Kala itu, apoteker bersama para peneliti di Universitas Airlangga berhasil menciptakan vaksin Inavac, yang dikenal sebagai Vaksin Merah Putih. Vaksin ini menjadi "oase di padang pasir" karena memberikan solusi di tengah situasi darurat COVID-19. Masyarakat menyambut gembira, dan pemerintah menjamin keamanannya melalui sertifikasi izin darurat dari BPOM.
Kasus ini menunjukkan bahwa apoteker memainkan peran penting dalam meningkatkan taraf kesehatan masyarakat. Walau tidak memberi tindakan medis secara langsung, mereka merawat pasien melalui pendampingan dengan obat-obatan.
Digitalisasi Apotek: Efisiensi di Era Modern
Seiring dengan perkembangan zaman, administrasi di apotek juga mengalami perubahan. Pada era ini, apoteker melakukan adaptasi dengan digitalisasi. Pelayanan pasien mulai menerapkan sistem komputerisasi demi meningkatkan efisiensi pekerjaan.
Aplikasi berbasis kesehatan dan manajerial apotek online mulai digalakkan di seluruh wilayah. Edukasi seputar farmasi pun dapat dilakukan lebih masif lagi melalui media sosial untuk menjangkau hingga ke pelosok Nusantara.
Di sisi lain, dunia juga sedang mengalami percepatan industrialisasi. Berbagai sektor saling berlomba dalam menumbuhkan ekonomi melalui strategi industri, tak terkecuali farmasi.
Industri Farmasi Lokal: Menuju Kemandirian
Permintaan produk farmasi berupa suplemen, obat, kosmetik serta lainnya kian tahun kian meningkat. Hal ini yang mendasari industri farmasi bergerak laju.
Dengan dukungan kebijakan pemerintah dan kolaborasi industri, target kemandirian farmasi akan dapat tercapai.
Industri farmasi lokal berupaya untuk memenuhi kebutuhan obat-obatan domestik secara mandiri tanpa terlalu mengandalkan impor dari luar negeri. Pernyataan ini didukung dengan kebijakan pemerintah yang mengiringi industri farmasi lokal dengan biaya insentif melalui PP No. 1010/2020.
Peraturan ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada impor obat dan memperkuat industri farmasi lokal, yang sejalan dengan upaya kemandirian kesehatan nasional.