Mohon tunggu...
Cindy Carneta
Cindy Carneta Mohon Tunggu... Lainnya - Sarjana Psikologi

Saya merupakan seorang Sarjana Psikologi dari Universitas Bina Nusantara.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Apakah Multitasking Itu Fakta atau Hanya Sekadar Mitos?

8 Juni 2020   20:40 Diperbarui: 20 Maret 2022   15:41 1559
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jadi lain kali, saat Anda berpikir Anda dapat melakukan multitasking, berhentilah dan sadarilah bahwa Anda sebenarnya melakukan switch-tasking.

Gambar yang menampilkan kata
Gambar yang menampilkan kata "risiko" (dok: projecttimes.com)

Di balik itu semua nyatanya baik multitasking ataupun switch-tasking ternyata memiliki sejumlah risko yang berdampak buruk bagi kondisi psikis kita.

Dilansir dari psychologytoday.com, penelitian baru mengungkap bagaimana multitasking sebenarnya dapat memiliki konsekuensi yang mengkhawatirkan, antara lain sebagai berikut:

1. Multitasking dan kerusakan pada otak
Penelitian baru-baru ini menemukan bahwa orang-orang yang sering melakukan multitasker media mengalami pengurangan materi abu-abu otak mereka khususnya pada bidang yang berkaitan dengan kontrol kognitif dan regulasi motivasi dan emosi.

2. Masalah pada memori akibat multitasking
Sebuah penelitian pada tahun 2016 menemukan bahwa multitasker media kronis menunjukkan kelemahan dalam memori kerja (kemampuan untuk menyimpan informasi yang relevan saat mengerjakan tugas) dan memori jangka panjang (kemampuan untuk menyimpan dan mengingat informasi dalam periode waktu yang lebih lama).

3. Multitasking meningkatkan stress kronis
Sebuah studi tentang mahasiswa menemukan bahwa semakin banyak siswa melakukan multitasking saat menggunakan komputer mereka, maka semakin banyak stres juga yang mereka alami. 

Pemboman yang terus-menerus terhadap informasi yang mereka coba tanggapi meningkatkan respons stres mereka, yang berarti multitasking kronis dapat mengakibatkan stres kronis.

4. Multitasking meningkatkan depresi dan kecemasan sosial
Seorang peneliti mencoba untuk memeriksa hubungan antara multitasking, penggunaan media, dan kesehatan emosional. Meskipun tidak ada korelasi antara penggunaan media dan hasil negatif dalam studi khusus ini, tim menemukan bahwa semakin banyak peserta melakukan multitasking, maka semakin besar juga kemungkinannya untuk melaporkan gejala depresi dan kecemasan sosial.

Referensi

  1. Cherry, K. (2020, March 26). How Multitasking Affects Productivity and Brain Health. Retrieved from verywellmind.com
  2. Napier, N. K. (2014, May 12). The Myth of Multitasking. Retrieved from psychologytoday.com
  3. Schultz, D. P., & Schultz, S. E. (2011). A History of Modern Psychology, Tenth Edition. Canada: Wadsworth, Cengage Learning.
  4. Winch, G. (2016, June 22). 10 Real Risks of Multitasking, to Mind and Body. Retrieved from psychologytoday.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun