dalam menari.

Ternyata, dibalik sebuah dance atau tarian  menyimpan sebuah fakta yang mengejutkan bahwa seorang dancer menampilkan sinkronisasi theta ditingkatkan (4-8 Hz) ketika menonton video dance.

Penelitian mengungkapkan bahwa gelombang otak theta berhubungan dengan sinkronisasi area otak yang lebih dalam (seperti hippocampus, ganglia basal, dan otak kecil) dengan korteks serebral.

4. Easy listening

maxresdefault-1-5ef6e92fd541df527d61cac3.jpg
maxresdefault-1-5ef6e92fd541df527d61cac3.jpg
Gambar thumbnail music video Gangnam Style (dok: youtube.com)

Tak dapat dipungkiri, alunan dan ritme yang telah disuguhkan oleh berbagai lagu di industri musik Negeri Gingseng begitu enak dan ringan untuk didengarkan.

Mungkin banyak dari para pembaca yang bukan merupakan seorang K-Popers, tetapi beranikah kalian untuk jujur?

Jujur bahwa kalian pernah terngiang-ngiang atau bahkan menyanyikan lirik "oppa Gangnam Style" dan diulang-ulang untuk beberapa kali.

Selain enak untuk didengar, mendengarkan musik juga memiliki peranan penting dalam pengalaman emosinal seorang individu.

Musik memiliki kemampuan untuk membangkitkan respons emosional yang kuat seperti menggigil dan menggetarkan pendengar.

Emosi positif mendominasi musik. Musik yang menyenangkan dapat menyebabkan pelepasan neurotransmiter yang terkait dengan reward, seperti dopamin.

Mendengarkan musik adalah cara mudah untuk mengubah suasana hati atau menghilangkan stres. Orang-orang menggunakan musik untuk mengatur, meningkatkan, dan mengurangi emosi negatif yang tidak diinginkan, seperti stres dan perasaan lelah.

Gambar yang menuliskan
Gambar yang menuliskan "quality is the key" (dok: etechgs.com)

Keempat alasan yang membuat industri musik di Korea begitu popular sesungguhnya mengerucut kepada sebuah kata KUALITAS.

Kualitas ini mencakup pada talenta para idol yang mempuni disertai dengan produksi lagu, music video yang baik, dan aspek pendukungnya lainnya.

Dan inilah waktu untuk Indonesia menunjukkan kualitas yang tak kalah menakjubkan dengan Korea Selatan.

Dukung karya anak bangsa!

Referensi

  1. Bergland, C. (2018, May 8). The Powerful Psychological Benefits of Dance. Retrieved from psychologytoday.com
  2. Heshmat, S. (2019, August 25). Music, Emotion, and Well-Being. Retrieved from psychologytoday.com
  3. King, L. A. (2017). The Science Of Psychology: An Appreciative View. New York: McGraw-Hill Education.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun