Mohon tunggu...
Cindy Aprilia
Cindy Aprilia Mohon Tunggu... -

Hidup tanpa perjuangan akan terasa hampa, karena itu perjuanganlah yang menjadikan hidup kian berwarna

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dunia Tembus Pandang

14 Februari 2016   18:43 Diperbarui: 14 Februari 2016   18:57 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

" Aku ingin menyentuh atmosfer yang lembut itu. " kata seorang lelaki sambil menunjuk foto milikku yang tergantung dinding pameran kelasku. Kemudian ia hanya tersenyum kepadaku, seorang gadis yang terkenal pendiam dan pemalu. Akupun langsung menolehkan pandanganku dari laki itu. Karena wajahku mulai memerah setelah melihat senyuman dan pujian darinya.

Harusku akui , aku telah menyukainya sejak upacara penerimaan murid baru di sekolahku. Niimi Koga, nama dan sosok yang amat kusukai dan kukagumi, meskipun aku selalu memandangnya dari kejauhan.

Tetapi... Sekarang semua itu hanyalah sepotong memori yang indah. Karena sosok Koga yang kukagumi telah menghilang dari duniaku.

" Rei, Koga meninggal ! " kata seorang temanku yang sedang terisak. Mendengar itu, aku memang terkejut. Tetapi, itu tidak membuatku menetaskan air mataku, biarpun aku melihat nyaris semua temanku sedang menetaskan air matanya.

" Aku tisak bisa menangis... Sebenarnya aku juga tidak pernah berbicara dengannya. " kataku yang hanya kusuarakan dalam hati. Dan aku juga tidak memiliki kata-kata untuk membalas temanku.

Jam waktu pelajaran demi pelajaran kulewati, biarpun fokusku agak buyar, karena aku mendengar berita yang sebenarnya telah membuatku sedih. Bel tanda pulang sekolahpun telah terdengar seluruh isi sekolah. Seperti biasannya aku langsung membawa kameraku keluar dari kelasku.

Langkah demi langkah kujalani, biarpun langkah yang kuambil lebih berat dari hari-hari normalku. Aku pun terus berjalan di area sekolahku sampai akhirnya aku menemukan pemandangan yang pantas ku potret dengan kameraku. Akhirnya aku menemuinya, dimana sebuah pohon sakura yang sedang mekar di halaman sekolahku.

" Aku yakin pasti Koga mau dipotret ditempat seperti ini. Tempat di mana atmosfer yang lembut itu berada. " gumamku dalam hati.

" Tetapi, aku juga tidak pernah memotret orang. Bisa dikatakan aku tidak mau, karena mana mungkin ada orang yang ingin dipotret olehku. " kataku sambil mengangkat kameraku. Tiba-tiba kulihat sesosok yang amat familiar sedang duduk bersila di bawah pohon sakura. Seketika tanpaku sadari, aku langsung mengeluarkan suaraku, " Ko...Kogaaa!!! "

Dengan terkejut juga, sosok itu pun berdiri dan mulai menatapku, " Kau bisa melihatku? " " Bu.. bukannya, setahuku Koga sudah meninggal? Apa maksudmu aku bisa melihatmu? " tanyaku dalam keadaan yang masih terkejut.

Kemudian sosok itu datang mendekatiku sambil menarik senyumannya, " Benar, aku ini Koga dan sepertinya aku berwujud roh. Tetapi, senangnya ada orang yang bisa melihatku ". Hal itu membuatku bertambah terkejut dan kebingungan. Jujur saya, sekarang aku dapat melihat sosok seorang yang seharus-nya tidak ada lagi. Aku tidak tahu harus memegang ekspresi sedih, terkejut, atau senang.

" Hei, kau tidak apa-apa 'kan? " tanya sosok itu sambil melambaikan tangan kanannya di depan wajahku. Aku hanya membeku, sepatah kata pun tak bisa kukeluarkan dari mulutku. " Kau masih tidak percaya bahwa aku ini adalah roh? " tanyanya kepadaku yang sedang membeku. Aku hanya dapat menganggukkan kepala untuk membalas pertanyaan.

