Apakah anak anda sering bersaing untuk memperebutkan kasih sayang anda?
Bisa jadi itu adalah sibling rivalry. Yuk simak pembahasannya! Â Â Â Â Â Â Â Â Â
Sibling rivalry dapat diartikan sebagai suatu bentuk persaingan yang terjadi antara saudara kandung karena seseorang merasa takut kehilangan kasih sayang dan perhatian dari orang tua. Akibatnya, banyak pertentangan terbentuk, dan pertentangan itu dapat memiliki dampak negatif pada penyesuaian pribadi dan sosial individu. Sibling rivalry biasanya muncul pada masa anak usia dini atau early childhood.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi sehingga anak mengalami sibling rivalry.Â
- Perbedaan usia yang dekat tantara kakak dan adik
- Pemutusan ASI yang dilakukan secara mendadak
- Kesibukan orang tua dan kurangnya perhatian
- Persiapan orang tua yang kurang dalam menghadapi kelahiran adik
- Perilaku spesial dari orang tua dan pola asuh over protective.
- Karakter anak
Ada berbagai dampak dari sibling rivalry terhadap saudara, yaitu tidak mau berbagi terhadap saudara, sifat agresi, tidak mau mengalah, saling mengadukan kesalahan saudara, tidak mau membantu saudara, bahkan perkelahian antar saudara. Selain dampak pada antar saudara, sibling rivalry juga memiliki dampak pada orang lain. Ketika hubungan anak dan saudaranya kurang baik, maka pola hubungan yang kurang baik tersebut sering dibawa anak kepada pola hubungan sosial di luar rumah.
Dampak sibling rivalry yang lebih spesifik lagi terbagi menjadi tiga. Berikut adalah uraiannya:
Dampak terhadap diri sendiri
- Muncul temper tantrum anak. Anak mengekspresikan emosinya dengan berteriak, menangis kencang dan melempar barang. Anak menjadi sensitif dan mudah tersinggung. Anak mudah marah bahkan terhadap hal-hal kecil sekalipun.
- Perasaan dendam yang muncul terhadap saudara. Perasaan dendam pada adik terlihat saat adik sudah tumbuh besar dan dapat membalas apa yang telah dilakukan oleh kakaknya dulu.
- Emosi anak yang meledak-ledak. Reaksi tersebut timbul ketika anak merasa orang-orang di sekitarnya lebih memperhatikan adik daripada dirinya sendiri.
- Munculnya regresi atau perilaku yang kembali pada tahap perkembangan yg dulu. Regresi yang dialami seperti mengompol dan bertingkah laku seperti bayi.
Dampak terhadap saudara kandung
- Sifat agresi fisik maupun verbal, seperti memukul menampar, menendang dan mencaci.
- Tidak mau berbagi kepada saudara. Ketika adik memintai apa yang ia miliki, maka ia akan berperilaku agresi dan marah.
- Tidak mau membantu saudara. Anak cenderung merasa puas jika saudaranya mengalami kesulitan.
- Mengadukan saudara. Anak-anak saling mengadukan saudaranya bahkan berbohong agar saudaranya terlihat jelek di mata orang tua.
- Dampak dominasi, dimana kakak mengatur dan menentukan hal yang harus dilakukan adik, sehingga adik merasa tidak bebas.
- Dampak model negatif. Hal ini terlihat saat adik beranjak dewasa dan meniru apa yang dilakukan kakaknya dulu.
Dampak terhadap orang lain
- Perilaku buruk yang ditunjukkan pada orang luar, seperti mencakar, memukul, serta mencaci.
- Tidak memiliki teman baik. Hal ini terjadi karena pola hubungan buruk yang terbawa ke lingkungan sosialnya.
Sibling rivalry yang tidak segera diatasi dapat memunculkan delayed effect. Apa itu delayed effect? Delayed effect merupakan suatu kondisi dimana pola perilaku yang tersimpan di alam bawah sadar anak-anak usia 12 sampai 18 tahun muncul kembali setelah bertahun-tahun dalam berbagai bentuk dan perilaku psikologikal yang merusak.
Sibling rivalry hampir tidak bisa dihindari, namun ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk menghindarinya. Ada pun beberapa cara tersebut antara lain sebagai berikut:
- Bersikap adil dalam pengasuhan antara kakak dan adik
- Memilih pola asuh yang tepat agar tidak ada perbedaan dalam memberikan perhatian dan kasih sayang.
- Melibatkan kakak dalam pengasuhan adik agar terjalin hubungan persaudaraan yang kondusif
- Apabila masalah sibling rivalry  telah muncul, maka berikan penanganan yang tepat dengan segera agar dampak yang ditimbulkan dapat berkurang.
- Memberikan kegiatan positif berkelompok antara agar hubungan sosial dan perasaan kurang percaya diri anak dapat berkurang.
Referensi:
Triana Putri, dkk. (2013). Dampak Sibling Rivalry (Persaingan Saudara Kandung) pada Anak Usia Dini. Jurnal Psikologi Klinis. Vol. 2(1)