Artikel kali ini akan membahas mengenai perkembangan media dari aspek produksi dan konsumsi serta konsekuensi yang dihadapi oleh para jurnalis.
Penasaran bukan? Yuk baca artikel ini sampai akhir yaa!
Sebelum adanya internet, banyak ditemukan media konvensional (surat kabar, tabloid, majalah dan lainnya) yang bisa dibilang menguasai Indonesia.
Saat ini, memahami media pemberitaan tidak cukup hanya dengan mengkaji cara kerja para praktisi serta khalayak dalam upaya mememenuhi kebutuhan informasi.
Hal ini dikarenakan diperlukan juga penelusuran tentang perubahan konsep media pemberitaan yang dipengaruhi perkembangan teknologi pendukungnya.
Konsep media senantiasa mengikuti dinamika peradaban manusia yang saat ini telah memasuki era masyarakat informasi.
Mudahnya untuk mengakses informasi dari media berita membawa budaya baru dalam memproduksi serta konsumsi berita atau informasi.
Menurut Deuze dalam tulisannya yang berjudul What is Multimedia Journalism? menjelaskan bahwa terdapat dua cara untuk mendefinisikan multimedia dalam jurnalisme :
1. Sebagai penyajian paket berita di situs web menggunakan dua atau lebih format media, seperti (tetapi tidak terbatas pada) kata-kata lisan dan tulisan, musik, gambar bergerak dan diam, animasi grafis, termasuk elemen interaktif dan hipertekstual.
2. Sebagai penyajian paket berita yang terintegrasi (walaupun tidak harus simultan) melalui media yang berbeda, seperti (tetapi tidak terbatas pada) situs web, newsgroup Usenet, email, SMS, MMS, radio, televisi, surat kabar dan majalah cetak.
Perkembangan Media Dari Aspek Produksi
Pesatnya media sosial berikut pewarta warga tidak dapat diabaikan begitu saja oleh praktisi industri media pemberitaan ekstrim.
Pasalnya pola produksi dan distribusi informasi telah mengalami pergeseran seiring dengan penerapan perangkat komunikakasi berbasis teknologi informasi dan komunikasi.
Media pemberitaan ekstrim sebenarnya telah melakukan sinergi dengan melakuan transformasi pada distribusi pemberitaannya.
Transformasi sendiri adalah perubahan yang dilakukan berdasarkan suatu saran atau masukan yang berujung berupa output perubahan.Â
Ada upaya mengubah atau membuat berbeda dari segi produksi hingga penyajian informasi yang dilakukan media mainstream saat ini.
Salah satu contohnya adalah stasiun televisi Surya Citra Television (SCTV) yang memiliki program berita juara mereka yaitu Liputan6.
 Liputan6 tidak hanya menayangkan informasi melalui media televisi, mereka juga memiliki kanal sendiri untuk yaitu Liputan6.com serta beberapa sosial media seperti Instagram (@liputan6) Twitter (@liputan6dotcom).
SCTV juga memiliki kanal khusus bernama Citizen6 untuk masyarakat dapat mengirimkan informasi/konten mereka yang menarik dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Contoh lainnya adalah stasiun televisi berita Metro TV, Metro TV tidak hanya menyiarkan informasi melalui media televisi terestrial, namun mereka juga turut menyiarkan konten berita melalui media online yang mereka miliki yaitu metrotvnews.com.
Metro TV juga memberikan kesempatan kepada pewarta warga untuk mengirimkan karya jurnalistiknya untuk ditayangkan di salah satu program acaranya yaitu Wideshot.
Program yang mengapresiasikan karya jurnalisme warga ini disiarkan setiap hari senin-jumat jam 13.00 hingga 17.00 WIB.
Dari kedua contoh diatas membuktikan bahwa proses produksi berita atau informasi era sekarang ini media melibatkan masyarakat dan hal tersebut sebagai bukti dari perkembangan multimedia seperti sekarang ini.
Dari fenomena tersebut kemudian melahirkan Citizen Journalism atau Jurnalisme Warga di tengah masyarakat era sekarang ini.Â
Perkembangan Media Dari Aspek Konsumsi
Terjadi perubahan dalam pola arus komunikasi dan informasi di tengah masyarakat Indonesia. Â Masyarakat mengkonsumsi atau mengakses berita dan media terjadi pergeseran.
Menurut penelitian yang dikeluarkan oleh Reuters Institute Digital News Report menghasilkan kajian pada tahun 2021 yang menyatakan bahwa media online dan media sosial menduduki kepopulerannya di tengah masyarakat dalam mengakses berita dan informasi di internet.
Dalam penelitian tersebut juga dijelaskan bahwa masyarakat mengakses berita dan informasi banyak menggunakan smartphone atau telepon genggang secara daring.
Penelitian ini juga lebih detail menjelaskan mengenai kepercayaan masyarakat kepada berita atau media yang mereka gunakan/konsumsi.
Masyarakat memiliki tingkat kepercayaan terhadap berita yang mereka konsumsi dipengaruhi oleh lembaga/institusi media yang menyiarkannya.
Kesimpulan dari penelitian ini menyatakan bahwa arus persebaran informasi serta komunikasi dikuasai oleh media online serta sosial media.
Lantas, Apa Konsukensi dan Tantangan yang Akan Dihadapi Oleh Jurnalis?Â
Dari adanya perubahan dalam proses produksi dan konsumsi diatas menandakan bahwa terdapat perubahan dari adanya kehadiran internet dan media baru.Â
Jika dulu hanya jurnalis/wartawan saja yang hanya memproduksi berita/informasi sekarang masyarakat diberikan kebebasan untuk bisa memproduksinya.Â
Masyarakat dengan mudah mengakses dan mendapatkan berita/informasi maka jurnalis juga dituntut harus bergerak secara cepat di era gempuran internet dan media sosial seperti sekarang.Â
Jurnalis juga harus mampu menguasai dunia seputar media sosial untuk melihat apa yang saja yang sedang menarik dan ramai di tengah masyarakat.Â
Kondisi ini akan menjadi salah satu tantangan tersendiri bagi para jurnalis profesional untuk bisa terus beradaptasi dan berkembang seiring berkembangnya channel/informasi di era new media.Â
Kondisi tersebut menjadi salah satu tantangan bagi para jurnalis profesional untuk terus mampu beradaptasi dengan berkembangnya channel informasi yang mengarah ke new media namun juga harus tetap menjaga etika jurnalistik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H