Kemudian Koga menghelakan nafasnya dan ia pun menggerakan tangannya untuk memegang tanganku yang agak gemetar. Kulihat, semuanya menjadi tembus pandang ketika tangannya sudah mulai menyentuh tanganku.

" Bagaimana, sudah percaya? " tanyanya kembali. Aku pun kembali menganggukan kepalaku. Sekarang aku mulai mencoba untuk mempercayainya, meskipun masih agak sulit. Sebenarnya, bisa kukatakan bahwa aku merasa senang, karena bisa melihat kembali sosok yang amat kukagumi biarpun ia berwujud roh. Ini semua bagai mimpi yang menjadi kenyataan.

" Jadi, apa yang kau lakukan sampai kau datang kesini? " tanya Koga sambil mengajakku untuk kembali duduk di bawah pohon sakura. Dengan nada agak malu, aku membalasnya.

" Aku hanya ingin memotret pemandangan saja. " Koga pun kembali menarik senyumannya, " Iya, aku ingat sekarang! Kau adalah siswi yang dikenal berbakat dalam fotografi bukan? Kalau tidak salah aku pernah bertemumu di pameran kelasmu. Namamu....... " " Rei, Shirogami Rei. " jawabku dengan wajah yang memerah. Meskipun ia tidak mengingat namaku itupun sudah cukup untuk membuatku bahagia, karena ia masih mengingatku.

" Maaf, ya.... soalnya aku jarang masuk sekolah. Jadi tidak begitu tahu banyak nama-nama orang. " katanya sambil tersenyum malu kepadaku. Aku pun juga hanya bisa menatap wajahnya dan mencoba membalas dengan senyum milikku. Sampai saat ini, aku masih tidak percaya bahwa aku bisa berbicara dengan Koga.

Aku pun mencoba untuk memulai pembicaraan kami lagi. " Maaf jika aku menanyakan soal ini. Apa penyebab sampai kau bisa seperti ini? " Koga langung menundukan kepalanya, " Penyebabnya, karena jantungku lemah. Sebenarnya dari dulu juga sudah lemah sih. Tetapi akhir-akhir ini keadaanya bertambah parah. ebenarnya aku juga bertekad untuk tetap hidup sampai hari ulang tahun ibuku. Padahal tinggal tiga hari lagi. " Kulihat ekspresi Koga yang tiba-tiba berubah. Dari wajahnya dapat kulihat, ekspresi wajah yang penuh dengan rasa bersalah dan kesedihan. Aku juga tidak tahu harus mengatakan apa yang bisa membuatnya tidak merasa bersalah lagi.

Akhirnya Koga mulai mengangkat kepalanya dan ia memejamkan kedua matanya sambil mencoba menarik kembali senyumnya, meskipun terlihat amat sulit, " Yang sudah terjadi, biarlah cepat berlalu. Benar bukan? " tanyanya. Angin pun berhembus perlahan dan aku pun berharap, agar angin itu dapat membawa kesedihannya pergi sejauh mungkin. Tanpa berpikir panjang, aku langsung memotret Koga dengan kameraku. Koga hanya melihatku dengan ekspresinya yang kebingungan.

" Ko...Koga, bolehkah besok aku datang kesini lagi? Aku masih ingin berbicara lagi denganmu. Oh ya, dan aku berjanji untuk tidak menceritakan hal ini kepada orang lain. " kataku sambil menahan rasa maluku dan wajahku mulai memerah lagi." Tentu saja boleh! " jawabnya yang telah membuatku menjadi amat bahagia, bahkan kebahagiaanku tak dapat kuucapkan dengan kata-kata sekalipun.

Semenjak itu, hari demi hari bahkan bulan telah kulewati bersama Koga. Canda, cerita, sampai airmata pun bercampur dan mewarnai waktu-waktu yang kami lewati bersama. Bagai sebuah dongeng khayalan yang menjadi kenyataan bagiku.

Bahkan sampai saat ini, tepat pada bulan Desember yang dingin sekalipun, aku masih menyempatkan waktuku untuk menemui Koga di tempat yang sama dibawah pohon sakura, meskipun pohon itu hanya terlihat ranting-rantingnya saja. Menurutku pohon itu tetap saja sangat indah ditambah lagi ada sosok Koga yang sedang tersenyum.

Tetapi pada hari itu, hari yang tidak pernah terbayang olehku yang masih terus hidup di dalam dunia cerita dongeng khayalanku. Aku hanya berlari ke tempat dimana Koga berada. Setelah aku sampai, aku melihat sosok Koga yang terlihat agak sedih, tetapi ia masih mencoba memasang senyumnya di hadapanku. Ia pun mulai berjalan mendekatiku," balasku yang masih sama sekali tidak mengerti keadaan.

Beberapa saat setelah pembicaraan singkatku dengan Koga berakhir, aku melihat sosok Koga yang sedikit demi sedikit menghilang. Tanpa berpikir panjang lagi, aku langsung mendekatinya dan aku berusaha meraih tangannya walaupun semuanya menjadi tembus pandang dan sia - sia.

" Koga, kamu tidak boleh pergi! Aku masih ingin bersama denganmu lebih lama lagi... " kataku dengan pipi yang mulai kubasahi oleh air mataku sendiri.

" Koga, aku menyukaimu dari awal aku melihatmu di upacara penerimaan murid baru sampai sekarang. Jadi, kumohon jangan pergi... " kataku menyampaikan perasaanku sambil terisak. Aku terus melihat Koga yang sedikit demi sedikit menghilang dari padanganku. Aku pun terus berusaha untuk mempertahankannya dengan cara apapun, meskipun aku tahu semua usahaku pasti sia - sia.

Kemudian Koga mulai memelukku sambil tersenyum " Aku juga menyukaimu, Rei. Jadi, jangan menangis lagi. Tersenyumlah..... Aku ingin melihat senyumanmu untuk terakhir kalinya. " katanya sambil menyentuh pipi kananku yang telah kubasahi dengan airmataku. Sebenarnya pada saat, Koga memelukku, aku masih bisa merasakan kehangatan tubuhnya, biarpun kehangatan itu mulai menghilang sedikit demi sedikit. Aku pun mencoba untuk berhenti menangis dan menarik senyumku sesuai dengan permintaan terakhirnya.

Koga juga membalasku dengan senyumannya, kemudian dia menempelkan keningnya ke kepalaku sambil memejamkan kedua matanya, " Selamat tinggal, Rei..... Terima kasih untuk selama ini.... Aku sangat menyukaimu..... " Sosoknya pun akhirnya menghilang di depan mata kepalaku sendiri. Menghilang sekali untuk selamanya. Semua itu membuatku menjadi terbangun dari dunia khayalanku. Semuanya menjadi runtuh, pecah berkeping-keping. Aku juga tidak dapat berhenti mengucapkan namanya sambil terisak.

Perasaanku menjadi bercampur aduk antara sedih dan senang, melihat sosok yang amat kucintai menghilang dihadapanku. Semuannya menjadi kacau balau di tambah lagi dengan butiran salju dingin berjatuhan dari langit menghujaniku.

Akhirnya perasaan itu mulai menghilang sedikit demi sedikit setelah beberapa bulan berlalu dengan cepat. Semuanya kembali seperti semula lagi. Tepat di bulan dimana sekolahku kembali mengadakan pameran kelas, dan aku berpikir untuk menampilkan fotoku pada saat pertama kalinya aku memotret Koga. " Perasaanku terhadapmu tidak akan pernah berubah. " gumamku sambil menyentuh fotoku dan tersenyum. " Aku akan selalu memandangimu di dunia tembus pandang. "

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun