Tantangannya disini adalah spillover ketidakpastian global terhadap ketahanan SK dan belum kuatnya pertumbuhan DPK. Kalau BI menaikkan suku bunga ada takarannya, ada alasannya khususnya yakni 25 basis poin. Bersyukur kredit kita tumbuh cukup kuat yakni 15% dibutuhkan untuk menopang pembiayaan dan pembangunan. Kreditnya dilihat dari sisi supply dan demandnya dilihat sustainable atau tidak. Indeks lending requirement masih longgar mengalami penurunan.
Kenaikan suku bunga yg kemarin diperhitungkan masih wajar sehingga dampaknya masih minimal. Secara historis pelemahan nilai tukar yang disertai inflasi berdampak terbatas pada penurunan konsumsi RT seiring pendapatan yang terjaga, tetapi kenaikan pengeluaran rumah tangga pada beberapa kelompok barang dan import content yang berdampak pada kenaikan nilai tukar masih bisa ditoleransi.
Ketahanan korporasi dan RT bisa terlihat dari ICR yg masih tinggi dan LAR yg menurun. Forum gubernur yang dilaksanakan setiap 3 bulan sekali, melihat bagaimana logic kedepan. Pertumbuhan kredit diperkirakan bisa sampai 10-12% pada 2024 dan meningkat 11-13% pada 2025. Stabilitas sistem keuangan juga untungnya terjaga. Hasil stress-test menunjukkan ketahanan sistem keuangan dari dampak gejolak global. Esensi dari kebijakan countercyclical disini yaitu pada saat di bawah didorong, pada saat diatas direm.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H