Peran guru dalam melestarikan bahasa dan sastra Indonesia adalah hal yang sangat penting dalam menjaga kekayaan budaya dan identitas bangsa. Guru Bahasa Indonesia tidak hanya bertugas mengajarkan tata bahasa, tetapi juga sebagai penjaga dan pelestari warisan sastra Indonesia. Mereka memiliki peran sentral dalam memastikan bahwa generasi muda memahami dan menghargai sastra dan Bahasa Indonesia yang kaya. Melalui pembelajaran yang tepat, guru dapat mengilhami siswa untuk mencintai sastra Indonesia, menjaga keaslian bahasa, serta meresapi pesan dan makna yang terkandung dalam karya sastra. Dengan demikian, peran guru dalam melestarikan bahasa dan sastra Indonesia membantu mewujudkan pemahaman yang mendalam dan apresiasi yang tinggi terhadap warisan budaya kita.
Sastra adalah ungkapan lisan atau tulisan tentang pemikiran, pendapat, pengalaman, dan perasaan manusia yang digambarkan secara imajinatif Menurut Kim J, et al (2021), Seni yang menggunakan bahasa dan simbol lain disebut sastra. Ilyas, et al (2022) menemukan bahwa bahasa Sansekerta adalah sumber literatur yang ada dan berkembang di Indonesia. "Sas" berasal dari kata "sastra", yang berarti buku pedoman, bimbingan, dan mengajar. Sastra pada dasarnya merupakan sarana pembelajaran kepada anak. Pembelajaran berkaitan dengan karakter, nilai-nilai luhur, dan budaya suatu masyarakat, dan biasanya disampaikan secara lisan melalui cerita dari orang tua dan orang lain. Sitorus (2021) menyebutkan bahwa karya sastra yang tergolong imajinatif menonjolkan fakta atau mengedepankan unsur faktualnya, dan karya sastra sering kali menyampaikan kritik sosial kepada pembacanya melalui medium bahasa. Dengan demikian, karya sastra dapat disimpulkan sebagai pengalaman, pemikiran, gagasan, atau konsep yang dihasilkan dari refleksi sosial dan budaya.
Sulistiani (2023), menjelaskan, pendidikan sastra dapat membantu siswa dengan cara berikut yaitu: 1) Meningkatkan kemampuan berbahasa; 2) Memperluas pengetahuan budaya; 3) Mengembangkan kreativitas dan selera; 4) Menunjang Pendidikan karakter. Dalam pendidikan Bahasa Indonesia, guru memiliki peran krusial sebagai fasilitator dalam membantu siswa memahami struktur, kaidah, dan keindahan Bahasa Indonesia. Guru berperan sebagai panduan dalam pembelajaran tata bahasa yang benar, pengucapan yang jelas, dan pemahaman makna kata-kata. Selain itu, guru juga memiliki tanggung jawab untuk mengajarkan siswa tentang sejarah dan perkembangan bahasa Indonesia serta mengenalkan mereka pada beragam karya sastra Indonesia yang kaya. Dengan demikian, guru tidak hanya menjadi pembimbing dalam penguasaan bahasa, tetapi juga sebagai pelopor minat dan apresiasi terhadap sastra Indonesia yang merupakan bagian integral dari budaya kita.
Pelestarian bahasa Indonesia sebagai aset budaya yang penting memerlukan peran utama dari guru Bahasa Indonesia. Guru berperan dalam menjaga keaslian dan kemurnian Bahasa Indonesia dengan mengajarkan kepada siswa bagaimana menggunakan bahasa yang benar dan baik. Mereka memberikan pemahaman mendalam tentang tata bahasa, ejaan, dan struktur bahasa kepada siswa, sehingga mereka dapat berkomunikasi dengan jelas dan efektif. Menurut Jihad, et al (2013), guru harus memiliki pengetahuan dan bidang ilmu yang diajarkan secara menyeluruh dan mendalam, keinginan yang baik untuk berbagi pengetahuan mereka dengan siswa, dan komitmen untuk belajar sepanjang hayat untuk mencapai hakikat mengajar yang sesungguhnya di sekolah. Agar guru dapat melakukan pekerjaan mereka dengan baik, mereka harus memiliki kemampuan berikut: 1) Kemampuan untuk merumuskan tujuan pembelajaran; 2) Penguasaan prinsip belajar mengajar; 3) Penguasaan sumber belajar; 4) Penguasaan pendekatan dan teknik belajar yang berbeda; dan 5) Kemampuan untuk menggunakan sumber belajar dengan baik. Guru memiliki banyak cara untuk menyampaikan pembelajaran sehingga mencapai tujuan. Dalam kegiatan literasi, guru sering menggunakan metode atau pendekatan untuk meningkatkan bahasa siswanya, antara lain: 1) Guru menggunakan media literasi dengan buku "Aku dan Dunia", di mana poster digunakan sebagai media kongkret, dan siswa diminta untuk menyimak bacaan guru dan mengucapkannya dengan lisan; 2) Guru menggunakan buku paket, yang diberikan kepada siswa masing-masing dan diminta untuk membacanya berulang kali, kemudian diminta untuk duduk di depan untuk berbicara dengan teman lainnya; 3)Selama kegiatan, guru menggunakan bahasa lisan dan tulisan yang benar.; 4) Guru menggunakan media komunikasi yang benar dalam kegiatan; dan 5) Metode demonstrasi melalui percakapan siswa dengan siswa lain di dalam kelas, yang memungkinkan guru untuk mengetahui sejauh mana perkembangan bahasa siswa.
Fitri (2018) menyatakan bahwa peran guru dalam pengembangan literasi sekolah termasuk mengajarkan siswa membaca dan menulis. Sementara Fitriyani (2016) menyatakan bahwa peran guru dalam pengembangan literasi sekolah termasuk menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan literasi, seperti poster, kata-kata motivasi, buku-buku, pojok baca, dan sumber daya teks yang kaya. Untuk membuat peserta didik terbiasa, hal lain adalah melakukan kegiatan literasi dengan jadwal yang tersedia secara teratur. Selain itu, guru memiliki tanggung jawab untuk membimbing siswa mereka dalam kegiatan literasi, baik di dalam maupun di luar ruang kelas. Menanyakan kembali apa yang telah dibaca siswa dan memberikan penghargaan kepada siswa yang giat beriterasi. Sebagai pelaksana pembelajaran, guru Bahasa Indonesia harus terus berkembang dan memperkaya pengetahuan mereka. Guru harus memahami budaya siswa mereka karena pembelajaran bahasa pada dasarnya adalah pembelajaran budaya. Mereka juga harus mengingat tujuan pengajaran, salah satunya adalah menghormati dan membanggakan sastra Indonesia sebagai harta karun intelektual dan budaya orang Indonesia. Peran guru dalam meningkatkan kemampuan berbicara siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu berbicara dengan cara menyediakan lingkungan pembelajaran yang kondusif dan mendorong siswa untuk berani berbicara atau disebut juga dengan fasilitator. Peran guru dalam penggerak pada merdeka belajar menurut (Sutikno, 2007) yaitu: 1) Guru penggerak di komunitas belajar melatih rekan guru dan meningkatkan kualitas belajar serta mengajar sebagai pendidik yang ideal dan mampu berkembang secara mandiri; 2) Guru penggerak membantu membangun model pembelajaran berpusat pada peserta didik. Dengan bantuan guru penggerak, setiap guru dapat membuat kelasnya menarik dan memotivasi siswa untuk belajar dan berkreasi. Mereka juga dapat membuat ruang kelas sebagai tempat untuk berbicara dan bekerja sama dengan rekan guru lain di seluruh sekolah; 3) Guru penggerak sebagai penggerak perubahan untuk meningkatkan kualitas kepemimpinan siswa di sekolah; 4) Guru penggerak bertanggung jawab atas menciptakan lingkungan kelas di mana orang dapat berbicara dan bekerja sama dengan guru lain baik di dalam maupun di luar sekolah.; dan 5) guru penggerak sebagai pemimpin dalam menciptakan lingkungan belajar yang nyaman dan menyenangkan.
Dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia, peran guru sebagai katalisator dan pembaharu, yaitu membawa perbaikan. Menurut Alwi (2002), katalisator adalah individu atau benda yang membawa perubahan dan memicu peristiwa baru atau mempercepat suatu peristiwa. Dengan menyebarkan pengetahuan dan wawasan mereka melalui perkumpulan melalui masyarakat setempat, guru dapat menjadi pembaharu. aktivitas karang taruna, atau bahkan melalui sosialisasi langsung dengan ikan. Hal ini sejalan dengan pendapat Sardiman (2004: 125), yang mengatakan bahwa guru adalah komponen pembangun di bidang pendidikan, dan mereka harus berpartisipasi secara aktif dan mendapatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional yang sangat penting untuk memenuhi tuntutan yang berubah setiap tahun. Peran guru sebagai katalisator juga ditanamkan pada kepala sekolah sejak awal agar siswa benar-benar menguasai materi pelajaran dan diajarkan dengan metode pembelajaran yang sesuai dengan keadaan sekolah dan siswa. Peran guru dapat didefinisikan sebagai tugas yang dilakukan guru. Dalam pembaharuan pendidikan, tugas guru dapat dilihat dari berbagai kompetensi profesional yang terkait dengan strategi umum yang digunakan. Strategi-strategi ini meliputi persiapan desentralisasi pendidikan, pemberdayaan masyarakat dalam pendidikan, pemberdayaan sistem pendidikan nasional, peningkatan relevansi pendidikan, dan pengaktifan sistem jaminan mutu pendidikan (Fasli Jalal dan Dedi Supriadi, 2001:11-12).
Berdasarkan pembahasan di atas, peran guru SD dalam melestarikan keindahan pendidikan Bahasa Indonesia sanggatlah penting. Guru tidak hanya bertindak sebagai fasilitator pembelajaran, tetapi juga sebagai teladan dalam menggunakan Bahasa Indonesia secara baik dan benar. Melalui pendekatan yang kreatif dan menyenangkan, guru dapat menanamkan kecintaan siswa terhadap bahasa nasional sejak dini, sehingga keberlangsungan dan keindahan bahasa Indonesia tetap terjaga di tengah arus globalisasi. Dengan demikian, keberhasilan pendidikan Bahasa Indonesia di tingkat dasar sangat bergantung pada komitmen dan inovasi para guru. Semoga peran strategis ini terus diperkuat, sehingga generasi muda tidak hanya fasih berbahasa Indonesia, tetapi juga mampu menjunjung tinggi nilai estetika dan budaya bangsa yang terkandung di dalamnya, peran guru sangat penting karena mereka menjadi ujung tombak dalam membentuk kecintaan, penghargaan, dan keterampilan siswa terhadap Bahasa Indonesia sejak dini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H