Mohon tunggu...
Cindy Astriani
Cindy Astriani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menjadi Dia

20 November 2022   21:25 Diperbarui: 20 November 2022   22:01 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku pernah menjadi wanita paling bahagia, itu terjadi tepat sebelum aku mengetahui segalanya. Apa yang kuharapkan tentang cinta sesungguhnya ternyata salah. Merasa menjadi diri sendiri dan mencintai apa yang kita miliki ternyata lebih baik dari apapun. Dia telah merubah persepsiku tentang kaumnya. Walaupun banyak yang sudah meyakiniku tentang hal itu tidaklah benar. Namun, tetap saja. Itu cukup menyakitkan. Apa yang dia lakukan cukup menyimpulkan sifatnya.

Awalnya terasa begitu manis. Setiap hal yang dikatakannya selalu mampu membuatku merasa menjadi paling indah. Segala perkataanya menimbulkan harapan-harapan besar akan cinta yang tulus dari insan manusia.Dia dengan pesonanya mampu membangunkan hatiku yang sudah tertidur lelap. Begitu banyak hal yang dilakukannya. Sangat berkesan dan menyenangkan.

"Kau lebih dari cukup sebagai insan manusia yang perlu dicintai olehku."

Perkataan demi perkataannya terlalu menyentuh hatiku. Setiap waktu dihabiskan bersama. Segala pemberian terlalu membuatku senang. Sampai pada akhirnya. Sesuatu hal yang tidak pernah aku dengar keluar dari mulutnya.

"Aku ngerasa kurang kalau kamu begini. Bisa ga kamu ubah sedikit seperti apa yang dilakuin dia?"

"Kamu kok gak sesuai seperti dia? Dia perfeksionis. Aku merasa ga menemukan itu di kamu."

"Oh iya, dulu dia ngelakuin ini ke aku."

Apa yang dikatakannya benar-benar menyakiti perasaanku. Apa tidak bisa membuang kenangan masa lalu untuk menjalin hubungan dengan orang baru? Ini sangat asing. Aku tidak pernah menyangka akan hal ini.

"Kenapa? Kok kamu selalu membanding-bandingkan aku dengan dia? Kalau kamu masih belum lepas dari bayang-bayangnya, kenapa memberi harapan? Ini sudah lebih dari cukup untuk membuat orang terluka." Ucapku sambil menatap lurus ke arahnya.

"Aku cuma mau kamu bisa seperti dia. Itu aja."

"Aku hanya aku. Apa yang kamu lihat dariku, itulah aku. Tidak ada yang bisa dirubah hanya karena hubungan duniawi!"

"Apa maksudmu mengatakan itu?"

Dia terpaku dengan alis mata kanan yang meninggi.

"Apakah tidak ada cara lain buatku bahagia denganmu selain menjadi dia?"

Aku menunduk. "Aku cuma mau melanjutkan kisah ini dengan caraku. Dengan aku yang apa adanya. Jika kamu tidak bisa menerima ngga apa-apa. Lebih baik aku pergi walau aku membawa luka."

Air mata mulai menetes seiring dengan berdesisnya angin, setiap helaian rambutku mulai berterbangan. Seketika semua dingin. Membeku dan tidak ada suara lain, selain angin yang cukup kuat.

Aku hanya ingin dihargai sebagaimana aku apa adanya. Segala harapan-harapan yang telah dia berikan semua sirna. Kenyataan cinta yang kudapatkan ternyata tak seindah yang dibayangkan. Segala pujian yang diucapkan membuatku terbang. Namun, setelah apa yang dia lakukan sekarang, dia telah menjatuhkanku yang telah terbang begitu tinggi. Yang tidak lain oleh karena dirinya sendiri.

Cinta itu tulus. Menerima dengan apa adanya. Karena apda dasarnya, sebuah hubungan dijalin oleh dua orang. Saling melengkapi dan menerima. Namun, jika aku selalu mendapatkan perbandingan dengan apa yang dia rasakan di masa lalu, aku mundur. Aku Cuma ingin menjalani hubungan apa danya. Bahagia dengan cara yang sederhana tanpa adanya perbandingan. Terlebih dengan orang di masa lalu. Itu sangat menyakitkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun